13 Mei 2024

Saat ini, umat merasakan kepedihan yang kian bertambah. Tak hanya Muslim, non-Muslim pun merasakan berbagai problem yang mengusik tatanan kehidupan. Dari bencana alam yang terjadi akibat salah tata kelola lahan, hingga problem sosial seperti kriminalitas, tawuran, perselingkuhan, narkoba, miras dll. Umat seakan kehilangan penjaga dan pelindungnya. Segala problema dihadapi dan diselesaikan mandiri, minim peran negara. Apalagi umat Islam yang terus menjadi bulan-bulanan terkait isu teroris dan radikalisme.

Dan memang tepat 1 abad silam, institusi perisai umat, negara Khilafah Islamiyyah telah dihancurkan oleh musuh-musuh Islam. Khilafah secara resmi dihapuskan pada 3 Maret 1924. Hilangnya sistem Khilafah berarti hilangnya sebuah sistem peradaban Islam yang menyatukan Dunia Islam di bawah satu kepemimpinan berlandaskan syariat Islam.

Sejarah Keruntuhan Khilafah

Dahulu, pada zaman Khalifah Sulaiman al-Qanuni, Khilafah Utsmaniyah mengalami masa kejayaan dan kebesaran. Pada masa ini, Khilafah Utsmaniyah jauh meninggalkan negara-negara Eropa di berbagai bidang. Namun sayang, sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Khilafah mulai mengalami kemerosotan.

Di dalam tubuh kaum muslim, umat mengalami kemerosotan taraf berpikir serta terjadi kesalahan dalam menerapkan Islam. Pada masa ini, misalnya, terjadi banyak penyimpangan dalam pengangkatan khalifah, yang justru tak tersentuh oleh undang-undang. Akibatnya, setelah berakhirnya kekuasaan Sulaiman al-Qanuni, yang diangkat menjadi khalifah justru orang-orang yang tidak layak atau lemah.

Sementara itu, dari luar negeri, Khilafah mendapatkan pukulan dari negeri-negeri Eropa yang bahkan Khilafah Utsmaniyah terpaksa harus kehilangan wilayahnya.

Di sisi lain, karena lemahnya pemahaman terhadap Islam, para penguasa ketika itu mulai membuka diri terhadap demokrasi, yang didukung oleh fatwa-fatwa syaikh al-Islam yang penuh kontroversi. Boleh dikatakan, saat itu telah terjadi sekularisasi secara perlahan-lahan terhadap Khilafah Islam.

Berbagai Gerakan misionaris dan orientalis pun melakukan serangan pemikiran secara intensif di Dunia Islam sejak abad ke-16 M. Berbagai gerakan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari imperialisme Barat di Dunia Islam. Untuk menguasai Dunia Islam, Islam sebagai asas harus dihancurkan, dan Khilafah Islam sebagai penjaganya harus diruntuhkan.

Mereka juga terus memprovokasi gerakan-gerakan patriotisme dan nasionalisme di Dunia Islam agar memisahkan diri dari kesatuan Khilafah Islam. Bahkan gerakan-gerakan keagamaan juga mereka eksploitasi, seperti Gerakan Wahabi di Hijaz. Sejak pertengahan abad ke-18 M, gerakan ini telah dimanfaatkan oleh Inggris, melalui agennya, Ibn Saud, untuk menyulut pemberontakan di beberapa wilayah Khilafah, yakni Hijaz dan sekitarnya.

Pada saat yang sama, di Eropa, wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh Khilafah terus diprovokasi agar melakukan pemberontakan sejak abad ke-19 M hingga abad ke-20. Begitulah, Khilafah Utsmaniyah pada akhirnya kehilangan banyak wilayahnya, hingga yang tersisa kemudian hanya Turki. Selanjutnya dengan bermacam konspirasi Barat-Yahudi yang dilakukan, pada 3 Maret 1924 M institusi Khilafah dibubarkan. Khalifah diusir ke luar negeri dan Islam dijauhkan dari negara.

Problema Akibat Ketiadaan Khilafah Islamiyah

Ketiadaan Khilafah mengakibatkan terjadinya penindasan dan pembantaian kaum muslim di berbagai belahan dunia seperti saat ini. Sesungguhnya, tugas seorang Imam atau khalifah itu adalah memberikan rasa aman atas urusan dunia dan agamanya (atas penyimpangan) akibat dari serangan musuh-musuh Islam baik itu dari kalangan kafir ataupun dari kalangan orang-orang munafik. Kewajiban seorang imam juga memerintahkan umat untuk menaati Allah dan Rasul-Nya serta mengatur (memerintah) mereka dengan adil dan tidak ada hukum yang adil kecuali hukum Allah ‘Azza wa Jalla. Maka bisa dibayangkan, kondisi umat ketika tidak ada Imam atau Khalifah.

Ketiadaan Khilafah merupakan jalan menuju kerugian, kehancuran, dan kebinasaan. Firman Allah ta’ala: “Kemudian Kami menjadikan kamu berada di atas syariah (peraturan) dari urusan (agama) itu. Karena itu ikutilah syariah itu dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun dari (siksaan) Allah. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa” (QS al-Jatsiyah [45] : 18-19).

Berdasarkan ayat ini, Allah ta’ala memerintah kita agar senantiasa menjalankan semua syariah yang sudah Allah tetapkan. Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya (7/267),

اتبع ما أوحي إليك من ربك لا إله إلا هو، وأعرض عن المشركين     

“Ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu, tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.”

Kemudian beliau melanjutkan,

ولايتهم لبعضهم بعضا، فإنهم لا يزيدونهم إلا خسارا ودمارا وهلاكا  

“Tiada bermanfaat bagi mereka pertolongan sebagian mereka kepada sebagian yang lain; karena sesungguhnya tiada yang mereka peroleh selain dari kerugian, kehancuran, dan kebinasaan.”

Maka, hendaklah kita berhati-hati dari segala rayuan yang memalingkan dari apa yang Allah turunkan. Nilai apapun yang posisinya menggantikan kitab suci hakikatnya adalah “hakim” baru selain Allah. Menurut Imam Ibnu Katsir, ia adalah jalan menuju kerugian, kehancuran, dan kebinasaan.

Perjuangan Mengembalikan Tegaknya Khilafah islamiyah

Demi mengembalikan kejayaan dan kemuliaan Islam, saat ini banyak gerakan dakwah Islam yang berjuang mengembalikan kekhilafahan. Melalui aktivitas dakwah kelompok-kelompok Islam ideologis yang muncul di pertengahan abad 20-an ini, sedikit demi sedikit umat mulai sadar bahwa kondisi buruk yang mereka alami tidak lain adalah akibat mereka jauh dari syariat Islam dan institusi penegaknya, yakni Khilafah.

Dalam hal ini, umat mulai mampu merasakan, bahwa tanpa institusi Khilafah, hukum syari’ah benar-benar hilang penerapannya satu persatu. Dan sebagai gantinya berkembanglah berbagai kemaksiatan dan kesempitan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Ikatan-ikatan Islam akan terburai satu demi satu, setiap kali satu ikatan terburai orang-orang bergantungan pada ikatan selanjutnya. Yang pertama kali terburai adalah masalah hukum (pemerintahan) dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad dari Abu Ya’la, dengan sanad shahih)

Hanya saja, saat ini kesadaran tersebut memang belum begitu mengental dalam bentuk yang mampu menggerakan mereka untuk bersegera mewujudkannya dalam realitas kehidupan. Dan ini adalah PR besar bagi aktivis kelompok-kelompok dakwah yang berkehendak mengembalikan kemuliaan umat dengan Islam.

Yakni, bagaimana menggambarkan konstruksi penerapan Islam dan Khilafah dalam detil-detil persoalan hidup mereka. Hingga tergambar jelas betapa Islam dan Khilafah adalah solusi praktis atas persoalan hidup mereka, satu-satunya pilihan jalan bagi mereka, sekaligus kewajiban yang tak bisa mereka elakkan.

Tentu saja, mengembalikan Khilafah ke pangkuan umat memang bukan hal mudah. Rintangannya begitu besar karena praktik kekufuran dan penjajahan atas umat Islam di-back up oleh negara-negara adidaya, dengan berbagai strategi jitu dan didukung oleh berbagai sarana dan prasarana yang mereka miliki.

Dan di saat yang sama, mereka pun dibantu oleh anak-anak kaum Muslimin yang rela menjadi umala alias agen penjajah, yang siap mempertahankan sistem sekuler dengan segenap kemampuan mereka demi keuntungan yang mereka dapatkan dari penjajah.

Sementara itu, perjuangan umat mengembalikan Khilafah hari ini hanya bertumpu pada kelompok-kelompok dakwah saja. Namun kelompok ini diisi oleh individu-individu ikhlas yang memiliki semangat juang tinggi dan kekuatan keyakinan serta harapan besar akan pertolongan Allah SWT.

Modal inilah yang justru akan menghantarkan mereka pada keberhasilan meraih dukungan umat. Hingga suatu saat mereka akan mampu memimpin umat melakukan perubahan ke arah yang hakiki yakni dengan tegaknya hukum Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah sebagaimana yang dijanjikan. Dan saat itulah umat akan kembali meraih kemuliaan hakiki, dan menjadi umat terbaik yang akan menebar rahmat bagi semesta alam.

Firman Allah SWT:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada al khair (Islam), menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung“. (QS. Ali Imran: 104)

Dan khabar dalam salah satu hadits :

Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhan), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Dikeluarkan oleh: Imam Ahmad; Musnad Imam Ahmad no.18319 hal.162 Jilid 14 cet.Darul Hadits)

Semoga, janji Allah akan segera terwujud, Khilafah yang dinanti akan tegak kembali. Allahu Akbar!

Penulis: Noor Hidayah | Aktivis Muslimah

Editor: Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.