2 Mei 2024
11 / 100

Dimensi.id–Saking viralnya, hingga ada seseorang yang berkata, “ jika ada orang baik tandanya mulai dekat pemilu”, atau ada yang begini,” Kalau iklan sirup Marjan keluar, tandanya Ramadan dan Hari Raya Iedul Fitri sudah dekat”. Wajar jika masyarakat berpendapat demikian. Karena faktanya keviralan itu memang terjadi. Seperti yang dilakukan Kelompok relawan Srikandi Ganjar yang menggelar pelatihan pembuatan dan pengolahan tempe kepada warga di Kelurahan Jati, Kecamatan Pulogadung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota (DKI).

 

Dikatakan ini sebagai wujud kepeduliannya kepada masyarakat terutama kaum perempuan. Koordinator Wilayah Srikandi Ganjar Jabodetabek Wahyuni Safitri mengatakan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi perempuan melalui olahan produk UMKM (republika.co.id, 17/11/2023).

 

Kemudian para relawan yang tergabung dalam Komunitas Warung Tegal (Kowarteg) Indonesia memelopori pelatihan pembuatan sabun cair cuci piring untuk emak-emak di Jakarta Timur. Sekretaris Umum Kowarteg Indonesia, Lina Rofian, mengatakan kegiatan yang dilakukan di Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.

 

Dengan menghadirkan pelaku UMKM Anti Anjar sebagai pemateri pelatihan sabun cair cuci piring diharapkan selain mak-mak bisa memproduksi sendiri bisa buat UMKM sebagai penghasilan tambahan untuk para mak-mak tersebut.

 

Lebih jauh, Kowarteg Indonesia berkomitmen mendorong pengembangan usaha rumahan sabun cair cuci piring emak-emak melalui pendampingan pengurusan legalitas produk dan berharap program kerja mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dapat diadopsi secara nasional. “Program Ganjar yang dilakukan di Jawa Tengah, seperti Kredit Lapak, Kartu Jawa Tengah Sejahtera (KJS) dapat dijadikan program skala nasional,” kata Koordinator Kowarteg Indonesia Noehrozi (Republika.co.id 22/9/2023).

 

Pelatihan, Pendampingan UMKM, Program Berbagai Kartu Solusi Tambal Sulam Kapitalisme

 

Sejatinya tak ada salahnya dengan program pelatihan, bersambung dengan pendampingan pengurusan legalitas produk sekaligus mendorongnya menjadi program Nasional dengan pembuatan kartu-kartu. Karena dengan bertambahnya ketrampilan para ibu, perempuan dan anak perempuan otomatis akan bisa meningkatkan potensi yang ada. Namun, sebagai perempuan, kewajibannya bukan mencari tambahan penghasilan, namun mendidik anak untuk menjadi pribadi yang tangguh dan bertakwa. Dan program-program ini tak begitu masiv ketika pemilu selesai.

 

Jika peran ini bergeser atau hilang karena perempuan harus berada di luar rumah dan keluarganya maka bak efek domino dampaknya justru merugikan bagi negara dan bangsa. Salah satunya akan kehilangan generasi cemerlang penerus peradaban bangsa. Namun inilah karakter sistem kapitalisme sekuler, negara tidak fokus pada akar persoalan yang sebenarnya. Dimana akar inilah yang harus ditemukan dan diperbaiki. Kapitalisme sekuler juga memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan tambal sulam. Negara cenderung abai pada kewajiban ini.

 

Duet Kapitalisme Demokrasi, Sukses Menghancurkan Kaum Perempuan

 

Posisi negara yang demikian, sangatlah berkorelasi dengan sistem politik di negeri ini yaitu demokrasi. Dimana pemilu yang diadakan setiap lima tahun sekali hanya menghasilkan pemimpin boneka. Pemimpin yang tak punya konsep meskipun saat kampanye berapi-api hendak membuat perubahan. Pemimpin muslim sekalipun, tak akan mungkin mendobrak “adat istiadat” demokrasi itu sendiri bahwa suara mayoritas lebih berkuasa. Terlebih jika suara mayoritas itu pemilik kemewahan karena modalnya sukses mengantar sang pemimpin menduduki kursi jabatannya.

 

Nasib perempuan kian terpuruk, alih-alih mensejahterakan makhluk yang berasal dari tulang sulbi pria ini, yang terjadi malah menjerumuskan mereka ke dalam penderitaan yang tiada akhir. Sebab, akar persoalannya adalah ketiadaan sistem yang kondusif dalam mengatur urusan kesejahteraan ini. Kalaulah kelak perempuan berdaya belum mampu hingga pada ukuran negara. UMKM sendiri hari ini juga masih berkutat dengan banyak masalah seperti modal yang berbasis riba sehingga banyak yang macet. Digitalisasi juga tak membantu UMKM secara signifikan, sebab pesaingnya adalah pasar bebas yang pelakunya adalah negara-negara dunia pengemban kapitalisme itu sendiri.

 

Jika dianggap kemiskinan membuat perempuan menderita, semestinya bukan perempuan yang dipaksa berdaya secara ekonomi, sebab karena diterapkannya sistem kapitalisme, penyebab kemiskina menjadi sangat komplek, mulai dari lapangan pekerjaan yang sempit karena adanya pekerja asing, banyak perusahaan yang gulung tikar sehingga para pria kesulitan memberi nafkah bagi anak dan istrinya, hingga berlakunya mata uang dollar yang dia menggunakan sistem fiat money yang terus menerus menimbulkan krisis. Sehingga rakyat secara keseluruhan kesulitan mengakses pemenuhan kebutuhan pokok mereka.

 

Hanya Islam yang Mampu Sejahterakan Perempuan

 

Dalam pandangan Islam, perempuan bak berlian yang harus dijaga dengan kehati-hatian dan kemuliaan. Maka, berderet hukum yang mengatur perempuan, bukan mengekang atau merendahkannya dibanding pria. Tapi justru untuk mengoptimalkan potensinya. Sebab dalam Islam baik pria maupun wanita kedudukannya sama di hadapan Allah yaitu sebagai hamba Allah, jika ada tingkatan yang membedakan itu adalah ketakwaan.

 

Maka, tak perlu gerakan feminitas atau persamaan gender. Allah SWT berfirman,” Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.” (TQS An-Nisa [4] : 124).

 

Islam mensyaratkan ekonomi diatur dengan Islam. Dimana negara bertindak sebagai wakil umat dalam mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyatnya. Melalui pengelolaan SDA yang merupakan kepemilikan umum, pengelolaan harta negara yang merupakan kepemilikan negara, zakat dan lain-lainnya yang kemudian disimpan di Baitul Maal. Dari sanalah negara mampu menjalankan kewenangan tanpa bergantung pada negara lain apalagi investor.

 

Setiap pengaturan Islam bersifat holistik atau menyeluruh, maka jika ekonominya diperbaiki, otomatis aspek lainnya juga diatur, seperti pendidikan ,keamanan, sandang, pangan, papan agar perubahan itu segera nampak. Dari sisi interaksi sosial juga Islam mengaturnya dengan melarang bercampur baur, berdua-duaan, memerintahkan menundukkan pandangan dan menutup aurat dengan sempurna. Sehingga kepedihan akibat kapitalisme bakal lenyap. Wallahualam bissawab. [DMS].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.