4 Mei 2024
12 / 100

 

 

Oleh Reni Rosmawati

Ibu Rumah Tangga

 

Menjelang momentum mudik lebaran 2024, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. kembali menaikkan tarif jalan tol di Indonesia. Diketahui ada empat ruas jalan tol yang sudah menyesuaikan tarif yakni Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Jalan Tol Jakarta-Cinere, Jalan Tol Jombang-Mojokerto, dan Jalan Tol Surabaya-Gresik. Kenaikan tarif tol ini sesuai dengan UU Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 48 Ayat (3) tentang Jalan dan Pasal 68 Ayat (1) Peraturan Pemerintah tentang Jalan Tol. Berdasarkan peraturan tersebut, perubahan tarif tol dilakukan 2 tahun sekali sesuai pengaruh laju inflasi dan evaluasi pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimal) jalan tol. (Bisnis.com, 12/3/2024)

 

Adapun tarif terbaru tol untuk golongan l yakni mobil jip, pick up, sedan, truk kecil, dan bus adalah Rp27.000, naik 35% dari tarif sebelumnya yakni Rp20.000. Sementara itu untuk kendaraan golongan ll-lll naik dari Rp30.000 menjadi Rp40.500. Sedangkan kendaraan golongan lV-V naik dari Rp40.000 menjadi Rp54.000. (CNBC, 9/3/2024)

 

Menanggapi hal ini, Mufti Mubarok selaku Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menilai kenaikan tarif tol yang dilakukan PT Jasa Marga kurang tepat. Sebab, kondisi Jasa Marga masih dalam keadaan sehat dan dalam waktu dekat akan mengalami arus mudik. Mufti pun mengatakan, sebelum menaikkan tarif tol Jasa Marga harus melakukan pertimbangan dengan kondisi ekonomi masyarakat, apalagi kenaikan tarif ini juga tidak seimbang dengan kondisi jalan tol yang ada. Kenaikan tarif tol harus sejalan dengan fasilitas dan pelayanan yang maksimal. (Tempo.co, 13/3/2024)

 

MemberatkanRakyat

 

Faktanya, kenaikan tarif tol menjelang lebaran seolah menjadi lagu lama di Indonesia. Setiap tahun kondisi tersebut terus berulang. Sayangnya, sejauh ini belum mendapat perhatian besar dari pemerintah. Padahal kenaikan tarif tol akan sangat memberatkan masyarakat. Apalagi sebentar lagi umat Muslim di negeri ini akan mudik lebaran, yang tentunya membutuhkan biaya tak sedikit. Sementara ekonomi demikian sukar dicari. Ya, meskipun mudik tidak wajib hukumnya, tapi bagi umat Muslim yang berada di perantauan, mudik merupakan hal penting untuk melepaskan kerinduan akan kampung halaman. Karena itu momen mudik tidak bisa disepelekan. Perlu dukungan dari negara, terlebih Indonesia adalah negeri dengan mayoritas umat Islam terbesar di dunia. 

 

Di sisi lain kenaikan tarif tol juga dipastikan akan berpengaruh terhadap naiknya harga kebutuhan pokok. Sebab, faktor distribusi barang dan jasa senantiasa menggunakan jalur jalan tol untuk sampai ke tujuan. 

 

Sayangnya, hari ini negara malah tampak tak berdaya menghadapi situasi ini. Naiknya kembali tarif tol mengindikasikan bahwa negara belum mampu melayani dan menjamin seluruh kebutuhan vital rakyat.

 

Penyebab Kenaikan Tarif Tol

 

Sejatinya, kenaikan tarif tol terjadi karena pengelolaan jalan tol tidak dilakukan oleh negara, namun oleh perusahaan swasta, yang jelas menjadikan jalan tol sebagai bisnis untuk mencari keuntungan. Kondisi ini adalah konsekuensi logis dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme, di mana negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator semata. Bukan sebagai pengurus rakyat. 

 

Melalui pengesahan undang-undang negara memuluskan kepentingan para kapitalis dalam menguasai seluruh aset negeri ini, termasuk jalan tol. Bahkan, para kapitalis ini diberikan keleluasaan untuk menentukan tarif transportasi rakyat dan kebutuhan vital lainnya. 

 

Mirisnya, dalam sistem demokrasi kapitalisme momen Ramadan dan mudik lebaran pun tak luput dari ajang untuk para kapitalis meraup keuntungan materi, yakni dengan cara menaikkan tarif tol. Ironisnya hal ini diamini oleh pemerintah melalui regulasi undang-undang. Sementara pengurusan rakyat tak ubahnya bak transaksi jual beli. Maka tidak heran, biaya infrastruktur jalan pun demikian mahal dan hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang (yang berkantong tebal).

 

Islam Menjamin Seluruh Kebutuhan Vital Rakyat 

 

Sebagai agama sempurna, Islam diturunkan Allah ke dunia ini sebagai solusi bagi seluruh masalah kehidupan. Jika Islam diterapkan secara menyeluruh (kafah) dalam seluruh aspek kehidupan, niscaya seluruh permasalahan umat akan terselesaikan. Hal ini karena Islam menjadikan negara sebagai raa’in yang mengurus dan memenuhi kebutuhan rakyat, termasuk adanya jalan tol.

 

Sabda Rasulullah saw.: “Seorang pemimpin adalah raa’in (pengatur dan pengurus) urusan rakyat. Dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Adanya infrastruktur serta sarana dan prasarana transportasi dalam Islam semata-mata demi kepentingan rakyat. Itulah sebabnya, sistem Islam tidak akan membiarkan siapapun mengeksploitasinya ataupun menjadikannya sebagai ajang bisnis/meraup keuntungan. Islam memandang jalan sebagai salah satu fasilitas umum (marafiq aam) yang merupakan milik rakyat sehingga wajib dijamin keberadaan dan keberlangsungannya untuk masyarakat semua, dan tidak boleh dimiliki oleh individu. 

 

Terukir dalam sejarah, selama 13 abad sistem Islam diterapkan, betapa pelayanan terbaik diberikan kepada rakyat secara totalitas. Seluruh kebutuhan vital seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan dijamin oleh negara, sedangkan pemenuhan kebutuhan vital lainnya seperti sandang, pangan, dan papan dipenuhi oleh negara melalui dibukanya lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Sehingga laki-laki yang telah balig dapat bekerja dan memenuhi seluruh kebutuhan keluarganya.

 

Adapun dalam hal penyediaan sarana dan prasarana transportasi, maka negara Islam di masa lalu membangun infrastruktur yang memadai, aman, nyaman, dan yang pasti murah bahkan gratis bagi rakyat. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Khalifah Abdul Hamid ll yang membangun rel kereta api dan menyediakan seluruh fasilitas umum lainnya, seperti makanan dan penginapan bagi jamaah haji. 

 

Demikianlah pelayanan yang diberikan negara yang menerapkan sistem Islam kafah kepada rakyatnya. Sungguh, tidak ada sistem lain yang dapat menandingi kehebatan sistem Islam dalam mengurusi dan melayani rakyat. Hal ini pun diakui oleh cendekiawan Barat Will Durant. Karena itu, tidak ada alasan bagi kita menolak sistem Islam diterapkan secara kafah (menyeluruh) dalam setiap aspek kehidupan. Wallahu a’lam bi ash-shawwab. [DMS]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.