5 Mei 2024

Penulis : Samsinar, Member Akademi Menulis Kreatif

Dimensi.id-Lagi-lagi hembusan aroma kebencian tercium. Kebencian terhadap ajaran Islam yang agung, Khilafah. Bukan kali pertama aroma ini tercium, kebencian terhadap ajaran Islam yang agung ini memang kerap ditampakkan oleh beberapa kalangan. Kebencian yang tak beralasan. Sebab jika kita mau dengan jujur melihat sejarah, maka tak ada yang patut ditakutkan dari penerapan khilafah. Sebab khilafah adalah rahmat bagi seluruh alam. Namun nyatanya, tidak sedikit kalangan yang membenci bahkan berusaha menjauhkan ide khilafah dari generasi umat Islam.  

Dilansir dari cnnindonesia.com, Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menyatakan pihaknya telah menghapus konten-konten terkait ajaran radikal dalam 155 buku pelajaran agama Islam. Menurutnya, penghapusan konten radikal ini merupakan bagian dari program penguatan moderasi beragama yang dilakukan Kementerian Agama (Kemenag).  Fachrul menjelaskan ratusan judul buku yang direvisi berasal dari lima mata pelajaran, yakni Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Alquran dan Hadis, serta Bahasa Arab. Dalam buku agama Islam hasil revisi itu masih terdapat materi soal khilafah dan nasionalisme. Meski demikian, buku itu akan memberi penjelasan bahwa khilafah tak lagi relevan di Indonesia. Fachrul memastikan 155 buku pelajaran agama Islam yang telah direvisi itu sudah mulai dipakai pada tahun ajaran baru 2020/2021.

Sungguh ironi jika mengatakan bahwa khilafah tak lagi relevan di Indonesia. Sesungguhnya khilafah adalah kepemimpinan umum atas seluruh umat dalam mengatur urusan agama dan urusan dunia. Khilafah adalah ajaran Islam yang agung. Khilafah adalah sistem pemerintahan yang tegak diatas akidah Islam. Khilafah bukanlah momok yang menakutkan sehingga kita harus anti terhadapnya. Khilafah bukanlah hal terlarang sehingga tabu untuk membicarakannya. Tapi khilafah adalah perisai, umat berlindung dan berperang dibelakangnya. Lantas atas dasar apa kita mengatakan bahwa khilafah tak lagi relevan di Indoneia?

Dalam sejarah, khilafah pernah menjadi mercusuar dunia. Ia bukanlah dongeng, tapi sebuah fakta yang pernah terjadi di masa lampau hingga menguasai dua pertiga dunia. Karena jasa kekhilafahanlah sehingga Islam bisa menyebar hingga sampai ke negeri kita Indonesia yang tercinta ini. Indonesia pun pernah mendapat bantuan dari kekhilafahan dalam melawan penjajah belanda pasa masa lalu. Mari kita melihat sejarah agar cakrawala berpikir kita terbuka lebar dan bisa menerima bahwa khilafah adalah kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan berbagai problematika yang sedang menimpa dunia pada umumnya dan Indonesia khususnya.

Jika demikian fakta khilafah, maka sungguh mengherankan jika hari ini para penguasa negeri muslim menjadi anti dan takut terhadap khlafah. Menjadi sesuatu yang mengganjal melihat sebagian orang merasa khawatir dengan perbincangan tentang khilafah. Sungguh ironi, jika menganggap bahwa khilafah tidak lagi relevan di Indonesia sehingga harus dihapuskan dari buku-buku pelajaran Agama Islam.

Menjadi hal yang menghawatirkan, mendengar bahwa materi khilafah hendak dihilangkan dan diganti dengan ajaran yang lain. Sungguh menyesakkan dada mendengar mereka akan menghapus setiap materi ajaran yang berbau tidak mengedepankan kedamaian, keutuhan dan toleransi termasuk ajaran khilafah didalamnya. (khazabah.republika.ci.id, 12 Juli 2020)

Sebuah kesalahpahaman mungkin terjadi dialangan elit politik hari ini. Memandang bahwa khilafah tidak mengajarkan kedamaian, tidak mengajarkan keutuhan dan toleransi. Sekali lagi khilafah adalah ajaran Islam yang agung, tidaklah mungkin ajaran Islam yang sumbernya dari Allah lalu tidak mengajarkan kedamaian. Justru khilafah akan menciptakan kedamaian bagi seluruh umat manusia yang menerimanya dengan penuh ketundukan dan keimanan.

Mengatakan bahwa khilafah tak lagi relevan di Indonesia sehingga harus dihapuskan dan diganti adalah penyesatan sistematis terhadap ajaran Islam. Kebijakan ini menghasilkan kurikulum pendidikan sekuler anti Islam. Kurikulum yang menjadi rujukan mengarahkan generasi umat Islam memperjuangkan tegaknya Islam diganti dengan materi yang mendorong mereka mengganti Islam dengan sistem buatan manusia. Betapa sombong dan congkaknya manusia yang hendak  mengganti aturan yang berasal dari sang pencipta dengan aturan buatan mereka sendiri. Lalu mengajarkan kepada anak generasi agar memperjuangkan aturan buatan tersebut.

Penghapusan dan penggantian materi ajar khilafah akan mengaburkan bahkan menghilangkan esensi khilafah dalam pandangan generasi kedepan. Tentu saja  ini menjadi hal yang berbahaya. Hal tersebut akan menjauhkan anak-anak generasi Islam dari ajaran Islam yang agung.

Maka tulisan ini hendak mengajak kita semua menyuarakan kebenaran bahwa khilafah tak semestinya dihapuskan dari buku-buku pelajaran di sekolah. Justru, generasi milenials harus tahu banyak tentang khilafah agar mereka bisa melihat sejarah kegemilangan Islam dimasa lampau dan berjuang untuk mengembalikan kegemilangan itu dimasa mendatang. Dengan tetap mengajarkan dan menyuarakan penegakan khilafah. Karena tegaknya khilafah yang kedua adalah janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana sabda rasul shallallahu ‘alaihi wasallam :

“Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah ‘alaa minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘alaa  minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diam.” (HR. Ahmad, Sahih)

Wallahu a’lam bishshawab.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.