18 Mei 2024

Penulis : Aisyah Karim (Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

Dimensi.id-Sultan Hamid adalah Sultan Utsmani ke-34. Beliau menjabat sebagai Sultan ketika usianya menjelang 34 tahun. Diawal pemerintahannya, Sultan harus berhadapan dengan kediktaktoran para menteri dan kekerasan politik pembaratan yang dipimpin oleh kelompok Utsmani Baru (Young Turk).  Kelompok ini terdiri dari kalangan terpelajar  yang sangat terpengaruh oleh Barat. Mereka adalah orang-orang yang berhasil dibentuk oleh gerakan Freemasonry.

Utsmani Baru adalah kuda tunggangan Freemason dalam merealisasikan target-target mereka di dunia Islam. Masa pemerintahan Sultan Hamid adalah masa yang dipenuhi gejolak dan krisis multidimensi. Disamping terdapat konspirasi internasional baik yang muncul dari dalam maupun dari luar negeri. Oleh sebab itulah ia bersegera melakukan perbaikan sesuai dengan ideologi Islam untuk membendung semua tantangan tersebut, termasuk campur tangan Eropa di dalamnya.

Sultan membentuk badan intelijen yang demikian kuat untuk membentengi negara dari dalam dan mengumpulkan informasi dari musuh-musuh di luar. Beliau berpikir keras untuk mengembalikan Islam dan membendung sekulerisme. Eropa terguncang dengan pemikiran strategis tersebut. Diantara realisasi strategi untuk mengangkat Khilafah yang mulai memudar pamornya dan menyebarkan kembali dakwah adalah membangun rel kereta api Hijaz Hejaz Railway), yang membentang dari Damaskus hingga Madinah Al-Munawwarah.

Rel ini dibangun pada tahun 1900 M sebagai ganti dari perjalanan darat kafilah yang biasanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 40 hari. Sedangkan apabila memilih dengan jalur laut akan ditempuh dalam jangka waktu 12 hari dari pantai Syam menuju Hijaz. Namun dengan adanya rel ini jarak tempuh menjadi lebih singkat yaitu 4 atau 5 hari saja.

Menariknya, tujuan pembangunan rel ini bukan hanya untuk memudahkan jamaah haji saja. Namun terkandung tujuan politik dan militer. Dari sisi politik, pembangunan rel ini yang melintasi negeri-negeri kaum muslimin akan membangun kembali semangat beragama. Disamping untuk mewujudkan kembali persatuan yang mulai retak karena campur tangan asing. Hal ini karena Sultan telah menyebarkan edaran yang menyerukan kaum Muslimin di seluruh dunia untuk ikut andil dalam pembangunan proyek ini.

Sultan memulai daftar penyumbang melalui dirinya sendiri, beliau memberikan 50.000 keping uang emas. Diikuti pembayaran dari kas negara sebanyak 100.000 keping uang emas. Maka berlombalah kaum Muslimin dari segala penjuru membantu pembangunan rel Hijaz ini. Media-media pun berlomba mengopinikan pembangunan rel ini dengan sangat antusias. Surat kabar Al-Liwa` telah menyumbang untuk proyek ini pada 1904 sebanyak 3.000 lira Utsmani. Tak ketinggalan surat kabar Al-Manar dan Al-Raid Al-Mishri. Panitia untuk proyek ini dibentuk di Kairo, Iskandariyah dan kota-kota lain di Mesir.

Kaum muslimin India dikenal sebagai pihak yang paling bersemangat untuk mewujudkan misi ini. Pemimpin Haidar Abad menyumbang sebanyak 50.000 lira sebagaimana Shah Iran juga menyumbang dengan jumlah yang sama. Sekalipun proyek ini membutuhkan banyak tenaga kerja asing dalam pengerjaannya, namun Sultan tidak akan memperkerjakan mereka kecuali untuk sesuatu yang sangat mendesak.

Adapun terkait bantuan dari Nusantara, koran Het Nieuws van den Dag mengatakan pada tahun 1905 bahwa Raja Boni telah memberikan 200 Poundsterling untuk mendukung pembangunan jalur kereta api Hejaaz ke tempat-tempat suci agama Islam. Pada saat yang sama, utusan itu menyerahkan kepada (Khalifah) surat penguasa Boni, di mana ia meminta dukungan Khalifah bagi dirinya sendiri dan sekutunya, atas kesulitan mereka dengan para penguasa Belanda.

Pan-Islamisme di provinsi Timur kami: Raja Boni telah memberikan 200 Poundsterling untuk mendukung pembangunan jalur kereta api Hejaaz ke tempat-tempat suci agama Islam“. Ini adalah artikel di Koran Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie, tanggal 17 Juli 1905.

Total biaya proyek ini menghabiskan 4.283.000 lira Utsmani. Dengan jumlah pekerja non pakar sebanyak 7500 personil pada 1907. Pada bulan Agustus 1908, rel kereta ini telah membentang dari stasiun Al-Akhdar yang berjarak 760 kilometer di selatan Damaskus hingga ke Madinah Al Munawarah.

Kereta perdana yang sampai ke Madinah dari Damaskus di Syam terjadi pada tanggal 22 Agustus 1908. Bagi jutaan Muslim dunia, peristiwa ini dianggap sebagai realisasi dari mimpi-mimpi panjang. Perjalanan itu hanya memakan waktu tiga hari dengan jarak tempuh 1.320 kilometer. Pada saat itu hati-hati setiap Muslim semakin mendamba untuk segera menunaikan ibadah haji.

Disamping itu manuver politik Sultan untuk menguatkan kembali Khilafah Islamiyah cukup berhasil. Hal ini terbukti melalui korespondensi duta besar Inggris yang ada di Konstantinopel di dalam laporan tahunannya di 1907. Dia berkata, “Sesunggguhnya diantara kejadian pada sepuluh tahun terakhir ada suatu sikap politik yang sangat menonjol. Yang paling penting adalah rencana Sultan Abdul Hamid yang demikian cemerlang dimana dia mampu menampilkan dirinya sebagai Khalifah di depan 300 juta kaum Muslimin…”

Inggris merasa tercekik ketika menerima laporan ini. Mereka memikirkan segala upaya untuk mencegah, hingga akhirnya mereka menemukan tangan yang tepat pada momen yang tepat pula untuk menggagalkan proyek Sultan Hamid dan memotong kekuatan Khilafah Islamiyah. Seharusnya pembangunan rel kereta Hijaz ini sampai ke Mekah, namun penguasa Mekah-Husein bin Ali-melarangnya. Ia khawatir pemerintahan Utsmani akan mengancam kekuasaannya di Mekah. Maka jadilah rel kereta api ini hanya sampai Madinah.

Pada Perang dunia ke I, Inggris membangun koalisi dengan kekuatan Arab yang di pimpin Faishal bin Al Husein bin Ali untuk menghancurkan Hijaz Railway ini. Akibatnya rel ini tidak dapat digunakan lagi bahkan hingga kini. Sejak awal Inggris telah mencium strategi Sultan yang sangat rapi. Mereka mampu melihat bagaimana Sultan berupaya keras untuk menyatukan kembali loyalitas negeri-negeri kaum Muslimin yang mulai digerayangi tangan-tangan penjajah Eropa.

Adalah Kruemer, perwakilan Inggris di Mesir 91883-1907) merupakan orang pertama yang mengingatkan tentang bahaya dakwah Islam yang dibangun Sultan Hamid kepada masyarakat Eropa. Kruemer sangat bersemangat membahas tentang ide Pan Islamisme dalam setiap lembar laporan tahunannya dengan penuh kebencian. Surat kabar Al-Ahraam yang terbit di Mesir menulis pernyataan terbuka dari seorang menteri Perancis yang benama Hanatu yang dengan tegas menyerang Pan-Islamisme.

Serangan terhadap Pan-Islamisme berbuntut serangan pada pemerintahan Utsmani, hingga akhirnya kesatuan negara-negara Islam itu kembali terpecah dalam rangka menghadapi serangan kolonialis yang telah memiliki agenda matang untuk meluluhlantakkan persatuan ini.

Kini, Saudi sedang getol-getolnya mencanangkan gerakan Saudi Vision 2030. Gerakan Saudi membangun sejumlah sektor ini, sebagai upaya melepaskan negara tersebut dari ketergantungan pada minyak. Sektor pariwisata diharapkan mampu mengganti pendapatan negara dari penjualan minyak. Salah satu yang tengah dikembangkan adalah Hejaz Railway Museum ini.

Inilah sekelumit jejak sejarah perjuangan Khalifah terakhir negara Khilafah Islamiyah dalam mewujudkan pelayanan terbaik bagi jamaah haji sekaligus merupakan mega proyek berdimensi politik strategis. Hijaz Rail Way menjadi satu-satunya alat transportasi umum yang dimanfaatkan oleh jamaah haji yang jika ditarik ke masa modern ternyata melintasi setidaknya lima negara dari  Syria, Jordania, Pakistan, Iraq, hingga Turki.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.