28 April 2024
12 / 100

Dimensi.id–Akhir-akhir ini jagat maya selalu dihiasi dengan berita tentang kekerasan pada anak di bawah umur. Seperti kasus yang menimpa seorang siswa SMP berusia 15 tahun, berinisial N di Kabupaten Lampung Utara yang diperkosa oleh 10 pria. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubuk di wilayah Lampung Utara pada Sabtu (17/2/2024) (Kompas.com, 15/3/2024).

 

Kemudian viral video aksi bullying pada dua remaja perempuan yang menampilkan korban ditendang dan dijambak rambutnya. Mirisnya, ternyata pelaku dari perundungan tersebut adalah remaja perempuan yang merupakan teman korban. Pelaku menganiaya korban lantaran sakit hati, karena korban disebut merebut pacar pelaku (Kompas TV.com, 2/3/2024).

 

Aksi kekerasan ataupun perundungan ternyata sering terjadi di lingkungan sekolah. Kekerasan yang dilakukan tidak hanya terjadi antar siswa namun ada juga yang terjadi antar siswa dan guru. Banyak pemuda saat ini yang kehilangan adabnya dan minim akhlak. Kasus perundungan yang terus terulang ini seperti parasit yang mengerogoti moral generasi.

 

Banyak pihak berupaya untuk mencegah kasus perundungan di lingkungan pendidikan, namun upaya tersebut belum cukup ampuh untuk benar-benar menghentikan perilaku generasi muda yang kian hari kian brutal. Hal ini merupakan buah dari kegagalan sistem pendidikan liberal sekuler dalam mencetak generasi muda yang berkahlak mulia.

 

Kebebasan yang diusung liberalisme menjadikan generasi muda bebas mengekspresikan dirinya. Mereka tidak lagi memandang segala sesuatu berlandaskan agama dan moral. Orientasi hidup mereka hanya untuk mencari kebahagian semu dunia saja.

 

Sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak, justru dipenuhi dengan kekerasan. Hal tersebut disebabkan dari sistem pendidikan saat ini adalah sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Pendidikan ini hanya mengajarkan pada anak tentang materi pelajaran umum, namun tidak mendidik anak terkait baik dan buruk dalam tingkah laku mereka.

 

Anak terus dijejali materi pelajaran yang mirisnya, mereka tidak dibentuk menjadi seorang yang bertakwa dan berakhlak mulia. Alhasil, generasi muda saat ini akan berbuat sesuka mereka, termasuk melakukan kekerasan seperti perundungan.

 

Jika sekularisme gagal mewujudkan generasi yang berkepribadian baik, maka solusi komprehensif dari segala kasus kekerasan generasi muda saat ini adalah dengan penerapan sistem Islam, salah satunya menerapkan kurikulum yang berlandaskan akidah Islam.

 

Pendidikan Islam harus punya porsi yang lebih dari pendidikan umum, bukan hanya menjadi pelengkap mata pelajaran saja. Namun benar-benar diajarkan pada siswa sehingga dengan itu sekolah dapat mencetak generasi yang paham betul dari segala hal yang dia perbuat akan dipertanggung jawabkan.

 

Lingkungan masyarakat dan keluarga juga memiliki peran dalam melahirkan generasi muda. Lingkungan dan keluarga yang menanamkan amar ma’ruf nahi munkar akan melahirkan generasi muda yang paham akan syariat Islam dan tentunya jauh dari tindak kekerasan.

 

Semua tadi tidak akan berjalan baik jika tidak ada dukungan dari negara. Maka dalam hal ini peran negera sangat dibutuhkan, yaitu negara memberikan fasilitas pendidikan yang berlandaskan syariat Islam dan mengawasi lingkungan masyarakat agar terus berjalan sesuai dengan syariat Islam. Negara yang menerapkan Islam kaffah yang bisa melakukan itu semua. Wallahualam bissawab. [DMS, ry].

 

Penulis: Novia Ariana, SE

Pegiat Pena Banua

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.