17 Mei 2024

Dimensi.id-Kasus covid-19 terus merebak. Jumlah kasus positif terus bertambah. Aktifitas yang dilakukan masyarakat kini tak dapat berjalan sebagaimana biasa, dikarenakan himbauan pemerintah untuk ‘stay at home’. Sehingga para pekerja tak dapat lagi dengan bebas untuk mencari nafkah diluar karena dibatasi oleh pemerintah. Sejalan dengan hal tersebut, kasus kriminalpun terus meningkat.

Disamping itu, sejumlah kejahatan terjadi saat pandemi covid-19. Kebutuhan tinggi jelang Ramadan turut mempengaruhi. Belum lagi pembebasan ribuan narapidana dengan dalih mengurangi risiko penyebaran di dalam sel bui. Bukankah bui tempat terbaik karantina?

Dilansir dari CNN Indonesia (24/4/2020) Sejumlah kasus perampokan jadi yang paling menyita perhatian. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan pelaku menargetkan minimarket atau toko yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Asep Adi Saputra mengatakan peningkatan angka kejahatan selama masa pandemi corona mangkin meningkat.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Reza Indragiri mengatakan keterbatasan gerak selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat masyarakat banyak yang tak bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Rasa frustasi itulah yang bisa memicu seseorang untuk melakukan tindak kekerasan dan kejahatan.

Apalagi masa pandemi dan PSBB diterapkan jelang Ramadan di mana kebutuhan masyarakat makin meningkat. Disejumlah negara barat, hasil riset menunjukkan bahwa tingkat kejahatan selalu naik setiap hari besar utamanya kejahatan properti.

Kejahatan properti adalah kejahatan yang termasuk di dalamnya pencurian, perampokan, pencurian kendaraan bermotor, kejahatan dengan pembakaran atau pencurian barang di toko swalayan.

Orang-orang mengasosiasikan hari besar dengan masa peningkatan kebutuhan. Kejahatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Analoginya, situasi Ramadan boleh jadi demikian.

Kemudian menyoroti pembebasan napi lewat program asimilasi dan integrasi untuk mencegah penyebaran Covid-19, bahwapembebasan napi boleh jadi tepat sebab penerapan protokol pencegahan corona di lapas, seperti phisycal distancing susah untuk diterapkan.

Namun sisi negatifnya adalah pembebasan para napi justru bisa meningkatkan risiko lain di masyarakat yakni kejahatan. Para napi itu berpotensi untuk mengulangi perbuatan kriminal. Pemerintah juga yang akan dirugikan karena sudah mengeluarkan biaya untuk membina para napi tersebut, namun ternyata terkesan sia-sia.

Hasil riset Department of Justice Amerika Serikat yang dirilis pada 2018. Hasilnya, 412.731 napi yang bebas di 30 negara bagian pada tahun 2005, hampir 45 persen di antaranya kembali diamankan pihak penegak hukum dalam kurun 1 tahun sejak keluar dari gerbang lapas. Nah, yang paling terbanyak adalah eks-napi penyalahgunaan narkoba, disusul eks-napi kejahatan properti dan eks-napi kejahatan dengan kekerasan.

Sementara itu pengamat sosial Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan corona memang berimbas pada semua aspek kehidupan masyarakat. Dari mulai pengangguran, peningkatan angka kemiskinan, hingga kejahatan. Dan bisa jadi 15 atau 20 persen napi yang dibebaskan memiliki kecenderungan untuk kembali berbuat jahat.

Imbas pandemi corona bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di sejumlah negara lain seperti Filipina, India, bahkan di Amerika. Bukan cuma kejahatan, corona juga bisa berpotensi menimbulkan kerusuhan. Karena itu pemerintah agar tak hanya bekerja keras, namun juga harus cerdas mengatasi hal ini.

Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk meredam imbas sosial ekonomi wabah corona. Pembagian paket bahan kebutuhan pokok adalah salah satunya. Namun pendistribusiannya sangat lamban dan tidak memadai. Tidak semua masyarakat tak mampu tersentuh oleh bantuan pemerintah, hingga sudah ada korban meninggal akibat lambannya penanganan wabah oleh pemerintah.

Sebagaimana kita tahu bahwa, untuk pengadaan APD saja pemerintah tidak menyanggupi. Alih-alih menyanggupi, pemerintah telah abai memenuhi kebutuhan dasar pokon rakyatnya. Hingga rakyat harus menggalang donasi untuk membantu pengadaan APD dan alat-alat medis yang dibutuhkan lainnya.

Dilain sisi, malah beredar kabar pemerintah akan mengekspor APD ke negara lain. Loh kok bisa? Ditengah pandemi yang terus merebak, kemudian sangat butuhnya tenaga medis dengan APD, pemerintah justru melalukan ekspor barang-barang yang dibutuhkan tersebut.

Kapitalisme Hanya Mementingkan Segelintir Orang

Seperti inilah negara kapitalis hanya mementingkan segelintir orang saja dan yang lain di abaikan. Kebijakan yang di keluarkan oleh negara bukan membuat kondisi lebih baik tapi malah menjadi lebih buruk.

Bagaimana tidakan kejahatan tidak merajalela kelaparan di mana-mana ini menunjukana abainya negara untuk mengurusin rakyatnya.

Seharusnya suatu kebijakan yang di keluarkan negara haruslah memiliki solusi untuk rakyatnya. Apalagi saat di berlakukannya PSBB di mana kegiatan semua di hentikan  dan di sini rakyat butuh perhatian negara.

Kondisi saat ini rakyat membutuhkan hadirnya sosok pemimpin yang dapat menentramkan jiwa rakyatnya bukan malah abai. Aktifitas yang dihentikan membuat sebagian besar rakyat binggung harus bagaimana.

Kebutuhan yang mendasar harus di penuhin setiap hari,tapi kerna kondisi seperti saat ini setiap individu di haruskan membatasin langkah mereka. Tetapi sebagian orang harus tetap ngeyel  melanggar kebijakan yang di berlakukan pemerintah.

Mereka beranggapan perut yang sejengkal ini harus di penuhin kalau tidak bekerja mau bagaimana. Apa lagi bayaknya pekerja yang di PHK bantuan yang di janjikan oleh negara tidak memadain dan tidak merata.

Inilah yang mengakibatkan kejahatan bayak terjadi di mana-mana. Mereka binggung mau nemenuhin kebutuhan keluarganya dengan apa. Tambah lagi pembebasan para napi membuat situasi mangkin parah.

Ketakutan masyarakan saat ini bukan hanya karena kondisi bawah covid saja tetapi kerna tidak adanya lagi keamanan yang mereka rasakan. seperti ini lah kondisi negri yang kita cintai saat ini.

Islam Solusi Tuntas Atasi Problematika Kehidupan

Penerapan sistem kapitalis sekuler saat ini membuat rezim sangat lamban menyelesaikan masalah termasuk Corona, kebutuhan rakyatpun tidak serta merta di penuhi, akhirnya tindak kriminalitas dan kelaparan memuncak saat wabah melanda negeri.

Maka, untuk menyelamatkan bangsa ini, tidak ada jalan lain selain kembali menengok bagaimana pandangan Islam dalam memberi solusi bagi setiap persoalan kehidupan.

Inilah bentuk wujud takwa seorang muslim itu, mengambil hukum aturan dari sang pencipta, baik dalam urusan individu, masyarakat hingga negara, Allag berpirman dalam Alquran, surat Al-Maidah, ayat 50, yang artinya,

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehenaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meykini (agamanya)?”

Sistem Islam adalah rahmat dan mampu menjawab setiap problem kehidupan, termasuk dalam masalah mensejahterakan dan menanggulangi covid-19

Dalam sistem Islam negara akan menerapkan syariah Islam secara kaaffah, termasuk sistem ekonominya dalam mensejahterkan rakyat. Dalam sistem Islam, memiliki metode untuk menghadapi penyakit menular termasuk wabah Corona.

Kebijakan ekonomi dalam sistem Islam merupakan bagian integral dari kebijakan politik pemerintahan, sehingga tak terpisah dari kebijakan negara di bidang lainnya.

Dalam sistem Islam, kesejahteraan rakyat adalah yang utama menjadi tanggungjawab negara. Lapangan pekerjaan disediakan oleh negara seluas-luasnya, bantuan modal akan diberikan negara kepada rakyat.

Di sisi yang lain, kebutuhan pangan rakyat akan diperhatikan baik soal harga yang murah maupun kualitas pangan tersebut. Dalam sistem Islam pendidikan akan diberikan secara gratis, kesehatan juga murah hingga gratis. Rakyat tidak akan dibiarkan hidup dalam kesusahan apalagi sampai kelaparan.

Jadi ketika terjadi wabah pandemi, negara hanya fokus pada penyelesaian wabah, sebab urusan rakyat sudah terpenuhi. Ketika terjadi masalah penyakit menular dalam sistem Islam, tidak akan menyebabkan masalah sosial bermunculan. Di sinilah slah satu keunggulan dari sistem Islam warisan Baginda naabi Muhammad.

Solusi sistem Islam dalam menyelesaikan wabah pandemi sudah terbukti mampu mengakhiri wabah. Penyelesaiannya tidak akan meninggalkan masalah lain, bahkan justru akan mencegah masalah lain muncul termasuk krisis sosial kelaparan seperti yang terjadi saat ini.

Dengan kebijakan lockdown, secara efektif akan memutus penyebaran virus dan mengoptimalkan upaya penyembuhan pasien. Sehingga wabah seperti penyakit corona sekarang ini, bisa diatasi sebelum menyebar ke seluruh dunia.

Sejarah juga dengan gemilang telah menggoreskan tintah peradaban emas yang sangat mahsyur bagaimana sistem Islam mampu memakmurkan kehidupan manusia. Ini pernah dicontohkan Rasulullah SAW sebagai kepala negara, dilanjutkan oleh para Khulafaur Raasyidiin, sehingga kesejahteraan hidup benar-benar dirasakan setiap individu masyarakat.

Satu orang saja yang mengalami kelaparan segara diatasi. Seperti tindakan Khalifah Umar bin Khathab yang bersegera memenuhi kebutuhan pangan keluarga miskin dengan stok pangan baitul mal secara memadai.

Puncak kesejahteraan masyarakat dapat disaksikan sepanjang peradaban Islam yang berlangsung selama 13 abad dan meliputi hampir dua per tiga belahan dunia.

Apa kunci kesuksesan para Khalifah tersebut? tidak lain dan tidak bukan karena para Khalifah memimpin dengan ketakwaan, wujudnya dengan pelaksanaan hukum syariah, pelaksana sistem kehidupan Islam yang berasal dari Al Khaaliq pencipta manusia dan alam semesta.

Maka, kehidupan berkah dan mensejahterkan hanya akan kita raih jika kembali pada sistem hukum dari Allah Swt. dengan menerapkan sistem Islam kaaffah dalam kehidupan bernegara. Wallahu’alambishoab

Penulis : Sartini Ummu Fadhilah (Pemerhati Sosial Masyarakat/Aktivis Muslimah Qonita)

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.