18 Mei 2024
8 / 100

Sebentar lagi rakyat Indonesia akan merayakan kemerdekaan RI yang ke-78. Sejumlah acara pun mulai dilakukan masyarakat. Mulai dari aneka perlombaan, karnaval, dll. Mayoritas menyambut suasana kemerdekaan dengan meriah, sekalipun diliputi kesedihan karena ujian hidup yang terus melanda. Banyak pidato dan ceramah diberikan kepada masyarakat, bahwa rakyat atas bersyukur dengan kemerdekaan yang ada. Namun tak jarang sebagian masyarakat berpikir, benarkah rakyat Indonesia telah merdeka dengan kemerdekaan yang sejati?

Jika merdeka itu dikatakan sebagai kondisi bebas dari penjajahan secara fisik, maka Indonesia telah merdeka. Tetapi, jika merdeka dikatakan sebagai kondisi bebas dari segala intervensi, jelas ini belum terwujud. Indonesia yang dililit utang luar negeri adalah salah satu buktinya. Hingga April 2023, utang pemerintah telah mencapai Rp7.849,89 triliun. Sebuah angka yang sangat fantastis. Mirisnya, utang ini terus meningkat seiring bertambahnya usia RI.

Tak hanya utang, kekayaan alam yang ada di bumi Pertiwi pun tak semuanya milik rakyat Indonesia. Sebagian besar telah “diambil” oleh swasta, asing, dan aseng dengan alasan kerja sama komprehensif. Padahal, pemerintah Indonesia hanya mendapatkan laba yang jauh dari kata “untung”. Bahkan kekayaan alam yang ada hingga kini tak mampu menyejahterakan rakyat.

Keadilan juga jauh dari masyarakat. Lihat saja, betapa mudahnya para koruptor mendapatkan remisi dan keringanan hukuman. Sementara rakyat terus diperas dengan pajak dan biaya hidup yang terus meningkat. Belum lagi, bayang-bayang PHK senantiasa hadir bagi para pekerja. Sungguh, inikah yang disebut dengan merdeka?

Terlepas dari semua problem dalam negeri, memang kita tetap harus bersyukur atas kondisi yang ada saat ini. Kita harus bersyukur, masih diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas tanpa harus berlari menghindari kejaran penjajah atau terkena hantaman bom, dan sejenisnya. Akan tetapi, bukan berarti kondisi ini harus diterima tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Ingatlah bahwa Allah Swt. pernah berfirman,

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS. Ar-Ra’d : 11)

Ayat di atas jelas menunjukkan bahwa manusia memiliki usaha untuk mengubah kondisinya dari kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik. Ini tentu bukan usaha yang dilakukan sehari atau dua hari saja. Melainkan membutuhkan usaha yang terus menerus dilakukan hingga kondisi itu berubah. Semua bencana dan kemalangan yang menimpa manusia, memang ada kalanya merupakan hal yang tidak bisa dihindari manusia. Namun banyak pula yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Allah Swt. telah memperingatkan manusia dalam firman-Nya,

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS. Ar-Rum : 41)

Oleh karena itu, jika kita kembali kepada kondisi saat ini, maka sejatinya kemiskinan, ketidakadilan, dan kesengsaraan hidup yang melanda merupakan dampak dari alpanya manusia terhadap perintah yang Allah berikan. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Islam bukan sekadar agama spiritual tetapi merupakan pedoman hidup yang memuat seperangkat aturan. Mulai dari aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, dan manusia dengan manusia yang lain. Oleh karena itu, Islam memiliki berbagai sistem kehidupan yang tidak boleh diacuhkan. Sebaliknya, semua aturan Islam harus diterapkan sebagaimana firman Allah Swt.,

“Wahai orang-orang beriman! Masuklah kalian ke dalam agama Islam secara menyeluruh, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan, sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah : 208)

Kemerdekaan yang hadir saat ini tidak hanya perlu kita syukuri. Namun harus kita jaga. Penjagaan itu sejatinya adalah dengan menjadikan kondisi saat ini menjadi kondisi yang penuh ketaatan kepada Allah Swt. Sebab, merdeka sesungguhnya adalah Ketika kita bebas menghamba kepada Allah Swt. tanpa intervensi apa pun. Saat ini, umat Islam sulit menerapkan syariat Islam secara keseluruhan karena sistem pemerintahan yang ada bukanlah sistem pemerintahan Islam. Oleh karena itu, ketika merdeka hanya menjadi seremonial tanpa aksi nyata, maka dampaknya pun bisa jadi tidak bisa dirasakan oleh masyarakat. Wallahu a’lam bishawab.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.