5 Mei 2024

Penulis : Yafi’ah Nurul Salsabila ( Aktivis Dakwah Dan Mahasiswi IPRIJA)

Dimensi.id-Memasuki tahun ajaran 2020/2021, madrasah menggunakan kurikulum Pendidikan Agama Islam atau PAI dan Bahasa Arab yang baru. Kurikulum tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Agama atau KMA 183 tahun 2019.

“Mulai tahun pelajaran 2020/2021, pembelajaran di MI, Mts, dan MA akan menggunakan kurikulum baru untuk Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. KMA 183 tahun 2019 ini akan menggantikan KMA 165 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah,” kata Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag Ahmad Umar dalam rilis yang diterima detikcom pada Sabtu (11/7/2020).

Sebagai tindak lanjut KMA 183 tahun 2019, nantinya madrasah akan menggunakan buku yang sebelumnya telah dinilai Tim Penilai Puslibang Lektur dan Khazanah Keagamaan. Sebanyak 155 buku telah disiapkan, termasuk untuk PAI, akan menjadi instrumen kemajuan serta mempererat kehidupan berbangsa dan bernegara.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah meletakkan materi sejarah khilafah, jihad, dan moderasi beragama secara korelatif dalam berbagai bentuk perjuangan muslim. Perjuangan dimulai sejak zaman Nabi hingga masa kini dalam membangun peradaban masyarakat modern.

“Materi sejarah khilafah, jihad, dan moderasi beragama dalam buku ini disajikan secara integrative, sehingga siswa MI, Mts hingga Madrasah Aliyah atau MA dapat memperoleh literasi yang luas atas keserasian tiga materi itu dalam perkembangan peradaban Islam,” kata Umar pada (15/12/2019) lalu.

Pembelajaran khilafah disajikan dalam sudut pandng sejarah yang menjelaskan karakteristik dan pola kepemimpinanan Rasulullah SAW serta empat khalifah pertama. Buku mengisahkan sosok yang sangat dihormati Umat Islam tersebut membangun masyarakat Madinah sampai masa Islam modern, yang diwarnai nilai jihad dan moderasi beragama.

Untuk materi jihad ditulis dalam perspektif perjuangan membangun peradaban, dengan menggali makna dan menanamkan nilai perjuangan Materi tersaji dari masa perjuangan Rasulullah saw., parasahabat, walisongo hingga para ulama untuk membangun peradaban, ilmu, dan Islam.

Dengan materi tersebut, maka perbedaan KMA 183 tahun 2019 dengan KMA 165 tahun 2014 adalah adanya perbaikan substansi materi pelajaran. Menurut Umar hal ini disesuaikan dengan perkembangan kehidupan masyaraka tterkini. Sedangkan secara umum tidak ada perbedaan karena pelajaran tetap terdiri atas Quran Hadist, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab.

Umar mengatakan, Kemenag telah menyiapkan materi pembelajaran sehingga guru dan peserta didik tidak perlu membelinya. Buku bisa di akses dalam website e-learning madrasah. Detik.com ( 11/7/20). 

Dari penjelasan diatas jelas sekali bahwa pemburaman ajaran Islam itu sampai pada tahapan khilafah dan jihad astagfirullahal’adzim begitu antinya mereka terhadap khilafah dan jihad padahal Islam jugatersebarluasdenganadanya jihad melawanKafirQuraisy yang jelas-jelas tidak mau patuh pada aturan Islam dan syarat-syaratnya serta bukan kafir dzimmi lagi, tetapi harbi pada zaman Rasulullah saw., bahkan di Indonesia pun demikian  tetapi pada masa penjajahan Belanda contohnya, pada tanggal 20 Juni 1825 pasukan Belanda menyerang Tegalrejo dan dengan demikian mulailah perang yang dikenal dengan nama Perang Diponegoro ( 1825-1830).

Setelah Tagelrejo jatuh, Pangeran Diponegoro membangun pusat pertahanan di Selarong, Bantul.lalu perang dilancarkan secara gerilya. Belanda kewalahan karena gerilya Diponegoro didukung penuh rakyat jelata di Yogyakarta dan sekitarnya. Beberapa  tokoh perlawanan dibujuk oleh Belanda sehingga mereka menghentikan peperangan. Indonesiabertauhid.id ( 21/6/20).

Perang ini membuat Penjajah Kafir Belanda rugi besar karena dana terkuras habis membiayai logistik dan tentara.  Perang yang secara tak langsung juga membuat Belanda kalah melawan gerakan paderi ditanah Minang pada periode awalnya. Indonesiabertauhid.id (21/6/20).

Masyallah betapa Islam begitu mulia dengan adanya khilafah dan jihad bahkan belanda pun terbirit-birit dan ketakutan saat mereka menyatakan Perang. Selain itu, Belanda juga mengalami kerugian besar akibat kalah dari gerakan paderi di Minang, sungguh memang itulah yang dinanti-nanti oleh Umat Islam sekarang yang butuh solusi.

Sejak lama Islam tak pernah hadir dalam kehidupan, lalu mengapa tiba-tiba dimunculkan sebagai biang keladi.Ini tak lain untuk mengalihkan perhatian dari kerusakan yang dibuat oleh sistem demokrasi kapitalis hari ini. Sayangnya, kaum Muslimin, terutama tokohnya, mengikuti narasi dan arahan mereka.

Moderasi Islam mereka gunakan untuk menikam Islam politik. Karena kaum kuffar sadar dengan Islam politiklah mersucuar Islam akan tampak dan riil menjadi solusi umat hari ini. Mereka ketakutan jika Islam politik hadir ditengah umat, akan membuat umat makin cerdas menguliti kebusukan mereka. Oleh karenanya, kebekuan berpikir umat Islam mereka langgengkan dengan jalan moderasi Islam. saat nya umat sadar. muslimahnews.com (5/7/19).

Di belahan dunia manapun, demokrasi tidak bisa dijalankan tanpa kekuataan modal. Negara-negara korpokrasi yang sekuler dan kapitalis tak akan pernah berpihak pada kehadiran Islam ideologis. Islam ideologis akan selalu dianggap sebagai common enemy, sebagai sumber konflik.

Alhasil, stigmatisasi dan monsterisasi Islam politik menjadi artikulasi utama untuk  mendepak kehadiran akidah siyasi Islam dalam percaturan politik. Dengan kata lain, Islam moderat adalah penghalang bangkitnya Islam kafah dalam naungan khilafah. Wallahu a’lam. muslimahnews.id( 13/7/20).

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.