2 Mei 2024
Setiap Anak Sangatlah Berharga
70 / 100

Dimensi.id-Seorang ibu beranak enam tengah mengalami duka. Duka mendalam karena salah satu putranya pulang ke rumah Allah. Beliau mengisahkan kesedihannya meskipun masih memiliki 5 anak yang menjadi amanahnya. Apa yang menyebabkan kesedihan tersebut? Ibu mengatakan bahwa setiap anak yang beliau lahirkan memiliki karakter unik yang berbeda. Meskipun dengan pola asuh yang sama. Karena ciri khas itulah maka keenam anaknya menjadi warna baru dalam hidupnya.

Ya, setiap anak yang dilahirkan adalah spesial. Mereka memiliki potensi yang berbeda meskipun adakalanya dididik dengan ajaran yang sama. Membandingkan anak yang satu dengan yang lain dalam hal potensi yang berbeda bukanlah langkah yang tepat untuk melejitkan kemampuan anak. Jangankan seorang anak. Kita pun tak akan suka jika selalu dibandingkan dengan orang lain yang memiliki karakter berbeda dengan kita.

Namun, dibalik keunikan sifat anak, ada potensi dasar yang selalu muncul di setiap tahapan perkembangan anak. Jika potensi ini tidak muncul pada rentang usia yang biasa muncul pada anak, maka anak perlu dikonsultasikan agar mendapatkan penanganan yang tepat. Hal ini agar anak tidak mengalami keterlambatan perkembangan pada usianya.

Pandangan Islam Terhadap Pendidikan Anak

Pendidikan anak dalam Islam juga memiliki gambaran tentang perkembangan mendasar yang harus dimiliki oleh seorang anak. Perkembangan ini harus didorong atau distimulus agar sikap anak tidak bertentangan dengan syariat Islam dimasa depan. Sebab tujuan utama dalam mendidik anak di dalam pandangan Islam adalah menjadikan anak sebagai hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. Inilah hakikat tujuan penciptaan manusia. Allah SWT berfirman dalam surah Adz Dzariyat ayat 56 yang artinya,

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Dalam pandangan Islam, setiap anak lahir sesuai dengan fitrahnya yaitu Islam. Orang tuanya lah yang menjadikannya seorang Nasrani, Yahudi atau majusi. Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” Hadits ini diriwayatkan oleh Baihaqi dan Thabarani dalam Mu’jamu l Kabir.

Oleh karena itu, mengarahkan anak tidak sesuai dengan Islam adalah hal yang mengandung dosa. Sehingga, orang tua harus selalu menggali ilmu agama Islam agar tidak salah dalam mengarahkan anak.

Tahap Perkembangan Anak Usia 0-2 tahun

Islam telah memiliki pandangan yang khas dalam memandang tahapan perkembangan anak. Pada usia 0-2 tahun, anak berada dalam pengasuhan Ibu. Dalam tahapan ini, Ibu harus memberikan bentuk pengasuhan dalam hal pemberian ASI (Air Susu Ibu) dan makanan halal yang baik. Mengenalkan kalimat tayibah kepada anak, mengajarkan doa setiap beraktivitas, mengajarkan penggunaan fungsi organ tubuh seperti mulut untuk bicara, kaki untuk berjalan, tangan untuk meraba dan memegang, telinga untuk mendengarkan ayat-ayat Quran, dan lain sebagainya. Pada tahapan ini, anak juga mulai dikenalkan bahwa semua yang ada di alam semesta merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. Anak harus dipahamkan dan didorong agar menggunakan organ tubuh hanya untuk kebaikan.

Ideal perkembangan anak pada usia 2 tahun adalah anak sudah dapat berjalan, menaiki tangga, mengatakan minimal 2 kata secara bersamaan memiliki minimal 50 kosakata bahkan anak yang terbiasa mendengarkan muratal mampu menghafalkan dan melafalkannya meskipun sebagian katanya belum jelas. Anak harus sering diberi ciuman, pelukan dan ungkapan sayang dari keluarga khususnya orang tua. Ketika anak melakukan kesalahan karena keterbatasan fisik, maka anak harus dipahamkan dengan bahasa cinta. Sebagian anak juga telah memiliki tantrum pada usia ini. Sehingga, bagi orang tua harus menghindari hal-hal yang dapat memicu tantrum anak.

Tahap Perkembangan Anak Usia 2-7 tahun

Setelah anak lepas masa penyapihan hingga usia 7 tahun, ini adalah masa anak mengenal lingkungan sekitarnya. Anak akan mulai tertarik pada lingkungan sekitar hidupnya. Melakukan eksplorasi dan petualangan yang dia anggap menarik. Pada masa ini, orang tua dapat mengenalkan dan mengajak anak dalam aktivitas ibadah seperti salat, tadarus Al-Quran, sedekah, dan yang lainnya.

Pada usia ini, seruan dalam mengajak anak untuk melakukan ibadah harus dilakukan orang tua namun sifatnya tidak boleh memaksa bahkan menggunakan serangan fisik. Sampaikan kepada anak maksud dan tujuan pelaksanaan ibadah dengan bahasa yang mudah dimengerti anak.

Pada tahap usia ini, anak juga akan aktif bertanya untuk menanyakan segala hal yang belum mereka pahami. Di sinilah kesabaran orang tua perlu ditingkatkan. Anak pada tahapan ini dapat diberikan materi tsaqafah Islam terkait dengan akidah dan syariat Islam yang dapat mereka indra di dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti mengenal rukun iman, rukun Islam, memahami batasan aurat, perbuatan dan akhlak yang terpuji, mengenal sirah (sejarah) para nabi, makanan yang halal dan baik, dan yang lainnya. Anak juga harus senantiasa berada di dalam pengawasan orang tua ketika ia melakukan eksplorasi di luar rumah. Sebab, pada masa ini adalah masa meniru anak dari lingkungan sekitarnya. Menjadi suri teladan yang baik dalam pelaksanaan syariat Islam juga harus terlihat dalam aktivitas orang tua sehari-hari.

Tahap Perkembangan Anak Usia 7-10 tahun (prabalig)

Adapun pada tahap usia 7-10 tahun (sebelum balig), ini adalah masa anak dikatakan mumayiz dalam Islam. Mumayiz adalah kondisi di mana anak belum balig namun sudah dapat membedakan antara yang hak (benar) dan batil (salah) dalam pandangan Islam. Imam An-Nawawi yang berpendapat; “Anak yang mumayiz adalah yang telah memahami khitab (seruan hukum Islam) dan menjawab, tidak ditentukan dengan usia melainkan dengan perbedaan pemahaman.” (lihat an-Nawawi, Tahrir Alfadz at-Tanbih, hal. 116, bab Haji)

Pembiasaan hidup mandiri anak dan ibadah harian sudah dilakukan pada tahap ini. Anak juga harus dipisahkan tempat tidur mereka dari anak lainnya. Rasulullah SAW bersabda,

“Perintahkanlah anak-anak kalian salat ketika usia mereka tujuh tahun; pukullah mereka karena (meninggalkan salat)-nya saat berusia sepuluh tahun; dan pisahkan mereka di tempat tidur.”(HR Abu Dawud).

Anak boleh mendapatkan pukulan pada usia 10 tahun yang tidak menyakitkan (berbekas) dan bukan di organ tubuh penting (misal wajah, jantung, dan lainnya) ketika ia tidak melaksanakan kewajiban seorang muslim.

Sejak usia 7 tahun, anak dapat diajak berdiskusi untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Tentu saja orang tua harus mengarahkan agar sesuai dengan syariat Islam. Pemahaman terhadap syariat Islam juga harus ditanamkan kepada anak. Pemilihan lingkungan sekolah dan masyarakat yang baik juga perlu untuk diperhatikan. Tak kalah penting adalah hindari segala konten negatif pada anak seperti kekerasan, pornografi, cerita bohong (tahayul), dan lainya.

Anak juga dibiasakan melakukan aktivitas harian sesuai dengan jenis kelamin (gender) mereka. Seorang anak perempuan dibiasakan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan seorang ibu. Seorang anak laki-laki juga dibiasakan memiliki keterampilan diri dan sifat kreatif.

Kepedulian terhadap sesama dan rasa berkorban anak dalam pelaksanaan syariat Islam harus dibangun. Pergaulan anak dengan teman pada tahapan ini juga harus selalu dipantau. Karena pada tahapan ini, anak lebih cenderung mengikuti perbuatan atau arahan dari temannya.

Orang tua harus selalu menjalin keakraban dengan anak. Hal penting pada tahapan ini adalah berikan suri teladan yang baik kepada anak dalam pelaksanaan syariat Islam. Berikan pula sosok orang-orang saleh khususnya Rasulullah SAW. Orang tua juga harus memilih waktu yang tepat dalam mengarahkan dan memberikan nasihat kepada anak. Yaitu pada waktu santai atau kumpul keluarga, saat makan atau jamuan makan dan saat sakit.

Bangun pula kepercayaan diri anak untuk melakukan hal-hal kebaikan termasuk dalam beramar makruf nahi mungkar yaitu menyeru kepada kebaikan (Islam) dan mencegah kepada yang munkar (selain Islam). Pembinaan atau tatsqif terhadap tsaqafah Islam sudah dapat rutin diberikan sejak usia ini.

Tahap Perkembangan Anak Usia 10 tahun ke atas (balig)

Sedangkan pada masa usia balig, anak harus sudah memahami apa saja kewajiban bagi seorang muslim. Pada awal masa pubertas potensi naluri anak cenderung meningkat. Anak telah memiliki kecenderungan terhadap lawan jenis, emosi labil, masa pencarian jati diri, dan yang lainnya. Pada masa ini, pemberian nasihat harus dilakukan secara privasi.

Tastqif atau pembinaan tetap harus dilakukan pada usia ini. Mengikuti pembinaan keislaman untuk mengarahkan jalan hidupnya. Tak kalah penting adalah ajak anak untuk turut terlibat dalam aktivitas dakwah dan kebaikan di tengah masyarakat. Tetap tanamkan kepercayaan kepada anak bahwa ia mampu berjalan sesuai dengan syariat Islam namun orang tua tetap memantaunya.

Dukung dan doronglah anak agar menjadi muslim tangguh yang memberi manfaat kepada masyarakat. Rasulullah SAW bersabda,

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

(Hadits Riwayat Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a..Dishahihkan Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah). Terus tanamkan rasa peduli anak terhadap kondisi masyarakat sekitar dan kondisi kebutuhan akan penerapan syariat Islam.

Jadilah sahabat terbaik bagi anak. Mendengarkan keluh kesah mereka sembari tetap mengarahkan mereka. Perhatikan pula teman dan lingkungan belajar anak. Diskusi kritis terhadap permasalahan umat juga harus dilakukan.

Jadikan anak sebagai sosok muslim yang tangguh dan menjadi pembela agama Islam yang siap terjun ke masyarakat. Pada masa ini anak juga harus siap untuk menjadi pribadi yang memiliki syakhsiyah Islam yang menjadikan Islam sebagai landasan dan kepemimpinan berpikir. Yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai syariat Islam.

Anak juga harus didorong agar dapat menjadi sosok yang berpengaruh di tengah masyarakat dalam hal kebaikan dan penerapan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selalu memotivasi dan mendukung anak untuk mewujudkan segala impian dan harapan demi kebaikan dirinya, agamanya, dan kaum muslimin. Kembangkan potensi anak sesuai kemampuan mereka. Siapkan anak untuk menjadi penerus generasi Islam yang lebih kuat dan tangguh dari generasi sebelumnya. Baik dalam segi iman, ilmu dan amal.

Terakhir, orang tua harus selalu memupuk kesabaran, cinta dan doa untuk setiap anak. Penuh harap kepada Allah SWT agar anak selalu berada dalam koridor syariat Islam. Tetap berupaya memperbaiki diri untuk menjadi orang tua yang baik. Rabbi habli minasshalihin.

“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak (yang termasuk orang-orang yang saleh”, (QS. Ash Shaffat : 100).

Semoga anak-anak kita dapat menjadi pengantar kita menuju ampunan dan surga Allah SWT. Tetap bersama hingga di surga-Nya kelak.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.