4 Mei 2024
Degradasi pendidikan

Dimensi.id-Pandemi Covid19 belum jelas kapan berakhir. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyiapkan skenario Belajar Dari Rumah (BDR) hingga akhir 2020, namun meleset hingga saat ini. Kurikulum darurat dalam kondisi pandemi yang telah ditetapkan dalam KepMendikbud No.719/P/Tahun2020 belum mampu menstabilkan dunia pendidikan.

Diperkirakan lebih dari 1,6 juta anak di Sumatera Utara (Sumut) saat ini mengalami kegagalan kemampuan belajar. Hal itu disebabkan tidak adanya inovasi dan terobosan yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut selama masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan anak belajar di rumah. (11/2)

Survei yang dilakukan oleh Kemendikbud menyatakan bahwa 50% atau lebih siswa tidak memenuhi standar kompetensi yang diharapkan selama Belajar Dari Rumah (BDR), menurut naraca Pendidikan Sumut tahun 2019 bahwa jumlah peserta didik di Sumut sebesar 3.302.927 siswa, berdasarkan penelitian itu maka ada 1,6 juta peserta didik yang akan mengalami kehilangan belajar(11/2)

Berbagai stimulus kerap dilakukan pemerintah agar pembelajaran dapat berlangsung sesuai target capaian pendidikan, kuota belajar dan media dimanfaatkan secara optimal, namun tetap berbuah nihil. Karena guru tak bisa mengawasi siswa dari jauh dan orangtua pun tak sepenuhnya bisa dituntut mendampingi anaknya.

Malah yang riuh terdengar bahwa guru terlalu banyak memberikan tugas sehingga siswa terbebani dan orangtua pun dikabarkan mengeluh sehingga kadang terjadi kekerasan dalam rumah tangga, bahkan ada yang berujung tindak kriminal. Belum lagi polemik siswa dipedesaan yang kekurangan fsilitas, terobosan pemerintah nyatanya tak berdampak. Kuota belajar sia-sia belaka karena ketiadaan jaringan.

Ambruknya kualitas pendidikan merupakan ancaman kemunduran generasi, sarana prasarana yang tidak memadai, serta kurikulum yang berubah ubah, menjadikan gamang dunia pendidikan karena tak tentu arah pendidikan dan strategi yang terkesan trial error. Sangat miris terdengar, di tengah koar–koar PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), yang ada justru dekadensi moral.

Paradigma sekuler yang mementingkan materi semata menjadikan fokus pendidikan hanya terpaut pada nilai di atas kertas dan kuantitas bahan ajar, sekolah untuk mencari nilai bagus, lulus dan bisa kerja. Hiruk pikuk belajar mengajar hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan, lantas melupakan proses PPK (Penguatan Pendidikan Karakter ) yang sejati. Karena itu, kekhawatiran akan kegagalan kemampuan belajar  tidak boleh diabaikan.

Islam telah memberikan solusi dan strategi yang sudah teruji kehandalannya. Paradigma pendidikan Islam yang dilandasi aqidah Islam yang benar, menjadikan siswa bergerak untuk belajar atas dasar kesadaran diri untuk menuntut ilmu dan mencapai ridhaNya, nilai halal haram tak dilanggar dalam kehidupan, kurikulum Islam menanamkan aqidah dalam kehidupan dan arah tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya generasi yang berkepribadian Islam dengan strategi pendidikannya adalah materi aqidah dan tsaqafah Islam menjadi materi utamanya. Adapun penguasaan ilmu kehidupan diserahkan kepada minat siswa.

Namun itu semua tidak luput dari peran utama negara yang berfungsi sebagai pengelola urusan rakyat dan perisai rakyat, negara memperhatikan betul kebutuhan dunia pendidikan, sarnan prasarana serta pendidikan yang terbaik di fasilitasi negara secara cuma-cuma untuk rakyat.

Penulis: Riani | Guru di Medan

Editor: Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.