24 April 2024
80 / 100

Oleh. Fatiha Shidqy Anjaly

Dimensi.id-Degradasi moral menjadi fenomena yang terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia. Bagaimana tidak? Masyarakat di seluruh dunia, terutama remaja Indonesia, terbawa arus kuat degradasi moral. Padahal, para remaja tentu menjadi harapan utama bangsa dan tonggak terdepan untuk memajukan peradaban di masa yang akan datang.

Mengenai Kerusakan Moral

Kerusakan moral atau degradasi moral adalah penurunan kualitas atau sikap dan perilaku positif yang dimiliki seseorang. Menurut Lickona (2013) ada 10 indikasi gejala yang perlu diperhatikan:

(1)Kekerasan dan tindakan anarki, (2)Pencurian, (3)Kecurangan, (4)Abai terhadap peraturan yang berlaku, (5)Tawuran antar siswa, (6)Ketidaktoleran, (7)Penggunaan bahasa yang tidak baik, (8)Kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya, (9)Sikap yang merusak diri, dan (10)Penyalahgunaan narkoba.

Semua hal di atas tentu sangat berdampak buruk bagi moral para remaja.

Media sosial menggenggam banyak aksi penurunan moral yang dilakukan para remaja. Seperti berita tentang 22 remaja melakukan perang sarung di 3 tempat Pangkalpinang dan digiring ke kantor polisi (detik.com, 17/3/2024).

Tak cukup sampai di situ, para remaja kini nekad melakukan penyimpangan sosial. Yang paling umum dilakukan remaja adalah berpegangan tangan, menonton video porno, bahkan ada yang sampai berzina.

Maraknya pelajar menjadi pelaku kriminal dan maksiat, mencerminkan betapa rusaknya generasi hari ini. Di sisi lain, menjadi bukti bahwa kurikulum pendidikan gagal mencetak generasi yang berkualitas.

Faktor Kerusakan Moral

Ada 2 faktor yang sangat memengaruhi rusaknya moral remaja yaitu keluarga/orang tua dan lingkungan.

Pertama, keluarga memegang peranan penting, karena keluarga adalah madrasah pertama bagi remaja. Namun, banyak orang tua yang kurang paham mengenai perannya tersebut. Kebanyakan, orang tua hanya mengatur soal uang sekolah dan nilai rapor saja. Itu berarti secara tidak langsung, orang tua menunjukkan bahwa hasil lebih penting daripada proses. Maka dari itu, betapa pentingnya membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

Kedua, lingkungan sekolah juga memiliki peranan penting karena setelah mendapatkan moral yang baik dari keluarga, remaja berhak mendapatkan lingkungan sekunder yang mampu mengembangkan potensinya, meningkatkan dari segi moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Maka dari itu, peran sekolah terbilang cukup besar. Ditambah lagi, para remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah.

 

Baca juga : https://dimensi.id/cuti-ayah-dapatkah-memperbaiki-generasi/

 

Kacamata Islam

Jika kita lihat dari kacamata Islam, Islam memiliki sistem pendidikan yang kuat karena berasas akidah Islam. Islam dengan segala aturannya memandang bahwa masalah moral ini patut diselesaikan. Caranya dengan menjelaskan pada remaja tentang sifat manusia (yaitu kekuatan dan kelemahannya, potensinya untuk berbuat baik dan kecenderungan untuk berbuat jahat), membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta memberi peringatan tentang risiko dan bahaya dari degradasi moral. Dengan metode pengajaran talkiyan fikriyan akan mampu mencetak generasi yang beriman bertakwa.

Oleh karena itu, jika Islam diterapkan dalam berbagai sistem kehidupan, akan membentuk generasi berkepribadian Islam yang andal dalam menghadapi rusaknya remaja. Tak hanya itu, generasi yang lahir dalam sistem Islam akan mampu berdaya dalam kehidupan, menjadi generasi unggul yang memiliki ilmu pengetahuan luas. Ini telah terbukti saat negara Islam yaitu Khilafah hadir lebih dari 13 abad.

Maka benarlah firman Allah Taala bahwa jika Islam diterapkan dalam berbagai sistem kehidupan, akan tercipta rahmat sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 107

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Wallahu a’lam bishawab. [DMS/FU]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.