3 Mei 2024

Pennulis : Putri Kurnia Wardani

Dimensi.id-Wabah Covid-19 masih menjadi ancaman ditengah kehidupan masyarakat angka penularan hingga hari ini masih terus bertambah hingga senin 8 Juni 2020 ada 32.033 kasus yang terkonfirmasi positif virus corona di Indonesia, 10.904 orang dinyatakan sembuh dan ada 1.883 orang yang meninggal akibat virus corona (Covid-19). Juru Bicara percepatan penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, 08/06/2020). Di tengah kondisi tersebut jelas penularan Covid-19 harus terus diupayakan salah satu bidang yang perlu diperhatikan  adalah bidang pendidikan.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) RI telah menyatakan Tahun Ajaran baru 2020/2021 akan tetap dilaksanakan pada tanggal 13 Juni 2020. Meski Indonesia masih menghadapi pandemik Plt. Direktur Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar dan Menengah (Plt. DIRJRN PAUD DASMEN) Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) Hamid Muhammad menegaskan pihaknya tidak akan mengundur kalender pendidikan ke bulan Januari.

Tentunya, akan ada resiko yang tinggi jika tahun ajaran baru tetap dilaksanakan dengan tatap muka. Mengingat kondisi imun anak-anak sangat berbeda dangan orang dewasa dalam menghadapi virus Corona (Covid-19) apalagi jika ada riwayat penyakit yang akan memperparah kondisi anak.

Sejalan dengan pernyataan tersebut ternyata di Surabaya ada 127 anak berusia 0-14 tahun yang dinyatakan positif Covid-19. Fakta ini diungkapkan Koordinator Protokol Komunikasi, Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M. Fikser dikutip dari Kumparan.com (31/05/2020).

Diungkap dari data Kementerian Kesehatan (KEMENKES) terdapat sekitar 831 anak yang terinfeksi Covid-19 (data 23 mei 2020) usia anak yang tertular itu berkisar 0-14 tahun. Begitu juga di Jakarta sebagai salah satu wilayah dengan jumlah  kasus virus corona (Covid-19) tinggi banyak  kasus anak positif Covid-19 dilihat dari situs corona.jakarta.go.id, pada Minggu (31/5/2020) hingga hari ini ada 91 balita di Jakarta tercatat usia 0-5 tahun  terinfeksi positif Covid-19.

Pandemi virus corona (Covid-19) belum berakhir bukan hanya orang dewasa virus Corona (Covid-19)  juga menyerang anak-anak. Hampir 1000 anak terinfeksi virus Corona (Covid-19) baik karena tertular dari orang tua atau lingkungannya.

Alhasil kebijakan pemerintah dalam menangani virus Corona (Covid-19) tidaklah konsisten membuat resah masyarakat. Maka rencana tahun ajaran baru dengan sekolah “New Normal” akan menghadapi masalah tersendiri. Jelas saja, siapa yang bisa mengatur dan mengawasi anak-anak ketika di sekolah.

Pertanyaannya bila anak-anak masuk sekolah seperti biasa di tengah pandemi, bisakah anak-anak tertib memakai maskernya sepanjang waktu di sekolah? Dan bisakah orang tua menjamin anak-anak akan disiplin mengganti masker tiap 4 jam pemakaian atau setiap kotor dan basah ? Tidak ada yang bisa menjamin itu semua jika sistem saat ini tetap seperti ini. Jika sekolah akan dinormalkan kembali, maka kondisi kesehatan pada negeri ini pada bulan Juni sudah dalam keadaan baik. Jika belum ada tanda menuju arah kebaikan dalam segi kesehatan tapi, sekolah akan tetap jalan maka pembelajaran bisa dilakukan dengan online.

Jadi kebijakan yang dibuat seharusnya melihat dampak  yang akan terjadi pada anak-anak ke depannya jika pada tahun ajaran baru tetap masuk sekolah. Jangan sampai menjadikan anak-anak sebagai bahan percobaan kemudian dievaluasi jika ada korban. Negara yang seharusnya bertanggung jawab untuk melindungi anak-anak, karena anak-anak merupakan aset bangsa, penerus masa depan, jika mereka kuat dan kokoh maka negara juga akan kuat dan kokoh.

Lalu bagaimana Islam mengatasi pandemi?  “Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang telah Allah karuniakan kepada kalian (TQS An-Nahl : 114)”. Islam telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktikan gaya hidup sehat. Makan yang halal lagi baik. Banyak wabah yang ditularkan kepada hewan, maka pola makan yang sehat itu perlu.

Negara disini memiliki peran penting dalam menjaga perilaku sehat masyarakatnya. Selain itu negara juga harus menjaga rakyatnya agar ketika terkena penyakit menular , disarankan menggunakan masker. Memperhatikan etika ketika sakit, maka ini akan membantu pemulihan wabah dengan cepat. Selain itu negara wajib membangun fasilitas  kesehatan seperti klinik, rumah sakit, laboratorium, apotik dan lain-lain.

Pelayanan kesehatan juga harus diberikan secara gratis kepada rakyatnya baik yang miskin maupun yang kaya. Negara membiayai semua dari kas negara, sehingga ketika ada wabah maka negara sudah siap untuk menanganinya dan mendatangkan tenaga medis yang handal dan professional.

Juga membangun ide karantina, karena pada masa Rasulullah pernah terjadi wabah penyakit yang menular, sehingga upaya karantina atau isolasi diterapkan oleh Rasulullah. Karena saat itu ada wabah yang menular  juga mematikan dan belum ditemukan obatnya yaitu wabah kusta. Dengan mengisolasi penderita maka tidak akan tertular wabah penyakit kusta pada lainnya bahkan ke wilayah lain.

Rasulullah pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang terkena wabah, beliau bersabda “jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kamu memasuki wilayah tersebut, sebaliknya jika wabah itu terjadi ditempat kalian tinggal janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR. Al-Bukhari). Kemudian pemerintahan islam akan mengintensifkan menemukan vaksin untuk wabah tersebut secepatnya. Agar wabah tersebut bisa teratasi.

Wallauhua’lam bisshowab…

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.