4 Mei 2024

Aksi bom bunuh diri kembali terjadi. Kali ini bom bunuh diri dilakukan di depan halaman gereja Katedral Makassar. Aksi tersebut terjadi pada Ahad, (28/3/2021) pagi sekitar pukul 10.30 WITA, mengakibatkan dua orang yang diduga pelaku tewas dan 20 orang luka-luka.  Tindakan ini sangat bertentangan dengan syariat Islam.

Terkait peristiwa bom bunuh diri tersebut, isu radikalisme pun kembali dimainkan yang ternyata juga memancing perhatian dunia. Sehari pasca peristiwa itu Detasemen Khusus 88 Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menyergap rumah terduga teroris di Kabupaten Bekasi. Dengan Bersenjata lengkap korps antiteror itu menggeledah sebuah rumah di Desa Sukasari, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Senin, 29 Maret 2021. Penggerebekan berlangsung sejak dini hari.

Narasi radikalisme ini sesungguhnya merupakan bagian dari Islamophobia yang digalakkan peradaban Barat terhadap dunia Islam. Ketakutan terhadap kebangkitan Islam sebagai sebuah kekuatan politik yang niscaya akan memberangus Kapitalisme dan menggulung kerusakan serta kezaliman yang diusungnya, membuat Barat merumuskan kebijakan politik global _war on radicalism_, setelah sebelumnya mengumumkan perang melawan terorisme.

Negara-negara Barat (yang dikomandoi AS) melemparkan propaganda deradikalisasi dengan melibatkan media secara luas, serta para pemimpin boneka di negeri-negeri Muslim, untuk memproduksi Islamophobia hingga mendunia.

Bom bunuh diri, terorisme,  itu bukan dari Islam, bukan pula Jihad. Ada orang-orang yang mengatas namakan Islam, Jihad, mengorbankan diri, dengan jalan membawa bom kemudian ia datang kepada kaum kuffar lalu meledakkannya, itu merupakan bentuk bunuh diri bukan Jihad.

Rasulullah SAW dengan tegas bersabda :  “Barangsiapa yang melakukan bunuh diri maka ia kekal di Neraka Jahannam selamanya”( HR Bukhari ).

Dan orang yang meletakkan bom di badannya lalu meledakkan dirinya di kerumunan merupakan suatu bentuk bunuh diri dan ia akan disiksa di Neraka Jahannam, jadi bukan Syahid disebabkan perbuatan tersebut.  Sungguh aneh orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut, sedangkan mereka membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Dan janganlah kamu membunuh diri ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” [QS An-Nisa’ : 29]

Isu radikalisme ini hanyalah strategi Barat dalam rangka menghadirkan islamophobia di tengah umat. Dan untuk dapat menghalangi kebangkitan Islam yang semakin lama semakin nyata. Berikutnya, untuk mempertahankan hegemoninya serta menjaga kepentingannya atas dunia, mengangkangi sumber-sumber daya alam negeri-negeri Muslim, dengan sistem Kapitalisme-Sekularnya.

Maka dari itu, kita sebagai umat Islam harus bangkit dan bersatu melawan stigmatisasi negatif terhadap ajaran Islam dan umatnya, serta melawan narasi radikalisme. Bayangkan, apakah layak, syariah Islam yang mulia yang bersumber dari wahyu Pencipta Manusia yang Maha Sempurna, Maha Bijaksana, lagi Maha Perkasa, disebut sebagai ajaran radikal?

Bukankah Jihad dan Khilafah adalah warisan agung Rasulullah dan para sahabat yang menyebarkan kemaslahatan dan menjaga peradaban manusia hingga lintas benua? Bahkan tokoh-tokoh Barat pun mengakuinya, hingga menggambarkan kepemimpinan Islam mampu melahirkan kesejahteraan, kedamaian, dan kecemerlangan?

Sungguh, Khilafah adalah perisai (junnah), yang umat berperang (berjihad) di belakangnya serta berlindung dengannya. Ia adalah pelindung umat dari segala bahaya (dharar) yang menimpa harta, jiwa, kehormatan, akal, dan agamanya. Sungguh tanpanya, harta, jiwa dan kehormatan umat lenyap, sebagaimana lenyap pula kebesaran dan kerahmatan Islam bagi seluruh alam. Wallahu alam bishowab.

Penulis: Aan Nurhasanah | Aktivis Dakwah dan Pemerhati Masyarakat

Editor: Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.