1 Mei 2024
12 / 100

 

 

 

Oleh Ummu Ismi

 

 

Komisi Hak Anak PBB mendesak para donatur UNRWA (United Nation Relief and Work Agency for Palestine Refugees in the Near East), untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka membekukan anggaran badan tersebut di tengah krisis yang mengancam anak-anak di Gaza. Setiap hari di Gaza, lebih dari 10 anak kehilangan satu atau kedua kakinya akibat bom, dan 17.000 anak saat ini hidup sendirian karena orang tua mereka meninggal atau hilang. Ann Skelton, Ketua Komisi Hak Anak PBB, berbicara terus terang tentang penderitaan anak-anak di Gaza, yang kini hidup dalam ketakutan, kelaparan dan penderitaan.

Melalui pesan di platform X, Ketua UNRWA, Philippe Lazzarini memperingatkan bahwa pemotongan dukungan donatur dapat segera melemahkan kegiatan UNRWA di Gaza. Menanggapi komentar Lazzarini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz memintanya untuk mengundurkan diri. Sedangkan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres meminta negara-negara donatur untuk terus menjamin kelangsungan UNRWA dan berjanji akan menyelidiki secara menyeluruh tentang tuduhan Israel yang mengira beberapa anggota UNRWA terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Dia mengatakan Gaza tidak boleh dikenai sanksi, dan pendanaan yang ada saat ini akan membuat UNRWA tidak mampu memenuhi kebutuhan dua juta warga sipil yang bergantung pada bantuannya di Februari mendatang.

Siapapun yang melihat situasi saat ini di Gaza tentu tidak akan bisa berkata-kata. Dunia masih diam dan hanya mengkritik meski ketakutan terlihat nyata di kota ini. Penderitaan umat Islam Palestina, termasuk anak-anak tak berdosa, nampaknya semakin diperburuk dengan kebrutalan tentara Zionis Yahudi.

Kejamnya, dana kesejahteraan bagi warga Muslim Palestina juga dipotong, namun dunia tetap diam seolah-olah mendukung perubahan anggaran tersebut. Perubahan anggaran Muslim Palestina membuktikan sekali lagi bahwa dunia sama sekali tidak punya rasa kemanusiaan terhadap penderitaan umat Islam Palestina. Inilah sistem kehidupan yang telah dirusak oleh penerapan sistem kapitalis.

Satu-satunya sistem kehidupan yang menghargai darah dan jiwa manusia adalah sistem Islam. Allah Swt. telah menyatakan bahwa membunuh jiwa yang tidak bersalah sama dengan membunuh seluruh umat manusia. Allah Swt. berfirman:

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى الأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًا

“Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, seakan-akan ia telah membunuh seluruh manusia.” (QS. Al-Maidah: 32).

Allah Swt. mengancam orang-orang yang mengancam nyawa seorang mukmin dengan ancaman yang sangat serius, yaitu neraka. (QS. An-Nisa: 93). Dalam hadits Rasulullah saw. juga meriwayatkan bahwa Allah Swt. mengancam akan menghukum seluruh penghuni langit dan bumi jika mereka bersekongkol untuk membunuh seorang muslim. Rasulullah saw. bersabda:

“Andai penduduk langit dan bumi berkumpul membunuh seorang muslim, sungguh Allah Swt. akan membanting wajah mereka dan melemparkan mereka ke dalam neraka.” (HR. Ath-Thabrani).

Dalam Islam, nilai kehidupan manusia selalu dilindungi, bahkan dalam peperangan. Islam mempunyai aturan tentang perang. Serangan tidak boleh dilakukan dengan kebrutalan seperti yang dilakukan oleh pasukan Zionis Yahudi di Jalur Gaza Palestina.

Mengenai aturan Islam saat perang:

  1. Dilarang membunuh wanita dan anak-anak. (HR. Bukhori dan Muslim),
  2. Dilarang membunuh orang-orang yang tidak mengikuti perang. (QS. At-Taubah: 6),
  3. Memenuhi janji dengan kesepakatan bersama. (QS. At-Taubah: 8),
  4. Dilarang membunuh orang tua ataupun orang sakit. (HR. Abu Dawud),
  5. Dilarang menghancurkan tanaman dan membunuh hewan. (Kitab Al-Muwatta).

Secara historis, ketika sistem Islam didirikan dengan kokoh di bawah naungan Khilafah, umat Islam mengobarkan perang yang jauh dari permukiman mereka. Sebab, perang merupakan salah satu bentuk hukum jihad yang bertujuan untuk menghancurkan penghalang fisik atau melindungi umat Islam yang terjajah. Islam juga menjunjung tinggi kemanusiaan, termasuk pada umat lain yang membutuhkan.
Tindakan ini termasuk tahapan praktis dalam melaksanakan qimah insaniyah. Kitab Syekh Taqiyuddin An-Nabhani, Mafahim Hizbut Tahrir menjelaskan bahwa qimah insaniyah adalah nilai kemanusiaan sebuah tindakan. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyelamatkan manusia tanpa membedakan warna kulit, ras, agama atau pendapat lain selain kemanusiaan.

Salah satu tindakan tersebut terjadi pada masa pemerintahan Kekhalifahan Utsmani, ketika Khalifah Sultan Abdul Majid I mengirimkan perbekalan bantuan kepada masyarakat Irlandia yang sedang menderita kelaparan, yang dikenal dengan “The Great IrishFamine“. Saat itu, Sultan Abdul Majid I memberikan bantuan sebesar £1.000 dan mengirimkan tiga hingga lima kapal yang memuat berbagai kebutuhan pokok, seperti gandum, madu, jagung, serta pakaian ke Irlandia. Padahal jarak antara Kekhalifahan Utsmani dan Irlandia sangat jauh dan terbentang beberapa mil. Bukankah ada perbedaan yang sangat jelas antara sistem kapitalis dan sistem Islam dalam hal melindungi kehidupan manusia? Wallahua’lambiash-shawwab. [DMS]

Editor: Reni Rosmawati

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.