24 April 2024
74 / 100

 

Oleh Nasywa Zahratul Jannah

 

Dimensi.id-Apa sih cuti ayah itu? Cuti ayah adalah cuti yang biasanya diberikan kepada pegawai pria untuk mendampingi istri melahirkan atau setelahnya. Hal itu nantinya termuat di dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai manajemen ASN. Saat ini RPP tersebut sedang digodok bersama Komisi II DPR. Menurut Menteri PAN/RB Abdullah Azwar Anas, selama ini sudah diatur cuti bagi ASN perempuan yang melahirkan. Namun, cuti bagi ASN pria yang istrinya melahirkan belum pernah diatur secara khusus.

Hak “cuti ayah” ini sudah diberlakukan di sejumlah perusahaan multinasional dan diterapkan di beberapa negara. Lama cuti yang diberikan bervariasi mulai dari 15 hari, 30 hari, 40 hari hingga 60 hari. Untuk Indonesia sendiri, durasi cuti ASN pria ini masih dibahas di parlemen. (cnbcindonesia.com, 14/03/2024)

 

Latar Belakang Cuti Ayah

Latar belakang lahirnya kebijakan cuti ayah ini adalah karena pemerintah memandang pentingnya peran ayah yang mendampingi istri melahirkan dan fase awal pascapersalinan, yakni sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sejak dini. Namun, jika melihat kondisi generasi di negeri kita saat ini, mereka sudah terlalu banyak dihantam berbagai pemikiran beracun.

Lihat saja persoalan judi online, mayoritas penggunanya adalah siswa sekolah. Ditambah lagi jeratan pinjol yang tidak kalah miris karena yang turut terlibat adalah kalangan mahasiswa sekaligus agen perubahan dan Ini masih belum data kerusakan generasi dari aspek lainnya. Coba kita amati, apakah sekadar dengan lahirnya kebijakan cuti ayah inikah upaya yang bisa dilakukan penguasa untuk membangun generasi berkualitas? Tidakkah deretan realitas buruk tadi justru menegaskan bahwa cuti ayah hanyalah solusi yang tidak ubahnya butiran debu? Hal ini mengingat kerusakan generasi sudah bersifat sistemis, bukan lagi berupa teknis yang bisa diantisipasi pada sebagian sisi saja.

Baca juga : https://dimensi.id/keluarga-muslim-terancam-raih-kebahagiaan-dengan-islam/

Cuti Ayah Bukan Solusi

Atas dasar ini, jelas cuti ayah sesungguhnya bukan solusi mendasar bagi kebutuhan negeri kita akan generasi yang hebat dan berkualitas. Justru sistem demokrasi sekuler kapitalistik itu sendirilah yang selama ini telah menggerus peran para ayah atas landasan produktivitas ekonomi semata. Dalam banyak kasus pula, detik ini banyak anak yang tidak lagi bangga dengan ayahnya. Kita juga harus menyadari, “ayah gagal” adalah fenomena buruk yang sangat menghantui sejumlah keluarga muda. Banyak rumah tangga yang rusak tersebab laki-laki gagal menjadi suami dan ayah. Akibatnya, tidak sedikit anak yang hanya dibesarkan badannya oleh ayahnya, tetapi jiwanya telantar hingga dengan begitu mudahnya dirampok oleh ide-ide liberal dan sekuler.

Berbeda dengan sistem Islam, Islam sebagai ideologi yang rahmatan lil ‘alamiin berperan penuh dalam rangka melejitkan peran para ayah. Sistem Islam senantiasa terdepan dalam membangun ketahanan keluarga dengan strategi utama melejitkan peran ayah serta menjaga peran laki-laki sebagai pemimpin keluarga. Negara dengan sistem dan berideologi Islam yaitu Khilafah mendorong masyarakat memulai aktivitas ekonomi dengan cara membangun iklim usaha yang kondusif dengan menerapkan sistem ekonomi Islam secara komprehensif. Sistem ekonomi Islam sendiri memang menuntut penguasa agar melayani dan memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Khilafah tidak akan mendiskriminasi fasilitas/subsidi kepada rakyat melalui para ayah tersebut, baik ia seorang ASN maupun non-ASN.

Jadi, cuti ayah bukanlah solusi untuk memperbaiki generasi. Solusinya adalah dengan menerapkan sistem Islam dalam semua aspek kehidupan. Ingat ya, peran ayah dalam keluarga sangat penting. Bahkan, pesan ayah kepada anaknya pun ada yang tertuang dalam Al-Quran. Seperti pesan Lukman kepada anaknya dalam QS. Lukman ayat 13

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Wallaahu ‘alaam bishawaab [DMS/FU]

1 thought on “Cuti Ayah, Dapatkah Memperbaiki Generasi?

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.