2 Mei 2024
56 / 100

Kasus bunuh diri yang melibatkan seorang anak 10 tahun karena dilarang bermain HP oleh ibunya menjadi pukulan telak bagi masyarakat. Tragedi ini tidak hanya menciptakan duka mendalam, tetapi juga memunculkan keprihatinan tentang kondisi mental anak-anak di tengah tuntutan kehidupan modern. Fenomena ini harus menjadi perhatian serius dan upaya bersama perlu dilakukan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Penting untuk menyelidiki penyebab bunuh diri anak-anak dan sumber pengetahuan mereka tentang cara-cara tersebut. Apakah tekanan dari lingkungan sekitar, pengaruh media sosial, atau kurangnya pemahaman mengenai kesehatan mental anak-anak. Semuanya perlu dianalisis dengan cermat. Hanya dengan pemahaman yang mendalam kita dapat mengambil langkah-langkah yang efektif dalam mencegah tragedi semacam ini.

Sejatinya, kasus bunuh diri di kalangan generasi merupakan buah dari penerapan sistem sekuler yang meniadakan aspek agama dalam aktivitas sehari-hari. Ketika masyarakat khususnya keluarga jauh dari pemahaman agama maka nila-nilai moral dapat terkikis. Anak akan cenderung berpikir pendek tanpa memikirkan akibatnya. Terlebih lagi ketika Islam tidak dipahami sebagai pedoman hidup. Sikap bunuh diri jelas perbuatan haram yang dilarang dan dibenci dalam Islam.

Ketika terjadi kasus bunuh diri, maka besar kemungkinan bahwa anak tidak memahami konsep aturan Islam dalam hidupnya. Akibatnya, anak mudah ngambek ketika permintaannya tak dipenuhi oleh orang tua. Malangnya, anak terlalu berpikir pendek hingga akhirnya nekat untuk mengakhiri hidupnya. Kasus ini tidak hanya mencoreng nilai moral dalam masyarakat. Namun juga menjadi evaluasi bagi sistem pendidikan yang ada.

Pendidikan seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan akademis, tetapi juga memerhatikan aspek kesehatan mental, sangat diperlukan. Dalam hal ini, Islam memberikan pandangan holistik melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Sistem pendidikan Islam tidak hanya sekadar suatu program pembelajaran. Namun mencakup visi luas yang mencerminkan perhatian mendalam terhadap tumbuh kembang anak dan pemeliharaan kekuatan mental mereka.

Dengan berlandaskan pada nilai-nilai akidah Islam, sistem pendidikan ini akan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara iman dan mental. Selain itu, sistem pendidikan ini menempatkan kuatnya iman sebagai fondasi utama. Melalui pembelajaran nilai-nilai moral, etika, dan spiritualitas, anak-anak diberdayakan untuk menghadapi tantangan hidup dengan keyakinan yang kokoh dan sikap yang positif. Ini akan membentuk kekuatan mental yang tidak hanya bertahan di tengah kesulitan, tetapi juga mampu memberikan kontribusi positif kepada orang lain.

Dengan jangkauan luas ini, sistem pendidikan Islam memainkan peran penting dalam membentuk masa depan anak-anak, masyarakat, dan negara secara keseluruhan. Sistem ini akan memberikan landasan yang kokoh dalam pembangunan karakter dan perkembangan sumber daya manusia yang berkualitas, menciptakan generasi yang mampu memberikan kontribusi positif dalam berbagai aspek kehidupan.

Sejarah peradaban Islam membuktikan bahwa sistem pendidikan Islam yang didukung penuh oleh sistem politik dan ekonomi Islam begitu juga dengan sistem lainnya mampu menjadikan negara Islam menjadi peradaban unggul lebih dari 13 abad. Para ilmuwan muslim dan ahli fikih serta keilmuan yang lain juga hadir dan memberikan kontribusi yang besar bagi dunia. Sebut saja Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Batuta, Imam Mazhab, dan yang lainnya merupakan bukti nyata yang tak terelakkan. Pentingnya pendidikan Islam merupakan hal yang harus diupayakan ada dalam masyarakat. Karena di dalamnya terdapat keimanan yang melandasi ilmu tersebut. Rasulullah saw. bersabda,

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, Lalu Allah memberikan kepada mereka dari cahaya-Nya, maka siapa yang mendapatkan cahaya tersebut, maka dia mendapatkan hidayah, dan siapa yang tidak mendapatkannya maka dia tersesat.” (HR. Ahmad (2/176), Tirmidzi,no:2642, Ibnu Hibban (6169),Al-Hakim dalam Mustadrak)

Wallahu a’lam bishawab.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.