26 April 2024
8 / 100

 

 

 

 

 

Oleh: Yafi’ah Nurul Salsabila

Aktivis Dakwah

 

Dilansir dari tvonenews.com (17/3/24), enam dari sepuluh pelaku pemerkosaan terhadap siswi SMP di Lampung, akhirnya berhasil diamankan polisi. Mirisnya, 3 dari 6 pelaku pemerkosaan tersebut  berusia di bawah umur. Kanit PPA Satreskrim Polres Lampung Utara, Ipda Darwis menjelaskan bahwa di dalam kasus pemerkosaan siswi SMP merupakan korban dan pelaku masih dalam satu lingkungan kelurahan yang sama. “Untuk korban itu masih di bawah umur yakni masih pelajar SMP, Namu ada temannya yang sudah SMP, SMA dan sudah dewasa. Jadi dari 6 pelaku, ada 3 dewasa dan 3 di bawah umur.” Ujar Darwis dikutip pada Minggu (17/3/24).

Faktanya, fenomena kenakalan remaja di negeri ini seperti pemerkosaan, perang sarung, tawuran dan lain-lain, masif terjadi.  Pelakunya pun bukan hanya siswa yang masih dibawah umur, tetapi juga sampai orang dewasa. Hal tersebut merupakan potret buram yang terjadi pada era digitalisasi serta modern sekarang. Sungguh sangat mengerikan, para pelaku kejahatan tersebut seolah tertutup mata hatinya, demikian tega berbuat asusila dan kejahatan lainnya, tanpa memikirkan akibat apa yang akan dituai dari perbuatannya tersebut baik untuk orang lain maupun dirinya sendiri.

Fenomena kerusakan generasi sejatinya dapat dipicu oleh sosial media, lingkungan pertemanan, keluarga, dan kurangnya pemahaman agama (Islam) yaitu kurang kuatnya iman.

Sebagaimana diketahui, pendidikan agama yang diajarkan di sekolah-sekolah demikian minim. Hanya diberikan dua jam dalam seminggu. Bahkan, pemerintah pun telah berencana menghapuskan pendidikan agama dalam kurikulum pendidikan. Padahal hal ini adalah petaka besar. Adanya pendidikan agama saja, generasi demikian mudah terjerumus pada tindak amoral, apalagi jika agama ditiadakan. Tentunya generasi akan semakin menjadi bebas dan brutal. Nauzubillah.

Di sisi lain, kerusakan moral generasi juga dipicu oleh pendidikan pada era sekarang yang memang sangat jelas tidak dapat membuat akhlak mulia secara utuh.

Generasi merupakan aset bangsa yang harus dijaga, dilindungi dan dibina sehingga memiliki pola pikir dan pola sikap yang baik serta benar. Namun pada kenyataannya sulit untuk menerapkan hal tersebut karena kurikulum pendidikan sudah diatur sedemikian rupa untuk memisahkan agama dari kehidupan atau sekuler.

Sehingga tidak lahir pola pikir dan pola sikap yang terarah dengan baik dan benar. Padahal sejatinya fitrah manusia adalah terikat dengan aturan yang dibuat oleh Allah Swt.. Maka ketika aturan Allah Swt. dipisahkan dari kehidupan yang terjadi adalah banyak kekacauan, seperti yang terjadi pada generasi saat ini salah satunya.

Pendidikan berbasis sekuler pada era sekarang telah gagal mencetak generasi yang berkualitas, berakhlak mulia, dan takut berbuat dosa. Sebab, generasi hanya dididik pintar dalam ilmu sains dan teknologi, tetapi minim keimanan serta akhlak mulia. Sehingga lahirlah generasi yang moralnya buruk. Walaupun masih remaja di bawah umur mereka sudah menjadi pelaku kriminalitas seperti pemerkosa, tawuran dan lain sebagainya. Sebab, hati mereka tidak tertaut dengan keimanan kepada Allah. Mereka tidak sadar bahwa semua perbuatannya ada balasannya di akhirat kelak.

Lingkungan yang liberal dan sikap individualis generasi remaja juga menjadi faktor mereka berbuat maksiat. Sementara di sisi mereka tidak ada nasehat antara sesama, kebebasan berperilaku yang di dukung oleh sistem pendidikan sekuler yang mendukung konten-konten kekerasan, perbuatan asusila dan penayangan konten porno mudah di akses oleh mereka.

Maka dari itu wajar apabila generasi saat ini menjadi perusak dan gemar melakukan kerusakan.

Kondisi generasi yang buruk ini, akan jauh berbeda dengan generasi di dalam sistem yang membawa solusi hakiki yang berasal dari Allah Swt., yakni sistem Islam dalam naungan khilafah.

Negara khilafah yang menjadi institusi penerapan seluruh hukum Allah Swt.,  memandang  generasi sebagai aset peradaban yang mesti dijaga. Sebab Islam telah memerintahkan negara berperan untuk dapat menjaga, mendidik, dan menjadikan generasi berkualitas.

Islam juga tidak memisahkan aturan dari Allah Swt. dalam kehidupan. Islam pun mengajak manusia untuk mengaitkan segala hal dengan aturan Allah Swt..

Adapun strategi yang digunakan untuk bisa mewujudkan generasi yang berkualitas, maka Islam akan menerapkan sistem pendidikan yang bukan hanya menjadikan manusia bisa mendapat ilmu, tetapi juga mampu melepaskannya dari kebodohan juga kekufuran.

Sebagai agama sempurna yang diturunkan Allah Swt., Islam memiliki sistem pendidikan yang kuat, berbasis akidah Islam. Tujuan pendidikannya pun untuk membentuk kepribadian Islam, yang memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai dengan syariat Islam. Sehingga standar kehidupan generasi bukan pada kepuasan semata., namun rida Allah Swt.. Inilah yang membuat generasi muslim di masalalu ikhlas, sabar mengamalkan semua yang diperintahkan oleh Allah Swt., dan menjauhi semua larangan-Nya. Bahkan, sejarah mencatat, generasi muslim di masalalu mampu menorehkan prestasi gemilang, dikenang sepanjang masa. Seperti salah satunya Imam Syafi’i yang mampu menghapal hadis dan Al-Qur’an pada usia 7 tahun, juga Muhammad al-Fatih yang dapat menaklukkan Konstantinopel di usia 21 tahun.

Jika sistem Islam diterapkan, dapat dipastikan generasi penerus bangsa akan berlomba-lomba dalam amal saleh atau fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan), bersemangat untuk meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, Karena untuk membentuk generasi berkualitas Islam menentukan metode pengajaran dengan cara talqiyanfikriyan. Yaitu menjadikan semua ilmu diarahkan untuk bisa membangun pemahamannya tentang kehidupan yang dijadikan sebagai landasan sikap dan berperilaku, ilmu diarahkan untuk mencerdaskan akal serta meningkatkan taraf dalam berpikir generasi sehingga ilmu tersebut mampu menyelesaikan masalah kehidupan.

Sistem khilafah akan menutup rapat-rapat semua media yang tayangannya dapat merusak contoh: konten porno, kekerasan dan lain-lain. Konten yang boleh dikonsumsi adalah tentang edukasi syariat Islam, berita sehari-hari, perkembangan sains dan teknologi. Juga kewibawaan khilafah yang dipandang oleh dunia maupun kehebatan pasukan khilafah dalam berjihad. Tayangan-tayangan inilah yang akan menjadikan pemikiran generasi diliputi dengan kebaikan-kebaikan. Mereka pun akan senantiasa berada dalam suasana keimanan dan ketaatan.

Inilah solusi yang diberikan khilafah untuk membentuk generasi berkepribadian mulia. Masyaallah sungguh indah bukan? Generasi dalam era kejayaan Islam benar-benar dididik serta diarahkan dalam ketaatan, ketundukan, kepada syariat Islam. Sehingga bukan hanya ilmu sains yang didapat melainkan juga keluhuran akhlak dan pekertinya.

Sebagai seorang muslim, sudah semestinya kita benar-benar rindu  kembali hadirnya sistem Islam yang mengatur segala aspek kehidupan mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial, kesehatan, politik. Karena hanya dengan sistem Islam, kehidupan akan mendapat keberkahan, rahmat, dan rida dari Allah Swt..

Khatimah 

Mari terus semangat mengkaji Islam bersama-sama merangkul tanpa memukul, supaya sistem ini dapat kembali menjadi sebuah institusi dalam negara. Wallahua’lam bi ash-shawwab. [DMS]

Editor: Reni Rosmawati 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.