18 Mei 2024

Penulis : Dian Novita

Dimensi.id-Menteri agama Fachrul Razi menyatakan, telah menghapus konten yang dinilai radikal di 155 buku agama islam, hanya saja tidak menghapus materi khilafah pada buku buku tersebut.

Sebagaimana dilansir dari laman berita Makasar terkini.id, (2/7/2020), Menag mengatakan, “Dalam buku agama islam hasil revisi itu masih terdapat materi soal khilafah dan nasionalisme,” ujar menag lewat keterangan tertulisnya, kamis, 2 Juli 2020 seperti dikutip dari CNN indonesia.

Walaupun demikian, menag memberi kepastian bahwa buku buku tersebut akan diberi penjelasan bahwa khilafah tidak lagi relavan di negeri ini.

“kami telah melakukan review 155 buku pelajaran. Konten yang bermuatan radikal dan eksklusivis dihilangkan. Moderasi beragama harus dibangun dari sekolah,” ujarnya. Dikutip dari makasar terkini.id, (2/7/2020).

Disamping itu ajaran khilafah akan diganti menjadi ajaran wasathiyah.

Setiap materi ajaran yangberbau tidak mengedepankan kedamaian, keutuhan, dan toleransi juga dihilangkan.”karena kita mengedepankan pada islam watashiyah,” kata Umar kepada Republika.co.id, sabtu (7/12).

Lantas bagaimanakah sebenarnya pandangan islam tentang khilafah?

Pembahasan :

Pertama, benarkah khilafah sudah tidak relavan lagi dinegeri ini?

Islam, merupakan salah satu dari 3 idiologi didunia. Selain kapitaslime dan komunisme.

Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari bangun tidur sampai bangun negara. Rasulullah saw. Bukan hanya menjadi nabi dan rasul saja, namun Rasulullah saw. Juga menjadi kepala negara.

Rasulullah saw. Dan dilanjut oleh para sahabat telah mencontohkan kepada kita bagaimana Rasulullah saw. Dan para sahabat dalam mengatur urusan pemerintahan dengan berlandaskan pada hukum hukum Allah swt. Al quran dan sunnah.

Dan sistem pemerintahannya inilah yang disebut dengan khilafah.

Khilafah adalah sebuah sistem pemerintahan yang dimana didalamnya menerapkan hukum hukum Allah swt. Untuk mengatur kehidupan umat manusia. Dan khilafah ini merupakan bagian dari ajaran islam.

Allah swt berfirman :

 “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik”. (QS. Al An’am: 57).

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al A’raaf : 54).

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”. (QS. Al Maidah : 50).

Apabila kita mengatakan bahwa khilafah tidak relavan lagi dinegeri ini, maka itu merupakan suatu kekeliruan.

Justru, dengan diterapkannya hukum hukum Allah swt untuk mengatur kehidupan umat dinegeri ini, akan membawa kebaikan dan keberkahan pada negeri ini, dan bahkan ia merupakan solusi bagi seluruh permasalahan permasalahan dinegeri ini.

Allah swt berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ


“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. AL A’raaf : 96).

Allah swt sang maha pencipta, Allahlah yang maha mengetahui tentang apa apa yang terbaik bagi umat ciptaanNya. Lantas, siapakah yang lebih mengetahui tentang apa apa yang terbaik bagi umat cipataanNya selain penciptaNya?

Maka dari itu, kita tak pantas menjadikan hukum hukum buatan manusia untuk mengatur kehidupan kita, dimana manusia adalah makhluk yang lemah, terbatas, dan serba kurang. Aturan buatannya juga dipastikan akan memiliki kecatatan, kekurangan, dan ketidaksempurnaan.

Maka, kita sebagai manusia sudah selayaknya dan sepantasnya mengambil hukum hukum yang bersal dari Allah swt sang pencipta. Allahlah sebaik baik sang pembuat aturan. Dan aturan Allah berlaku sampai kapanpun, bahkan selamanya sampai hari kiamat kelak.

Dan kembalinya khilafah adalah sebuah kepastian, kembalinya khilafah merupakan janji Allah swt.

Banyak hadis Nabi saw, mengabarkan bahwa kekhilafahan Islam seperti pada masa Khulafaur Rasyidin akan kembali tegak sekali lagi. Salah satunya adalah hadis yang menggambarkan bentuk dan tahapan kekuasaan yang akan terjadi sepeninggal beliau sampai hari kiamat secara urut. Beliau bersabda:

تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ ا للهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ اَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًا ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَّرِيًّا ، فَتَكُوْنَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ

“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih).

Kedua, benarkah dalam khilafah itu tidak mengedepankan kedamaian, keutuhan, dan toleransi?

Islam, merupakan agama yang sangat toleran.

Hal ini juga telah dicontahkan oleh Raulullah saw dan para sahabat, dimana walaupun negara diatur dengan sistem yang berlandaskan pada hukum hukum islam, namun mereka tetap hidup berdampingan dengan orang orang non muslim. Dan mereka memperlakukan orang orang non muslim dengan seadil adilnya, bahkan kesejarahteraannya juga dijamin oleh negara. Mereka hidup berdampingan dengan kedamaian dan ketentraman, bahkan hingga akhirnya banyak orang orang non muslim yang terpesona dengan keindahan perlakuan umat islam kepada mereka.

Jadi, apabila kita menganggap bahwa didalam khilafah tidak mengedepankan kedamaian, keutuhan,dan toleransi, maka kita telah salah besar.

Mengenai kata wasathiyah berasal dari kata wasatha yang berarti adil atau sesuatu yang berada dipertengahan. Pengertian ini diungkapkan oleh Ibnu Faris dalam Mu’jam Maqayisil Lughah (6/74).

Al Baghawi dalam tafsirnya, (1/122) menukil dari AL-Kalbi sesungguhnya dia berkata, “maksu d dari ‘umat pertengahan’ adalah : pengikut agama yang adil antaraberlebih-lebihan dalam beribadah dan teledor dalam menjalankan syariat agama, yang kedua sifatini amat dicela agama.”

Maka dapat disimpulkan bahwa kata wasatha mengandung dua sifat utama yang tidak bisa lepas darinya, yaitu : undulan (adil) ; tidak condong kesalah satu dua kutub ekstrem yang berbeda dan khiyar (pilihan, terbaik. Maka ketika disebut ummatan wasatha maknanya adalah umat yang adil dalam bersikap sehingga dipilih sebagai umat terbaik diantara umat umat yang lain. Dikutip dari kiblat.net, 8 Juli 2020.

Dari kesimpulan tersebut, tentunya menjadi salah pemaknaan jika wasathiyah disandingkan dengan khilafah, karena maknanya sangat jauh berbeda.

Kesimpulan dari pembahasan diatas,

Memberi penjelasan bahwa khilafah tak lagi relevan dinegeri ini adalah penyesatan sistematis terhadap ajaran islam. Karena ajaran islam yang berpotensi mengganggu kepentingan rezim dihapus. Kebijakan ini menghasilkan kurikulum pendidikan sekuler anti islam. Kurikulum yang menjadi rujukan mengarahkan anak umat memperjuangkan tegaknya islam diganti materi yang mendorong mereka mengganti islam dengan sistem buatan manusia.

Menggantikan khilafah dengan wasathiyah, adalah bagian dari penyesatan sistematis atas ajaran islam. Ajaran islam yang berpotensi mengusik kenyamanan rezim maka dihapus. Kurikulum ini akan menghasilkan kurikulum anti islam dan mengarahkan serta mendorong siswa mengganti islam dengan sistem buatan manusia.

Inilah bagaimana kapitalisme-sekulerisme bermain yang memisahkan agama dari kehidupan, tidak akan pernah membiarkan islam diterapkan secara sempurna. Tentunya ini akan semakin menjauhkan siswa dari pemahaman tentang khilafah yang merupakan bagian dari ajaran islam.

Sekulerisme akan memaksakan bagaimana caranya agar sistem ini terus dipertahankan. Kekuasaan yang didapat hari ini menjadikan mereka mencari segala cara untuk memberanggus ajaran islam yang mengancam kelanggengan sistem. Padahal sudah tampak kebobrokan sistem dan kedzoliman pada rakyat kecil, karena keberpihakan mereka pada pemilik modal.

Wallahu alam

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.