28 April 2024

Medina, Saudi Arabia - March 6, 2015: Muslims marching in front of the mosque of the Prophet Muhammad. Prophet's tomb is under the green dome.

14 / 100

Oleh : Nazli Agustina Nst, SPdI (Aktivis Muslimah)

Dimensi.id – Kunjugan Bupati Deli Serdang, H. Ashari Tambunan dan wakil Bupati, HM Ali Yusuf Siregar di Dusun I Kepala Gajah, Desa Mbaruai, Kecamatan Biru Biru, Sabtu (17/9/2023), memiliki arti sangat penting.

Pertama, untuk melihat secara langsung situasi dan kondisi terkini wilayah dan masyarakat kecamatan Biru Biru. Melalui pemahaman kondisi wilayah dan masyarakatnya bahwa masih ada hal-hal yang bisa dan akan dilakukan untuk masyarakat.

Kedua, sebagai kunjungan terakhir Bupati Deli Serdang, karena dalam waktu satu setengah bulan lagi akan mengakhiri kepemimpinan dan diteruskan oleh pelaksana tugas Bupati, yaitu wakil Bupati HM Ali Yusuf Siregar. Sebagaimana diberitakan Bupati Deli Serdang, Ashari Tambunan resmi mengajukan pengunduran dirinya dan akan maju sebagai bakal calon anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) RI periode 2024-2029. Bupati menjelaskan selama memimpin Deli Serdang telah mengunjungi 22 kecamatan, 380 Desa dan 14 kelurahan.

Kepemimpinan Adalah Amanah
Kunjungan Bupati, sebagai pemimpin daerah tentu patut kita apresiasi. Apalagi jika kemudian diiringi dengan membawa bantuan riil berupa perbaikan infrastruktur dan kebutuhan rakyat dalam menopang kesejahteraan masyarakatnya. Sudah selayaknya sebagai pemimpin, Bupati senantiasa memantau langsung kehidupan masyarakatnya, menyelesaikan persoalan di wilayahnya baik kesehatan, pendidikan maupun keamanan masyarakatnya secara keseluruhan.

Sejatinya, pemerintah itu ibarat seorang ayah yang mengurus segala keperluan anak-anaknya. Tanpa diminta oleh anak-anaknya, justru ia merasa memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengurusi anak-anaknya. Perumpamaan anak-anak itu adalah rakyat yang hari ini sangat membutuhkan perhatian dan pengurusan dari para pemimpin mereka.

Jika kita menengok sejenak kepada problematika umat hari ini, sungguh miris. Berbagai problematika klasik yang tak kunjung selesai masih mewarnai negeri. Seperti penjajahan SDA oleh asing, kemiskinan, stunting, sulitnya membeli bahan pokok, kesehatan, dan sebagainya.

Dalam Islam, perkara kepemimpinan menjadi urusan penting. Islam mengharuskan kepemimpinan yang ideal itu memiliki dua sifat dasar, yakni kuat (mampu) dan amanah.

Mengambil amanah kepemimpinan itu tidak semudah di lisan, tidak pula sekadar tebar pesona ke rakyat. Pemimpin kuat adalah mereka yang mandiri, tidak mudah di setir oleh pihak lain dan memiliki kecakapan manajemen.

Kepemimpinan itu amanah. Seorang pemimpin hakikatnya adalah mengemban amanah Allah dan mandat dari rakyat. Amanah itu mengandung segala konsekuensi dan risiko dengan penuh tanggung jawab.

Beratnya amanah ini tergambar jelas dalam firman Allah Swt. yang terdapat dalam QS Al Ahzab: 72 :

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Dari Ma’qil bin Yasâr ra. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga atasnya.” (Muttafaq ‘alaih).

Keteladanan dalam Kepemimpinan
Keteladanan dalam kepemimpinan yang wajib menjadi referensi para pemimpin adalah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Kepemimpinan beliau atas umat manusia. Allah Swt. berfirman, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi siapa saja yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan ia banyak mengingat Allah.” (QS Al-Ahzab: 21)

Beliau adalah seorang pemimpin yang sukses. Di dalam pribadi beliau terakumulasi karakter reformis, mumpuni, fasih, pemberani, dan pemikir yang agung (Dr. Zuwaimer, orientalis Kanada, dalam bukunya, Timur dan Tradisinya).
Karakter kepemimpinan amanah itu berkorelasi dengan sistem yang amanah pula. Dan dapat dipastikan tidak ada sistem yang lebih amanah selain sistem dan kepemimpinan Islam. Sistem kepemimpinan yang telah diwariskan oleh Rasulullah Saw.

Sejarah menggambarkan dengan sangat gamblang, bagaimana para pemimpin dalam Islam ketika dicetak oleh sistem Islam maka mereka mewujud di tengah-tengah masyarakatnya sebagai pribadi yang mengurusi dan mengayomi rakyatnya sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Saw : “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR Ibnu Asakir, Abu Nu’aim).

Bahkan pemimpin sekaliber Umar bin Khattab ra, pernah memanggul karung gandum untuk diantarkan kepada sebuah keluarga di pinggir kota Madinah yang tanpa ia ketahui ternyata sedang dalam kondisi kelaparan. Umar bin Khattab ra Juga tak segan blusukan bahkan menjadi rutinitas berkala untuk melihat langsung kondisi rakyatnya.
Walhasil, rakyat saat ini mendambakan sosok pemimpin ideal yang adil dan amanah. Bukan pemimpin yang lemah bahkan zhalim kepada rakyatnya. Dan tentu tidak hanya sosoknya yang amanah, namun juga sistem yang menopang kepemimpinannya adalah sistem yang amanah, yang mampu mewujudkan keadilan.

Pemimpin layaknya Rasulullah Saw, kemudian para Khulafa’urrasyidin dan diikuti oleh para pemimpin Islam berikutnya di masa kejayaan Islam ketika Islam berada dibawah naungan Khilafah yang menjadi support sIstem bagi suksesnya Islam memberikan kemakmuran dan kesejahteraan tiada banding selama 1300 tahun diatas dunia.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.