25 April 2024
Rezim Muslim Menyia-nyiakan Muslim Myanmar
60 / 100

Dimensi.id-Apa yang diperintahkan oleh Rasulullah dalam hadits beliau bahwa muslim adalah saudara bagi muslim lain, hari ini tak ada realisasinya. Sakit yang mereka derita tak jua menjadi perih yang dirasakan oleh muslim yang lain. Sebagaimana penolakan warga Aceh atas ratusan pengungsi Myanmar beberapa waktu lalu.

Sekitar 200 pengungsi Rohingya, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, mendarat di Aceh, Selasa (14/11). Kelompok 196 orang itu mendarat pada Selasa pagi di daerah terpencil di wilayah Pidie, Provinsi Aceh, kata Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Lhokseumawe Andi Susanto dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip kantor berita AFP. Namun kantor berita Associaated Press menyebut jumlah mereka 100 orang.

Sumber www.voaindonesia.com

Dalam perkembangan terbaru, tiga perahu yang berisi lebih dari 500 pengungsi Rohingya mendarat di provinsi paling barat Indonesia pada hari Minggu (19/11), kata badan PBB yang mengurusi pengungsi (UNHCR). Satu perahu telah tiba di Kabupaten Bireuen di Provinsi Aceh dengan 256 orang di dalamnya, sementara setidaknya kapal lain yang memuat 239 etnis Rohingya tiba di wilayah Pidie di Aceh dan sebuah perahu yang lebih kecil yang membawa 36 orang tiba di Aceh Timur.

Sumber www.bbc.com

Sayangnya, kedatangan para pengungsi muslim Myanmar ditolak oleh sebagian warga muslim Aceh. Mereka diusir meski diberikan makanan dan pakaian. Sungguh menyedihkan. Menurut sosiolog dari Universitas Syiah Kuala, Siti Ikramatoun perubahan sikap warga Aceh ini, lantaran akumulasi pengalaman tidak menyenangkan dari hubungan berinteraksi dengan pengungsi Rohingya selama bertahun-tahun. “Kasus-kasus yang muncul justru pada akhirnya mengikis kepercayaan itu.

Baik kasus pelecehan, ditambah dengan kasus-kasus lain yang melarikan diri, bertengkar dengan warga setempat dan lain-lain,” katanya. Pengalaman ini telah memberikan penafsiran dan pemahaman baru kepada warga Aceh terkait dengan solidaritas kemanusiaan, kata Siti. Ini benar-benar jauh dari kesan warga Aceh yang semula “peumulia jamee (pemuliaan tamu) dan adat meulaot yang mewajibkan menyelamatkan orang yang terancam nyawanya di laut”.

Sebagai negeri dengan jumlah muslim terbesar dunia, harusnya Indonesia mampu memberikan contoh terdepan bagaimana menyelamatkan saudara muslim yang terkatung-katung di tengah samudra akibat pengusiran rezimnya serta turut serta menyelesaikam persoalan yang menimpa mereka. Bukan malah terbelenggu dibalik argumentasi usang karena Indonesia tidak ikut meratifikasi Konvensi Pengungsi tahun 1951.

Padahal, menurut 12 organisasi masyarakat sipil pemerhati isu pengungsi dan pencari suaka, Indonesia memiliki beragam instrumen HAM lain, seperti prinsip  non refoulement, ketentuan-ketentuan penyelamatan nyawa pada hukum laut atau UNCLOS, ketentuan-ketentuan pada Bali Process dan konvensi-konvensi HAM yang melindungi perempuan, anak-anak, kelompok disabilitas dsb.

Penguasa muslim memiliki tanggungjawab besar dihadapan Allah atas kepemimpinannya. Termasuk dalam hal ini adalah mengedukasi masyarakat perbatasan tentang ukhuwah islamiyyah yaitu persaudaraan berbasis aqidah Islam.

Pergeseran masyarakat Aceh yang semula kental menerapkan nilai-nilai Islam dalam memuliakan tamu dan  wajib menyelamatkan orang yang terancam nyawa-nya di laut menjadi penolakan atas muslim Myanmar juga menjadi tanggungjawab penguasa. Rasulullah Saw bersabda:  “Imam [kepala negara] itu laksana penggembala, dan dialah penanggung jawab rakyat yang digembalakannya.”

Apa yang kita saksikan hari ini atas pengusiran muslim Myanmar, penajajahan muslim Palestina, penindasan terhadap muslim Xinjiang, muslim Yaman, muslim Suriah, muslim Ukraina dan muslim diseluruh belahan bumi Allah -tanpa ada satu pun pemimpin yang menyelamatkan-,  hanya terjadi sejak umat Islam tak lagi memiliki Khilafah.

Tatkala umat Islam tak lagi memiliki seorang Kholifah, nasib umat Ialam terancam secara harta, jiwa, dan  darah. Kholifah adalah pemimpin yang menerapkan syariat Ialam secara menyeluruh. Pemimpin yang mengurusi rakyatnya demgan aturan-aturan Allah, bukan dengan hukum buatan manusia.

Pemimpin yang amanah dan takut akan pertanggungjawaban di hadapan Allah. Oleh karena itu, sebagai muslim kita harus cerdas melihat akar masalah persoalan kaum muslimin dan bagaimana solusi nya dalam Islam. Kita akan mendapati bahwa hanya Khilafah yang mampu menyelamatkan umat dan menjaga kemuliaan umat.

Wallahu a’lam bish-showab

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.