9 Mei 2024

Penulis : Tri Handayani, S.ST

Dimensi.id-Mendikbud Nadiem Makarim mensosialisasikan program kerja barunya yang ia sebut sebagai “pernikahan massal”. Program ini merupakan inisiatif Nadiem untuk menikahkan perguruan tinggi / universitas sebagai penyedia SDM mahasiswa yang berkompetensi dengan industri atau swasta sebagai penyedia lapangan kerja yang akan menyerap SDM berkompetensi tersebut.

Nadiem memaparkan bahwasannya pemerintah memiliki sejumlah peran yakni sebagai pendukung, regulator, dan katalis. Kendati demikian pemerintah tidak bisa memaksa pihak kampus dan industri untuk saling bermitra melalui regulasi, melainkan dengan berbagai macam insentif untuk berinvestasi di bidang pendidikan, misalnya melalui penelitian. Sebelumnya Kemendikbud juga telah menjalankan program Kampus Merdeka untuk menghasilkan mahasiswa yang unggul dan bisa menjadi pendisrupsi revolusi (RI) 4.0. Selain itu, diungkapkan juga bahwa kementerian keuangan (Kemenkeu) juga telah mengeluarkan insentif terkait sejumlah penelitian vokasi.

“Hal (insentif) itu juga akan terus kami kembangkan untuk membuat para industri tertarik berpartisipasi dengan pihak kampus,” ujar Nadiem dalam video conference, peresmian pembukaan Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) virtual Tahun 2020. Sabtu (4/7/2020). (lensaindonesia.com).

Bahkan program ini disambut hangat oleh Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto. Melalui Wikan, Kemendikbud akan memulai gerakan “Pernikahan Massal” (Link and Match). Program tersebut akan menikahkan pendidikan vokasi dengan dunia industry dan dunia kerja.

“Program ini diluncurkan agar kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja,” tutur Wikan kepada Kagama, Selasa (26/5/2020). (kagama.co)

Program seperti ini diluncurkan oleh Mendikbud bukan tanpa alasan. Mengingat semakin banyaknya jumlah lulusan mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia yang membutuhkan pekerjaan. Menurut data statistik yang dirilis oleh BPS melalui situs web resminya, tercatat jumlah pengangguran sebanyak 6,88 juta orang dimana jumlah ini naik 0,06 juta atau 60 ribu orang dibandingkan Februari 2019.

Meningkatnya jumlah lulusan mahasiswa di perguruan tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai akan menambah angka pengangguran di Indonesia. Meskipun memiliki latar belakang pendidikan tinggi (sarjana) pun tidak serta merta dapat menjamin seorang mahasiswa mulus menjalani kehidupan paska kampus. Setelah lulus, mahasiswa harus tertatih-tatih mengikuti berbagai mekanisme administrasi rekruitmen pekerjaan di suatu perusahaan.

Pendidikan kampus yang dirancang untuk menyesuaikan kebutuhan industri merupakan ciri khas sistem pendidikan kapitalisme. Wajar jika dalam pengaplikasiannya melalui kurikulum pendidikan dirancang sedemikian rupa agar mahasiswa memiliki indeks tinggi sesuai permintaan mayoritas industri. Sehingga hal ini menafikkan pembentukan karakter pada mahasiswa.

Program perjodohan atau pernikahan massal antara kampus dan perusahaan makin memperjelas watak sistem pendidikan kapitalisme. Mahasiswa atau kampus disiapkan untuk memberikan simbiosis mutualisme kepada industri atau perusahaan swasta. Pun program dan kurikulum kampus juga digodok untuk mendukung tercapainya kompetensi SDM sesuai kebutuhan industri. Hal ini akan menguntungkan industri atau perusahaan swasta jauh lebih besar daripada mahasiswa atau kampus. Karena jumlah SDM yang dibutuhkan dunia industri tidaklah sebanyak jumlah mahasiswa yang membutuhkan pekerjaan. Artinya, tidak semua lulusan mahasiswa di perguruan tinggi di Indonesia dapat di serap oleh perusahaan. Tentu ini akan menjadi problem baru, karena harapan mahasiswa kuliah adalah supaya mendapatkan jaminan pekerjaan setelah lulus. Ketika hal tersebut tidak didapatkan, maka untuk apa program pernikahan massal kampus?

Program pernikahan massal bukan lah solusi yang tepat bagi mahasiswa. Solusi tambal sulam sistem pendidikan hanya akan menambah daftar program kerja yang semakin tidak jelas. Akar permasalahannya pun tak akan tersentuh bahkan menimbulkan masalah yang baru. Mahasiswa adalah harapan dan masa depan bangsa. Di tangannya lah akan bergulir estafet kepemimpinan.

Jika pendidikan di perguruan tinggi hari ini diorientasikan untuk mencetak generasi siap kerja, maka bangsa ini akan nihil dari lahirnya generasi-generasi pemikir. Tak ada lagi kaum intelektual dan aktivis yang peduli terhadap kondisi negeri karena mata mahasiswa telah tertutupi obsesi pada keuntungan materi melalui orientasi kerja. Sehingga, keterpurukan negeri ini hanya akan menjadi tontonan setiap orang karena masing-masing dari mereka hanya memikirkan dan mementingkan kehidupannya pribadi. Mahasiswa dan pemuda tak ada empati dan simpati terhadap kondisi sosial dan negeri karena mereka mengidap penyakit apatis dan pragmatisme akut yang diciptakan oleh atmosfer kampus. Tentu ini akan menjadi malapetaka besar bagi bangsa ini.

Dilemma sistem pendidikan hari ini karena adanya belenggu oleh sistem politik kapitalis sekuler. Sistem dengan corak kapitalis adalah sistem yang dari lahirnya cacat dan akan membawa keburukan jika diterapkan, baik dalam ruang politik, sosial, pendidikan, ekonomi, dll. Sehingga solusi atas masalah pendidikan hari ini adalah mengganti sistem / corak tersebut, yakni dengan menoleh pada sistem islam yang jauh bertahun-tahun lalu telah memberikan gambaran sebuah kesuksesan peradaban (di seluruh aspek kehidupan).

Islam yang kita kenal hari ini sejatinya bukanlah mengurusi dalam perihal ibadah spiritual semata, melainkan lebih luas dari itu Islam merupakan sebuah sistem kehidupan (ideologi) yang mengatur manusia. Aturan islam mencakup 3 dimensi ; mengatur hubungan individu dengan Tuhannya (dimensi pertama), individu dengan dirinya sendiri (dimensi kedua), dan individu dengan individu lain (dimensi ketiga). Di dimensi ketiga inilah yang menjadikan islam sebagai aturan komprehensif  (sempurna dan paripurna) yang mengatur kehidupan sosial manusia. Islam mengatur sistem ekonomi, pendidikan, sosial, dan politik.

Ketika islam diterapkan di seluruh lini kehidupan tersebut beberapa tahun lalu, lahirlah peradaban emas sepanjang sejarah kehidupan manusia. Peradaban yang dikenang masyarakat dunia sebagai peradaban luar biasa di muka bumi.  Dimana pendidikan, ekonomi, dan politik berada pada puncak kejayaannya. Sangat bertolak belakang dengan kondisi hari ini saat sistem kapitalis sekuler diterapkan.

Sehingga bisa dipastikan, solusi atas problem hari ini bukan hanya problem pendidikan saja melainkan ekonomi dan politik hanya bisa di tuntaskan dengan mengambil solusi islam. dengan menerapkan islam sebagai sistem yang mengatur seluruh lini kehidupan manusia, seperti halnya yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, Khulafaur Rasyidin dan masa kekhilafahan setelahnya yang menjadikan islam sebagai tatanan kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.