1 Mei 2024

Penulis : Mia Kartika S. Pd

Dimensi.id-Satu Syawal momen idul fitri memang telah berlalu, namun suasana kemenangan itu masih terasa sampai saat ini. Meskipun di tengah pandemi, semarak idul fitri tetap membahana, kaum muslim merayakannya dengan khidmat dengan tradisi masing-masing. Di Indonesia sendiri, tradisi bermaaf-maafan dan bersalam-salaman yang biasanya dengan bertemu muka, kini berganti melalui media sosial, baik melalui Whatsapp, facebook, instagram dan lain-lain. Namun semua ini tidak mengurangi ketulusan dan keikhlasan dalam bermaaf-maafan sehingga diri kembali suci.

Secara umum kata ‘Id’ (عيد) dalam Idul Fitri (tulisan baku: id al-Fitri ) berarti kembali, dari kata akar ‘ aada ‘ (عاد). Juga bisa berarti kebiasaan, yang merupakan turunan kata al-Adah (العادة). Karena kaum muslim merayakan 1 Syawal sesuai dengan adat dan kebiasaan yang berbeda-beda. Sementara kata fitri (فطر) artinya makan, yang dimaksudkan dari kata afthara – yufthiru (أفطر – يفطر), yang artinya berbuka atau tidak lagi berpuasa.

Dengan demikian jika digabungkan Idul Fitri berarti hari diizinkannya makan atau kembali makan setelah berpuasa di bulan ramadhan. Namun, sering juga Idul Fitri dimaknai sebagai kembali kepada ‘fitrah’ (فطرة) yang berarti suci. Ketika digabungkan akan menjadi Idul Fitrah.

Di dalam memaknai fitrah tahun ini, Presiden Jokowi melalui KUMPARAN pada 23 Mei 2020 merilis pesan Idul Fitri. Menurutnya lebaran kali ini dirayakan dengan cara berbeda dari biasanya, karena masih mewabahnya Covid19. Perubahan cara berlebaran ini memang sungguh berat. Namun Presiden menekankan bahwa kebersamaan adalah cara untuk melawan dan mengakhiri wabah pandemi ini. Dari pesan Lebaran ini, jelas tersirat bahwa Presiden menginginkan dan mengharapkan kebersamaan dari semua rakyat.

Tempo.co.id dalam rilisnya pada Sabtu 23 Mei 2020 menandaskan kembali pesan Lebaran Presiden Joko Widodo dalam video conference. Dinyatakan bahwa Presiden mengatakan, jika Allah benar benar menghendaki dan jika kita menerima dengan ikhlas dalam takwa dan tawakal, niscaya wabah pandemi global bisa diatasi.

Menarik dicermati apa yang diucapkan Presiden Jokowi yaitu ikhlas dalam takwa dan tawakal. Taqwa adalah buah dari pelaksanaan puasa Ramadhan (QS. 2 : 183). Taqwa membuat hamba dengan keimanan menaati segala Perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Sedangkan tawakal berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT, tidak bergantung kepada makhluk atau benda lain. Dengan kata lain, manusia hanya dapat berusaha sedangkan yang menentukan berhasil atau tidaknya sesuatu adalah Allah. Karena itu, manusia harus berserah diri dan memohon pertolongan kepada-Nya.

Namun tawakal kepada Allah tidak berarti penyerahan diri secara pasif. Tawakal harus disertai dengan usaha. Hal ini sangat tampak pada sikap Nabi SAW ketika memarahi seseorang karena hanya mengandalkan tawakal pada Allah tanpa mau berusaha.

Menurut cerita seorang sahabat Nabi SAW, Anas bin Malik, pada suatu hari ada seorang laki-laki berhenti di depan masjid untuk mendatangi Rasulullah. Unta tunggangannya dilepas begitu saja tanpa ditambat. Rasulullah bertanya, ”Mengapa unta itu tidak diikat?” Lelaki itu menjawab, ”Saya lepaskan unta itu karena saya percaya pada perlindungan Allah SWT.”

Maka Rasulullah menegur secara bijaksana, ”Ikatlah unta itu, sesudah itu barulah kamu bertawakal.” Lelaki itu pun lalu menambatkan unta itu di sebuah pohon kurma. Suatu penjelasan yang gamblang mengenai tawakal telah diberikan Rasulullah lewat peristiwa itu. Bahwa sesudah manusia berusaha, lalu menyerahkan hasilnya pada ketentuan Allah, itulah tawakal menurut ajaran Islam.

Namun sayang, faktanya pernyataan presiden ini nampaknya belum diimplementasikan oleh Pemerintah saat ini. Bagaimana tidak? Sampai saat ini rakyat belum melihat penanganan yang serius dari pemerintah untuk menangani wabah. Malah rakyat dibuat bingung dengan kebijakan yang mencla mencle. Tentang perlakuan terhadap Covid19 ini misalkan, awalnya rakyat harus melawan kemudian berdamai, terakhir ini rakyat akan menjalani new normal life. Pembukaan mal dan pusat perbelanjaan disaat kurva masih naik dan masih banyak kebijakan lainnya yang tidak jelas yang akhirnya bukan memutus rantai penyebaran virus tapi malah membentuk klaster-klaster baru.

Padahal jika konsep tawakal diterapkan, pemerintah akan berupaya sekuat tenaga melindungi rakyatnya agar tidak terkena wabah, melakukan lockdown dan mencukupi kebutuhan pokok rakyatnya dengan cuma-cuma. Memfasilitasi tenaga kesehatan dengan berbagai APD dan obat-obatan yang memadai. Sehingga terlihat peran pemerintah dalam memerangi virus bersama rakyatnya.

Jika landasannya taqwa, pemerintah akan mengajak rakyat untuk taubatan nasuha (taubat yang sebenarnya) dari segala kemaksiatan yang dilakukan baik rakyat dan penguasa. Karena bisa jadi wabah ini muncul karena berbagai kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Dan maksiat yang paling utama adalah ketika aturan Islam dicampakkan, digantikan dengan aturan buatan manusia.

Islam sejatinya adalah sistem yang sempurna. Di dalamnya terdapat aturan yang mengatur segala bentuk interaksi antar sesama manusia, seperti sistem sosial, ekonomi, politik, dsb. Aturan-aturan semacam ini meniscayakan adanya negara yang akan melaksanakan dan menerapkan aturan-aturan tersebut kepada manusia. Islam telah menetapkan sistem yang khas bagi pemerintahan. Islam juga telah menetapkan sistem yang khas untuk mengelola pemerintahan yaitu Khilafah Islamiyah.

Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke segenap penjuru dunia.

  SWT berfirman:

“Maka putuskanlah perkara di antara manusia dengan apa yang Allah turunkan, dan janganlah kamu menuruti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (TQS. Al Maidah: 48)

“Hai, orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan Ulil Amri di antara kamu sekalian.” (TQS. An Nisaa: 59)

Oleh karena itu bentuk ketaqwaan yang hakiki dalam nuansa hari kemenangan adalah dengan menerapkan aturan Allah SWT dalam format khilafah islamiyyah. Inilah yang akan menjadi kunci keberhasilan sebuah negara melawan wabah. In sya Allah.

Wallahua’lam bishshowwab.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.