Penulis : Farida, Pemerhati Sistem Politik Islam
Dimensi.id-Program New Normal yang selalu diwacanakan pemerintah untuk berdamai dengan Covid 19 agar tetap dapat produktif seperti sebagaiman sebelum adanya wabah covid 19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularannya.
Namun apakah new normal sebagai upaya negara untuk sungguh-sungguh menjadikan kehidupan rakyat menjadi normal kembali ?
Faktanya secara jelas tidak dapat dipungkiri lagi dibalik new normal adanya tuntutan para kapitalis pemilik modal yang tidak mau terus menerus merugi karena kebijkan lowdown atau PSBB yang menyebabkan roda perekonomian melambat terutama sektor konsumsi masyarakat yg menurun akibat banyaknya masyarakat yg dirumahkan, tidak bekerja atau di PHKsehingga daya beli menurun.
Akhirnya diwacanakan new normal di tengah wabah yang belum melandai bahkan cenderung meningkat paska pelonggaran PSBB di awal Juni lalu.
Berharap para pelaku ekonomi dan pengusaha mulai start dan bangkit kembali setelah lebih dari 3 bulan hampir seluruh aktifitas perekonomian terhenti, seiring dng kebijakan PSBB, setidaknya new normal berjalan sampai menunggu vaksin Covid 19 ditemukan.
Wacana New normal ini meresahkan masyarakat, dan tenaga kesehatan (nakers), bagaimana tidak kurva covid belum melandai, bahkan puncak nya pun belum terlewati, dan mungkin saja serangan Covic 19 gelombang kedua sudah siap mengintai.
Bahkan data hingga Sabtu, 13/06/2020,( Okenews,) pemerintah mencatat ada penambahan 1.014 orang pasien positif Corona di Indonesia. Dengan demikian jumlah total pasien positif Covid-19 sebanyak 37.420. Untuk jumlah pasien sembuh juga terjadi penambahan sebanyak 563 orang, sehingga totalnya menjadi 13.776 orang. Pasien meninggal dunia totalnya menjadi 2.091 orang setelah mengalami penambahan sebanyak 43 orang.
Di Jakarata beberapa hari sebelumnya terjadi penambahan kasus, Selasa 9 Juni 2020 terdapat 239 kasus baru COVID-19 memecahkan rekor tertinggi, Catatan 239 kasus baru mengalahkan catatan tertinggi sebelumnya, yakni pada 16 April silam dengan 223 kasus baru.(Detik.com, 9/6/2020). Dengan penambahan 239 kasus baru, maka total kasus COVID-19 secara akumulatif di Jakarta mencapai 8.279 kasus hingga saat ini. Untuk angka kesembuhan baru pada Selasa,9 Juni adalah 164 orang, angka kematian COVID-19 baru ada 9 orang.
Berdasarkan laporan data pada akun Twitter @BNPB_Indonesia, Jumat (19/6/2020) sore, tercatat ada 1.041 kasus baru.Sehingga total kasus virus corona di Indonesia menjadi 43.803 orang.Untuk jumlah pasien yang sembuh bertambah sebanyak 551 orang.
Kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia kembali bertambah pada Sabtu (20/6/2020).Hingga Sabtu (20/6/2020) sore, terdapat penambahan sebanyak 1.226 orang.
Dilansir dari Tribunnews.com, menurut data worldometers.info, hingga kini total 8.745.570 orang di dunia telah terinfeksi Covid-19, dimana 461.760 di antaranya meninggal dunia dan 4.619.373 lainnya sembuh.
Amerika Serikat pun memiliki jumlah kasus tertinggi yaitu 2.294.952, jauh melebihi China dimana tempat virus corona bermula yang hanya 83.325 kasus.
Sementara itu, Indonesia menduduki posisi 30 sebagai negara dengan jumlah kasus covid 19 terbanyak.
Dari data tersebut jelas menunjukkan belum terlihat puncak penyebaran covid apalagi melandai.
Lalu apa sebenarnya wacana dibalik New Normal ?
Sistem kapitalis yang disandarkan kepada pertumbuhan ekonomi, menjadikan wabah pandemi mengancam eksistensinya, wajar jika para pengusaha menekan penguasa untuk menjalankan roda ekonomi kembali, tanpa harus menunggu wabah melandai atau berakhir. Karena konsep “waktu adalah uang”, menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai prioritas dan menyingkirkan arti nyawa manusia.
Berbagai tekanan yang ditujukan kepada penguasa mulai dari pernyataan Bank Dunia atau World Bank memprediksi ekonomi Indonesia diramal bisa tak tumbuh sama sekali alias 0% karena virus Corona. Perkiraan ini berdasarkan minimnya kegiatan ekonomi dan menurunnya kepercayaan konsumen selama PSBB ini. (detikfinance, Jumat, 19 Juni 2020).
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, hal mendasar yang bisa dilakukan pemerintah agar kebijakan kehidupan normal yang baru atau new normal bisa efektif mendongkrak ekonomi RI adalah memperbesar stimulus fiskal hingga 10% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.(detikfinance, Jumat, 19 Juni 2020)
Dan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional terbaru di 2020. Ekonomi Indonesia akan tumbuh di level antara -0,4% sampai 1% atau masuk dalam skema berat. (detikfinance, Jumat, 19 Juni 2020)
Pada kuartal II-2020, diprediksi ekonomi nasional minus 3,1% atau turun drastis dari realisasi kuartal I-2020 yang sebesar 2,97%. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku, proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional akan bergantung pada realisasi kuartal III dan IV tahun 2020.
“Tentu ini sangat tergantung dari kemampuan kita untuk pulihkan ekonomi di kuartal III dan IV atau semester II,” ungkap Sri Mulyani.
Masyarakat perlu sadar bahwa pengusaha dalam menetapkan kebijakan new normal tidak semata untuk menyelesaikan masalah kesehatan, namun untuk mengembalikan kepercayaan pasar sehingga prioritas pertumbuhan ekonomi meningkat, tapi ekonomi untuk siapa? Sehingga rakyat harus bergerak mendongrak pertumbuhan ekonomi.
Padahal penguasa telah abai dan tidak bersungguh – sungguh sejak awal untuk menangani pandemik ini, lebih berpihak kepada pengusaha atau para pemilik modal, dengan menetapkan kebijakan anggaran yg jauh lebih besar untuk stimulus pemulihan ekonomi dibandinglan dana untuk kesehatan nyawa rakyatnya.
Covid 19 ini sekaligus membuktikan bahwa jalannya kekuasaan yang tidak bersandar kepada aqidah islam pasti akan menyebabkan kerusakan dan kehancurakan dalam segala aspek, lain halnya jika ditegakkan atas dasar iman dan ketakwaan .
Dengan Khilafah, Indonesia Menjadi Normal, Bahkan Menormalkan Dunia
Sejarah telah membuktikan dalam 13 abad peradaban islam berhasil membawa berkah bagi seluruh alam. Peradaban islam menjadi mercusuar dunia dan memiliki daya pengaruh yg besar dihadapan negara-negara lain.
Gemilang hasilnya apabila sistem hidup yang diterapkan berasal dari Sang Maha Pencipta kehidupan, bukan dari sistem kapitaslis aturan buatan manusia yang menyengsarakan rakyatnya.
Islam menjadikan negaranya menjadi spesialis menyejahterakan rakyatnya, memberikan rasa tentram dan ketenangan bagi masyarakatnya.
Dengan kepala negaranya yg penuh tanggung jawab dan memperioritaskan keselamatan rakyat selalu jadi sesuatu yg sangat berharga jk dibandingkan dng kepentingan apapun, ekonomi apalagi kepeantingan kapitalis. Karenanya nyawa rakyat tak bisa ditukar dengan apapun.
Akidah islam sebagai dasar berdirinya negara islam ,menjadikan sebagai satu-satunya beradaban yg layak bagi manusia. Kehidupannya berjalan sesuai dengan perintah dan larangan Allah dengan mewujudkan nilai kemanusain, materi dan moral secara serasi dan seimbang.
Maka tdak heran jika semua persoalan bisa diatasi dengan tuntas. Sebagaiman keberhasilan Khalifah Umar bin Khathab ra. dalam menghadapai wabah Tho’un. Dia menerapakan lockdown secara total dengan tetap menjamin kebutuhan pokok masyarakat, baik bahan pangan, obat-obatan maupun kebutuhan pribadi masyarakat.
Sejak zamanya berbagai penelitian untuk menemukan obat-obatan baru dilancarkan, tentunya dengan dukungan dana yang besar. Para ilmuwan pun bisa leluasa bekerja menemukan obat-obat baru untuk menghadapi wabah.
Oleh karena itu sudah saatnya umat isalam sadar dari kebijakan yang penuh ketidaknormalan ini dan segera mengambil sistem islam yaitu khilafah sebagai satu-satunya solusi atas segala permasalahan yang terjadi, termasuk dalam penangangan wabah Covid 19 ini.
Hanya dengan khilafah negeri yang mayoritas muslim ini akan benar-benar kembali normal bahkan mampu menormalkan dunia.
Wallohu A’lam Bisshowab
Editor : Fadli