3 Mei 2024

Dimensi.id-Haruskah masalah di masyarakat viral dulu baru ditindaklanjuti atau senyap pemberitaan tapi menghasilkan kerja nyata yang bisa dinikmati masyarakat banyak dan juga banjir penghargan berupa prestasi yang diakui dunia. Dulu Jakarta dibully karena menjadi langganan banjir. Tapi tidak saat ini dalam kepempinan Anis Baswedan, Jakarta sepi dari pemberitaan banjir

Sebailknya daerah yang dulu aman dari banjir menjadi terdampak banjir parah karena pembangunan infrastrutur ugal-ugalan yang mengabaikan keseimbangan alam. Hilangnya kawasan resapan air dan juga sampah yang menyumbat saluran air membuat banjir tidak bisa dikendalikan ditengah derasnya curah hujan.

Baca juga: Narkoba menjerat kaum muda

Tidak hanya sukses dalam menangani banjir, Jakarta juga nampak lebih bersih dan tertapa rapi sehingga banyak buzzer yang tidak bisa menahan diri untuk terus melancarkan kebencian dan permusuhannya karena melihat kesuksesan orang yang dibenci sampai tega mendo’akan agar segera binasa.

Tapi itulah buzzer yang tugasnya hanya untuk membuat gaduh dan menyebarkan kebencian agar musuhnya terpancing dan emosi untuk bisa dijebak dalam jeratan pasal ujaran kebencian. Mereka para buzzer bebas menyebarkan kebencian, namun hukum dunia terbukti  tidak berdaya menyentuh mereka yang dalam lingkaran kekuasaan.

Memang banyak masalah sosial di masyarakat sering diabaikan sampai masalah Itu menjadi viral. Seolah pemberitaan satu kebijakan atau tindakan mengatasi masalah harus ramai dibicarakan sebagai bentuk pencitraan. Sementara, apa yang lewat dari sorotan media dianggap tidak penting untuk mendapatkan perhatian untuk segera diselesaikan. Meskipun rakyat menjerit dan meminta pertolongan tidak didengar karena tidak viral yang bisa mendongkrak popularitas dan elektabilitas.

Contoh nyata adalah kondisi jalan Raya yang rusak dan telah menelan korban kecelakaan dari pengguna jalan yang melintasi  jalan di depan balai desa Buncitan, kecamatan Sedati, kabupaten Sidoarjo. Sungguh memprihatinkan, tapi jeritan rakyat seolah menembus ruang hampa. 

Jalan Raya rusak yang sudah menelan korban kecelakaan karena faktanya tidak semua pengendara terbiasa melewati jalan berlubang. Ditambah dengan genangan air akibat hujan membuat jalan semakin membahayakan, licin dan sering lobang besar tidak nampak karena tertutup air yang menggenang.

Tidak sedikit yang kehilangan keseimbangan saat melawati lobang besar dan dalam, ditambah tanah uruk yang membuat jalan tidak karuan, licin dan sungguh berbahaya bagi pengendara pemula. Kondisi jalan rusak tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat sampai akhirnya ada unggagan tik tok tentang jalan rusak yang viral dari netizen yang gerah melihat kondisi jalan yang tidak kunjung dapat perhatian dari pemerintah setempat.

Setelah masalah viral, menyita perhatian warganet, baru pemerintah setempat mau mendengar keluhan masyarakat paling tidak datang untuk meninjau jalan yang rusak parah. Ternyata dana perbaikan jalan sudah ada tapi jika keluhan masyarakat tidak viral tidak ada tindakan dan kemauan untuk memperbaiki. Selama ini hanya terkesan tambal sulam yang hanya menutupi lobang dengan tanah uruk yang tidak memperbaiki malah membuat jalan bertambah parah di musim penghujan.

Masalah viral dengan aplikasi tik tok, vedio Youtube atau twitter agar menjadi trending topic menjadi pilihan agar bisa diperhatikan oleh pengambil kebijakan. Masalah ditindak lanjuti saat sudah viral di sosial media dan diketahui banyak orang. Pejabat mulai resah saat masalah yang harusnya menjadi tanggungjawabnya viral.

Bertindak atas dorongan pencitraan sehingga saat masalah viral, pejabat mulai bergegas menanggapi agar terkesan baik dihadapan orang banyak. Semua dibiarkan saat masalah tidak viral. Pejabat kurang tanggap dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi rakyat, karena kepentingan rakyat bukan tujuan tapi kekuasaan. Saat masalah viral bisa menggoyang kekuasaan, baru dapat perhatian bukan karena pejabat yang perduli untuk mengurusi urusan rakyat.

Pemahanan pejabat telah banyak dipengaruhi oleh sistem demokrasi yang mengedepankan pencitraan, bukan amanah untuk mengurusi rakyat. Tidak viralpun pemimpin memiliki tangung jawab untuk mengurusi rakyatnya. Jeritan rakyat harus didengar apalagi sudah menelan korban karena tidak tanggapnya pemerintah pada masalah rakyatnya, meskipun tidak viral dan menguntungkan kedudukannya.

Pemahanan demokrasi harus diganti bukan pencitraan tapi kesadaran dengan Tuhannya yang akan membuat para pejabat tanggap dan bergerak cepat dan tidak perlu menunggu masalah sampai viral. Dan mekakukan perbaikan jangan hanya sekedarnya, tapi lakukan dengan sepenuh hati bukan pencitraan yang akan disorot media.

Tindakan yang pura-pura tidak akan menyelesaikan akar masalah dan malah menghabiskan energi dan dana yang sering salah sasaran dan tidak jarang disalah gunakan atas nama dana sosial untuk membantu masalah rakyat

Sungguh, jeritan rakyat sudah tidak tertahan. Harusnya pemerintah tanggap dan bertindak dengan sepenuh hati untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Pemimpin harus peka dan tanggap terhadap apa yang diinginkan rakyatnya. Jangan hanya pencitraan satu tindakan diambil tapi memang perlu dilakukan tanpa harus menunggu viral.

Kita butuh pemimpin ideal yang amanah dan bertindak atas dasar kesadarannya dengan Tuhannya. Dia mengambil satu kebijakan dan tindakan untuk mencari ridho Allah. Tugas seorang pemimpin yakni mengurusi urusan umat, bukan sibuk untuk mempertahankan kekuasaan sehingga gemar melakukan pencitraan. Sangat disayangkan banyak masalah sosial terabaikan karena dianggap tidak menguntungkan untuk diselesaikan. Sementara drakor dimunculkan agar terkesan perhatian, perduli dan dekat dengan rakyat.

Sungguh rugi jika satu perbuatan didorong hanya karena ingin dapat pujian dan penghargan dari manusia. Seorang pemimpin yang baik harusnya peka dan tanggap terhadap permasalah rakyat yang dipimpinnya, meskipun senyap pemberitaan bahkan jikalau dapat hujatan karena seorang pejabat harus berbuat ikhlas untuk rakyatnya. Seorang pejabat juga harus siap dikritik agar bisa terus memperbaiki kinerjanya tapi tidak boleh sakit hati dan menakuti rakyat dengan ancaman yang membungkam rakyat yang kritis menyuarakan aspirasinya.

Sejarah telah mencatat banyak pemimpin ideal dalam sistem Islam yang peduli dengan rakyatnya. Alkisah, di era kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz Khalifah Dinasti Umayyah mengutus seorang petugas pengumpul zakat, Yahya bin Said untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, dia bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun, dia tidak menjumpai seorang pun.

Pemimpin ideal mampu membuat rakyat yang di pimpinnya hidup sejahtera dan sejarah telah mencatatnya. Sebaliknya sangat langka pemimpin ideal dalam sistem demokrasi. Mereka pandai melakukan pembelaan dan pencitraan agar terlihat baik di depan kamera, tapi miskin prestasi dan kerja nyata untuk rakyatnya.

Penulis: Mochamad Efendi

Editor: Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.