2 Mei 2024

Dimensi.id-Semenjak virus corona melanda Indonesia bulan Maret lalu, keadaan semakin tidak baik bisa jadi keadaan semakin memburuk. Masa pembatasan sosial terus diperpanjang mengingat jumlah kasus positif corona semakin meningkat meskipun jumlah yang sembuh juga ada. Di samping dunia ini sedang berduka dengan wabah ini, banyak terjadi polemik di masyarakat yang timbul karena dampak wabah ini mulai dari pendidikan yang tidak bisa berjalan  dengan baik sehingga UN (Ujian Nasional) dibatalkan  para pelajar belajar di rumah dengan daring (online)

namun tetap tidak seefektif keyka belajar langsung, itu pun jika anak-anak yang bersekolah di kota dengan fasilitas handphone orang tua memadai, tapi lihat di kampung anak-anak tidak bisa belajar fasilitas hanphone orang tua tidak memadai. Selain dari pendidikan yang terkena dampak drastis adalah ekonomi, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di mana-mana,  pengusaha-pengusaha banyak yang gulung tikar, para pedagang kaki lima tidak bisa berjualan karena adanya virus ini dengan diberlakukan pembatasan sosial.

Menjadi polemik lagi dalam masa sosial distancing ini , dengan merosotnya ekonomi banyak yang sudah kelaparan dan meninggal seperti yang terjadi pada Ibu Yuli di Serang Banten pada tanggal 20 April 2020. Mengapa ini semua terjadi di negeri kita Indonesia? Ketika terjadi wabah bukan hanya orang-orang yang positif terkena wabah yang meninggal tetapi yang tidak positif corona saja bisa meninggal karena kelaparan. Hal ini terjadi di negeri kita yang subur dengan Sumber Daya Alamnya.

Banyak orang-orang yang memiliki harta lebih terketuk hatinya menyumbangkan kepada  orang yang kekurangan saling membantu di tegah wabah seperti ini. Kita apresiasi dengan dengan para dermawan yang terketuk hatinya. Juga berbagai bantuan yang diluncurkan pemerintah seperti Gasibu (Gerakan Nasi Bungkus) di wilayah Jawa Barat yang digalakan juga berbgai bantuan sembako dari pemerintah kita apresiasi.

Namun warga yang mendapat bantuan tidak semuanya merata  ada yang mendapatkan bantuan dan ada yang tidak sehingga bantuan tidak merata, kesulitan-kesulitan hidup di masa saat ini masih dirasakan warga dan semakin sulit keadaanya.

Lalu kenapa berbagai cara yang ditempuh saat ini belum mengurangi  kesulitan dan memutus mata rantai  virus? Jika kita lihat prosedur penanganan virus ini kurang tanggap dari awal, berbagai saran tidak didengarkan pemangku kebijakan seperti keterlambatan lockdown.

Seolah-olah negara enggan melakukannya terkesan tidak mau menaggung beban pangan rakyat lalu digantilah menjadi PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar) dengan adanya bantuan sembako kepada rakyat namun tidak semua yang mendapatkannya hingga terjadi kekeliruan pendataan data yang mendapat bantuan. Mata rantai virus belum juga terhenti, PBB seolah-olah telat karena virus sudah menyebar dimana-mana.

Jika dilihat keputusan-keputusan yang diambil terlambat, berbelit-belit, karena sandaran sistem yang dipakai adalah aturan manusia dengan kapitalismenya. Keputusan-keputusan yang diambil tidak membuat lebih baik yang ada semakin rumit. Memang saat ini tidak bersandar kepada aturan Allah segala pengurusan diserahkan kepada aturan manusia, dan disinilah yang membuat Allah tidak ridho dengan dunia ini terlalu banyak yang jauh dari aturan Allah.

Bagaimana Islam mengatasi wabah yang erjadi? Islam mengatasi wabah sebagaimana yang terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab cepat dan tanggap dengan kondisi yang terjadi sehingga terjadi polemik yang berkepanjangan seperti saat ini.

Kholifah Umar bin Khattab pada masa Khilafah Islam dengan cepat mengambil keputusan ketika akan berkunjung ke suatu wilayah dan diberitakan wilayah itu sedang terjadi wabah, maka sandaran yang dipakai adalah sabda Rosululloh SAW “Apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Dalam bahasa kita saat ini adalah lockdown, lockdown ini dilakukan sedari dini ketika wabah terjadi, sehingga tidak menyebar ke wilayah-wilayah yang lainnya. Islam melakukan aturan tentu dengan solusi, masyarakat yang yang terkena dampak dijamin hidupnya oleh negara. Itulah kesigapan aturan Islam yang bersumber dari Allah Swt. menjadi solusi bukan polemik. Wallohua’lam bisowab.

Penulis : Evalasari, S. Pd.

Edetor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.