2 Mei 2024
Muhasabah Akhir Tahun
68 / 100

Dimensi.id-Sahabat Muslimah, tak terasa Desember 2023 akan segera berakhir. Artinya, bertambah satu tahun sudah kita menjalani hidup. Sebagai muslim patut kiranya bermuhasabah diri berdasar pesan Alloh SWT:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Sahabat, kita memahami bahwa dunia bukan ujung kehidupan. Kampung akhiratlah justru tempat kita kembali nan abadi. Oleh karenanya, terhadap dunia dan hari esok (akhirat) pandangan kita harus jelas. Allah senantiasa mengingatkan kita agar menjalani hidup di dunia dengan taqwa, karena didalam taqwa terhimpun seluruh kebaikan, tak hanya bagi individu melainkan juga masyarakat. Dengan taqwa, kita bisa sampai di kampung akhirat dalam kondisi baik dan menikmati perjalanan dunia juga dipenuhi kebaikan. Alloh Swt -Sang Pencipta kita- telah menurunkan risalah lengkap sebagai panduan hidup dengan taqwa. Risalah Islam ini membimbing setiap inci hubungan kita yang mencakup:

Hablum mina Allah: dengan risalah tentang kemanan dan ibadah

Hablum bi nafsi: dengan risalah mengenai makanan, minuman, berpakaian dan berakhlak

Hablum minan Nas: dengan risalah  tentang muamalah ekonomi, pendidikan, pergaulan, politik dan menetapkan sistem sanksi bahkan menjalin hubungan luar negeri

Dalam Islam, taqwa menjadi asas berhubungan dengan Allah, diri sendiri dan manusia lain. Taqwa juga merupakan asas bagi negara mengatur seluruh hubungan tersebut agar sejalan dengan misi penciptaan kita sebagai kholifatun fil ‘ardli yang akan menebar rahmah dan barokah di muka bumi. Allah swt berfirman dalam QS. Al A’raaf: 96

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Pertanyaannya kemudian, apakah keberkahan yang Allah janjikan dari segala penjuru (langit dan bumi) sudah kita dapatkan hari ini? Apakah kesejahteraan dan keadilan sudah kita peroleh? Apakah para pemimpin telah meri’ayah (mengurus) rakyat dengan baik? Jawabannya: jauh panggang dari api! Apa sebabnya? Tentu saja kita musti kembali kepada pra syarat yang Allah nyatakan dalam firman Nya tersebut. Apakah kita sudah mengimani dan mena’ati Allah dalam setiap hal? Apakah para pemimpin rakyat sudah menggunakan seluruh syari’at Allah secara kaffah dalam mengatur pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, keamanan, ekonomi, hingga politik dan pemerintahan? Sekali lagi belum! Lantas, hukum siapa yang hari ini dita’ati?  Jika bukan hukum Allah, artinya menggunakan hukum buatan manusia sendiri yaitu hukum kapitalis (berorientasi materi) dan liberalis (mengagungkan kebebasan). Apa buktinya?

  • beragama dan menjalankan agama dianggap sebagai hak asasi, maka manusia bebas memilih agama yang dia suka atau tidak beragama

  • nilai kebenaran relatif, bisa berbeda sesuai masing-masing orang, tempat, situasi dan perbedaan waktu.

  • berpendapat dan bertingkah laku harus dijamin kebebasannya. Maka LGBT dan sex bebas menjadi hak asasi.

  • keinginan memiliki apapun terbuka lebar asal mampu meraih, berapapun dan seperti apapun caranya. Boleh saja membeli tambang, jalan tol, hutan bahkan pantai. Boleh saja menjual miras dan menjual kehormatan diri menjadi pramusaji di bar asal tempatnya berlisensi.

  • kriminalitas dan hukuman terasa tebang pilih, sementara hukum ilahi dipandang sudah ketinggalan zaman

  • para penguasa banyak terlibat korupsi dan penyalahgunaan jabatan.

Jika demikian realitasnya, apa akibat dari penerapan aturan yang buruk ini? Tentu peningkatan keburukan juga, yaitu kerusakan moral, kehamilan di luar nikah, dispensasi nikah dini, perceraian penyakit HIV Aids, kebodohan, ketidakadilan, kemiskinan ekstrim dan peningkatan angka kriminalitas bahkan kerusakan lingkungan sebagai penyanggah kehidupan dan ruang hidup manusia itu sendiri. Semua petaka yang menimpa umat ini harus kita akhiri. Lalu, APA YANG ALLAH PERINTAHKAN? Bertaubat dan memperbaiki amal, sebagaimana pesan Allah SWT:

Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (an-Nisa/4: 146).

Sahabat, marilah bersama kita berkomitmen memperbaiki diri dan bersama-sama memperbaiki kondisi umat sehingga kita layak mendapat predikat taqwa dan ummat terbaik (khoiru ummah). Untuk itu, jangan lewatkan Majelis Ta’lim yang akan membahas lebih detil Risalah Akhir Tahun 2023 untuk mendapat gambaran lengkap bagaimana kita harusnya melangkah menjalani tahun 2024 dengan taqwa dan dalam taqwa untuk menatap keagungan Alloh di Surga-Nya. Aamiin. Sahabat Muslimah, ujung Desember 2023 sudah mendekat, setahun sudah kita menjalani usia, semoga setiap langkah kita Alloh hitung langkah menapaki jalan ketaatan. Kiranya penting bagi kita untuk muhasabah diri, sebagaimana pesan Alloh SWT:

apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Sahabat…..

Pandangan kita terhadap hari esok (akhirat) haruslah sangat jelas, karena itulah kampung tempat kita kembali dan kampung itu abadi. Alloh pesankan kita senantiasa menjalani hidup dengan ketaqwaan agar kita sampai di kampung akhirat dalam kondisi baik dan menikmati perjalanan di dunia ini juga dengan kebaikan.

Sahabat….

Taqwa akan menghimpun seluruh kebaikan, karena taqwa akan memberikan pengaruh yang besar bagi individu dan masyarakat.

Alloh adalah Dzat yang Maha Sempurna, Dia menurunkan Risalah yang sempurna dan mengutus Nabi-nya yang mulia untuk membimbing kita dalam menapaki jalan kehidupan. Risalah Islam membimbing setiap hubungan kita:

  1. Hubungan kita dengan Alloh: beriman dan beribadah
  2. Hubungan kita dengan diri sendiri: makan dan minum, berpakaian dan berakhlaq
  3. Hubungan kita dengan sesama: bermuamalah, bergaul, berpolitik dan menetapkan sistem sanksi bahkan menjalin hubungan luar negeri

Taqwa adalah asas  dalam menjalani setiap hubungan kita, dan juga asas bagi sebuah negara dalam mengatur semua hubungan tadi agar sejalan dengan misi penciptaan kita sebagai kholifatun fil ‘ardli yang akan menebar rahmah dan barokah di muka bumi. Allah swt berfirman dalam QS. Al A’raaf: 96

 

وَلَوْ أَنَّأَهْلَٱلْقُرَىٰءَامَنُواْوَٱتَّقَوْاْلَفَتَحْنَاعَلَيْهِمبَرَكَـٰتٍمِّنَٱلسَّمَآءِوَٱلأَْرْضِوَلَـٰكِنكَذَّبُواْفَأَخَذْنَـٰهُمْبِمَاكَانُواْيَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. “

Sahabat….

Jika kita bermuhasabah, apakah keberkahan dari segala penjuru (langit dan bumi) sudah kita rasakan hari ini. Apakah umat Rasululloh sudah beribadah dan berakhlaq dengan baik? Apakah kesejahteraan dan keadilan sudah mereka dapatkan? Apakah para pemimpin mereka sudah meri’ayah dengan baik? BELUM?

Lalu kenapa belum? Apakah umat sudah mentaati Alloh dengan rajin ibadah dan berakhlaq mulia? Apakah pemimpin mereka sudah mentaati Alloh dengan menerapkan seluruh syariat islam dalam mengatur ekonomi, pendidikan dan menegakkan hukum Alloh? BELUM?

Berarti BELUM terwujudnya kondisi yang baik (rahmah dan barokah) pada umat karena umat dan pemimpin  BELUM juga taat kepada Alloh. CLEAR!

JIKA umat dan masyarakat ini tidak taat mengikuti aturan Alloh, lalu aturan siapa yang mereka taati dan mereka jalankan? Tentu aturan buatan manusia sendiri yaitu aturan kapitalis (berorientasi materi) dan liberalis (mengagungkan kebebasan). Apa buktinya?

  • beragama dan menjalankan agama adalah hak asasi, maka manusia bebas memilih apa yang dia suka

  • nilai kebenaran relatif, bisa berbeda sesuai masing2 orang, tempat, situasi dan perbedaan waktu.

  • berpendapat dan bertingkah laku harus dijamin kebebasannya. LGBT dan sex bebas menjadi hak asasi.

  • keinginan memiliki sesuatu boleh saja asal dia mampu meraih, berapapun dan  seperti apapun caranya. Boleh saja membeli tambang, jalan tol, hutan bahkan pantai. Boleh saja menjual miras dan menjual kehormatan diri menjadi pramusaji di Bar asal tempatnya berlisensi.

  • kriminalitas dan hukuman terasa tebang pilih, sementara hukum ilahi dipandang sudah ketinggalan zaman

  • para penguasa banyak terlibat korupsi dan penyalahgunaan jabatan.

MAKA apa akibat dari penerapan aturan yang buruk ini? Tentu peningkatan keburukan juga: kerusakan moral, kehamilan di luar nikah, dispensasi nikah dini, perceraian penyakit HIV Aids, kebodohan, ketidakadilan, kemiskinan ekstrim dan peningkatan angka kriminalitas bahkan kerusakan lingkungan sebagai penyanggah kehidupan dan ruang hidup manusia itu sendiri. Ini semua- petaka yang menimpa umat ini harus kita akhiri.

LALU APA YANG ALLOH PERINTAHKAN? Tentu bertaubat dan memperbaiki amal.

“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (al-Nisa/4: 146).

Sahabat….

Marilah bersama kita berkomitmen untuk selalu memperbaiki diri dan bersama memperbaiki kondisi umat sehingga kita layak mendapat predikat taqwa dan ummat terbaik (khoiru ummah).

Sahabat, mari kita hadir ke Majlis Ta’lim yang akan membahas lebih detil Risalah Akhir Tahun 2023 untuk mendapat gambaran lengkap bagaimana kita harusnya melangkah menjalani tahun 2024 dengan taqwa dalam taqwa untuk menatap keagungan Alloh di Surga-Nya. MUHASABAH AKHIR TAHUN

 

Sahabat Muslimah, tak terasa Desember 2023 akan segera berakhir. Artinya, bertambah satu tahun sudah kita menjalani hidup. Sebagai muslim patut kiranya bermuhasabah diri berdasar pesan Alloh SWT:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Sahabat, kita memahami bahwa dunia bukan ujung kehidupan. Kampung akhiratlah justru tempat kita kembali nan abadi. Oleh karenanya, terhadap dunia dan hari esok (akhirat) pandangan kita harus jelas. Allah senantiasa mengingatkan kita agar menjalani hidup di dunia dengan taqwa, karena didalam taqwa terhimpun seluruh kebaikan, tak hanya bagi individu melainkan juga masyarakat. Dengan taqwa, kita bisa sampai di kampung akhirat dalam kondisi baik dan menikmati perjalanan dunia juga dipenuhi kebaikan. Alloh Swt -Sang Pencipta kita- telah menurunkan risalah lengkap sebagai panduan hidup dengan taqwa. Risalah Islam ini membimbing setiap inci hubungan kita yang mencakup:

Hablum mina Allah: dengan risalah tentang kemanan dan ibadah

Hablum bi nafsi: dengan risalah mengenai makanan, minuman, berpakaian dan berakhlak

Hablum minan Nas: dengan risalah  tentang muamalah ekonomi, pendidikan, pergaulan, politik dan menetapkan sistem sanksi bahkan menjalin hubungan luar negeri

Dalam Islam, taqwa menjadi asas berhubungan dengan Allah, diri sendiri dan manusia lain. Taqwa juga merupakan asas bagi negara mengatur seluruh hubungan tersebut agar sejalan dengan misi penciptaan kita sebagai kholifatun fil ‘ardli yang akan menebar rahmah dan barokah di muka bumi. Allah swt berfirman dalam QS. Al A’raaf: 96

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ”

Pertanyaannya kemudian, apakah keberkahan yang Allah janjikan dari segala penjuru (langit dan bumi) sudah kita dapatkan hari ini? Apakah kesejahteraan dan keadilan sudah kita peroleh? Apakah para pemimpin telah meri’ayah (mengurus) rakyat dengan baik? Jawabannya: jauh panggang dari api! Apa sebabnya? Tentu saja kita musti kembali kepada pra syarat yang Allah nyatakan dalam firman Nya tersebut. Apakah kita sudah mengimani dan mena’ati Allah dalam setiap hal? Apakah para pemimpin rakyat sudah menggunakan seluruh syari’at Allah secara kaffah dalam mengatur pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, keamanan, ekonomi, hingga politik dan pemerintahan? Sekali lagi belum! Lantas, hukum siapa yang hari ini dita’ati?  Jika bukan hukum Allah, artinya menggunakan hukum buatan manusia sendiri yaitu hukum kapitalis (berorientasi materi) dan liberalis (mengagungkan kebebasan). Apa buktinya?

  • beragama dan menjalankan agama dianggap sebagai hak asasi, maka manusia bebas memilih agama yang dia suka atau tidak beragama

  • nilai kebenaran relatif, bisa berbeda sesuai masing-masing orang, tempat, situasi dan perbedaan waktu

  • berpendapat dan bertingkah laku harus dijamin kebebasannya. Maka LGBT dan sex bebas menjadi hak asasi.

  • keinginan memiliki apapun terbuka lebar asal mampu meraih, berapapun dan seperti apapun caranya. Boleh saja membeli tambang, jalan tol, hutan bahkan pantai. Boleh saja menjual miras dan menjual kehormatan diri menjadi pramusaji di bar asal tempatnya berlisensi.

  • kriminalitas dan hukuman terasa tebang pilih, sementara hukum ilahi dipandang sudah ketinggalan zaman

  • para penguasa banyak terlibat korupsi dan penyalahgunaan jabatan.

Jika demikian realitasnya, apa akibat dari penerapan aturan yang buruk ini? Tentu peningkatan keburukan juga, yaitu kerusakan moral, kehamilan di luar nikah, dispensasi nikah dini, perceraian penyakit HIV Aids, kebodohan, ketidakadilan, kemiskinan ekstrim dan peningkatan angka kriminalitas bahkan kerusakan lingkungan sebagai penyanggah kehidupan dan ruang hidup manusia itu sendiri. Semua petaka yang menimpa umat ini harus kita akhiri. Lalu, APA YANG ALLAH PERINTAHKAN? Bertaubat dan memperbaiki amal, sebagaimana pesan Allah SWT:

“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (al-Nisa/4: 146).

Sahabat, marilah bersama kita berkomitmen memperbaiki diri dan bersama-sama memperbaiki kondisi umat sehingga kita layak mendapat predikat taqwa dan ummat terbaik (khoiru ummah). Untuk itu, jangan lewatkan Majelis Ta’lim yang akan membahas lebih detil Risalah Akhir Tahun 2023 untuk mendapat gambaran lengkap bagaimana kita harusnya melangkah menjalani tahun 2024 dengan taqwa dan dalam taqwa untuk menatap keagungan Alloh di Surga-Nya. Aamiin🤲🏻Sahabat Muslimah, ujung Desember 2023 sudah mendekat, setahun sudah kita menjalani usia, semoga setiap langkah kita Alloh hitung langkah menapaki jalan ketaatan. Kiranya penting bagi kita untuk muhasabah diri, sebagaimana pesan Alloh SWT:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Sahabat…..

Pandangan kita terhadap hari esok (akhirat) haruslah sangat jelas, karena itulah kampung tempat kita kembali dan kampung itu abadi. Alloh pesankan kita senantiasa menjalani hidup dengan ketaqwaan agar kita sampai di kampung akhirat dalam kondisi baik dan menikmati perjalanan di dunia ini juga dengan kebaikan.

Sahabat….

Taqwa akan menghimpun seluruh kebaikan, karena taqwa akan memberikan pengaruh yang besar bagi individu dan masyarakat.

Alloh adalah Dzat yang Maha Sempurna, Dia menurunkan Risalah yang sempurna dan mengutus Nabi-nya yang mulia untuk membimbing kita dalam menapaki jalan kehidupan. Risalah Islam membimbing setiap hubungan kita:

  1. Hubungan kita dengan Alloh: beriman dan beribadah
  2. Hubungan kita dengan diri sendiri: makan dan minum, berpakaian dan berakhlaq
  3. Hubungan kita dengan sesama: bermuamalah, bergaul, berpolitik dan menetapkan sistem sanksi bahkan menjalin hubungan luar negeri

Taqwa adalah asas  dalam menjalani setiap hubungan kita, dan juga asas bagi sebuah negara dalam mengatur semua hubungan tadi agar sejalan dengan misi penciptaan kita sebagai kholifatun fil ‘ardli yang akan menebar rahmah dan barokah di muka bumi. Allah swt berfirman dalam QS. Al A’raaf: 96

وَلَوْ أَنَّأَهْلَٱلْقُرَىٰءَامَنُواْوَٱتَّقَوْاْلَفَتَحْنَاعَلَيْهِمبَرَكَـٰتٍمِّنَٱلسَّمَآءِوَٱلأَْرْضِوَلَـٰكِنكَذَّبُواْفَأَخَذْنَـٰهُمْبِمَاكَانُواْيَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Sahabat….

Jika kita bermuhasabah, apakah keberkahan dari segala penjuru (langit dan bumi) sudah kita rasakan hari ini. Apakah umat Rasululloh sudah beribadah dan berakhlaq dengan baik? Apakah kesejahteraan dan keadilan sudah mereka dapatkan? Apakah para pemimpin mereka sudah meri’ayah dengan baik? BELUM?

Lalu kenapa belum? Apakah umat sudah mentaati Alloh dengan rajin ibadah dan berakhlaq mulia? Apakah pemimpin mereka sudah mentaati Alloh dengan menerapkan seluruh syariat islam dalam mengatur ekonomi, pendidikan dan menegakkan hukum Alloh? BELUM?

Berarti BELUM terwujudnya kondisi yang baik (rahmah dan barokah) pada umat karena umat dan pemimpin  BELUM juga taat kepada Alloh. CLEAR!

JIKA umat dan masyarakat ini tidak taat mengikuti aturan Alloh, lalu aturan siapa yang mereka taati dan mereka jalankan? Tentu aturan buatan manusia sendiri yaitu aturan kapitalis (berorientasi materi) dan liberalis (mengagungkan kebebasan). Apa buktinya?

  • beragama dan menjalankan agama adalah hak asasi, maka manusia bebas memilih apa yang dia suka

  • nilai kebenaran relatif, bisa berbeda sesuai masing2 orang, tempat, situasi dan perbedaan waktu.

  • berpendapat dan bertingkah laku harus dijamin kebebasannya. LGBT dan sex bebas menjadi hak asasi.

  • keinginan memiliki sesuatu boleh saja asal dia mampu meraih, berapapun dan  seperti apapun caranya. Boleh saja membeli tambang, jalan tol, hutan bahkan pantai. Boleh saja menjual miras dan menjual kehormatan diri menjadi pramusaji di Bar asal tempatnya berlisensi.

  • kriminalitas dan hukuman terasa tebang pilih, sementara hukum ilahi dipandang sudah ketinggalan zaman

  • para penguasa banyak terlibat korupsi dan penyalahgunaan jabatan.

MAKA apa akibat dari penerapan aturan yang buruk ini? Tentu peningkatan keburukan juga: kerusakan moral, kehamilan di luar nikah, dispensasi nikah dini, perceraian penyakit HIV Aids, kebodohan, ketidakadilan, kemiskinan ekstrim dan peningkatan angka kriminalitas bahkan kerusakan lingkungan sebagai penyanggah kehidupan dan ruang hidup manusia itu sendiri. Ini semua- petaka yang menimpa umat ini harus kita akhiri.

LALU APA YANG ALLOH PERINTAHKAN? Tentu bertaubat dan memperbaiki amal.

“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (al-Nisa/4: 146).

Sahabat….

Marilah bersama kita berkomitmen untuk selalu memperbaiki diri dan bersama memperbaiki kondisi umat sehingga kita layak mendapat predikat taqwa dan ummat terbaik (khoiru ummah).

Sahabat, mari kita hadir ke Majlis Ta’lim yang akan membahas lebih detil Risalah Akhir Tahun 2023 untuk mendapat gambaran lengkap bagaimana kita harusnya melangkah menjalani tahun 2024 dengan taqwa dalam taqwa untuk menatap keagungan Alloh di Surga-Nya.

Penulis : Yuyun Pamungkas

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.