28 April 2024
53 / 100

Dimensi.id–Ramadan sudah beberapa hari ini kita jalani, momen yang selalu dinanti setiap umat muslim di seluruh penjuru dunia. Ramadan bulan spesial, karena di dalamnya tiap amal salih yang kita kerjakan akan ada pahala berlipat-lipat ganda, dibanding amal salih di hari biasa.

 

Menu takjil dengan mudah kita temui di sepanjang jalan. Banyak sekali kemudahan bagi umat muslim, di Indonesia khususnya. Sayangnya, dengan banyaknya kemudahan itu, tidak sedikit umat muslim yang mulai lupa, bahwa Palestina belum baik-baik saja. Bahkan Ramadhan ini mereka lalui dengan sangat berat.

 

Sudah sejak 7 Oktober 2023 Israel menutup akses antara Gaza dan dunia. Ramadan tahun ini berbeda. Penduduk Gaza masih melaksanakan ibadah puasa, meski harus salat Tarawih di antara puing-puing bangunan. Bahkan seorang anak di Gaza mengatakan, ingin agar Ramadhan segera tiba, agar lapar mereka lebih berharga.

 

Karena hingga saat ini bantuan makanan di Gaza masih minim bahkan untuk mengambil sekarung tepung harus dengan nyawa yang dipertaruhkan. Dan bukan juga negera-negara lain tidak menurunkan bantuan. Tapi bantuan yang sangat banyak itu, tidak diijinkan untuk memasuki wilayah Gaza. Seakan-akan memang dibuat demikian. Masyarakat di Gaza dibuat agar kelaparan.

 

Konflik Palestina yang berkepanjangan, entah sampai kapan usai, harusnya menjadi bahan renungan bagi umat muslim. Dukungan harus terus digencarkan, seruan boikot harusnya bukan hanya sebatas seruan, namun harus ada aksi nyata.

 

Bulan Ramadan sangat identik untuk menyantap kurma sebagai sajian berbuka. Banyaknya jenis kurma dengan berbagai kualitasnya juga tak kalah menariknya. Dan yang perlu digaris bawahi, bahwa di antara kurma-kurma itu ada berbagai jenis kurma yang diproduksi Israel.

 

Pasti sudah banyak bersliweran di media sosial kurma jenis apa saja yang termasuk buatan Israel. Bahkan pengawasan terhadap produk-produk Israel di kalangan muslim meningkat setelah pecahnya konflik di Gaza. Hampir 30.000 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 69.000 orang yang terluka diakibatkan oleh konflik yang ada, hanya dalam waktu 5 bulan.

 

Aksi boikot bukan satu-satunya solusi untuk mengentas permasalahan Palestina. Karena fokus utama yang menyebabkan pertumpahan darah yang seakan tidak berhenti, adalah ketiadaan negara Islam. Khilafah. Yang mana hari ini, negeri-negeri muslim yang banyak itu, tersekat oleh nasionalisme atau nation state.

 

Yang pada akhirnya penduduk di negeri-negeri muslim tersebut hanya mampu mengecam dan mengecam saja, tanpa adanya tindakan riil dari pemimpin negara-negara tersebut. Padahal dunia islam perlu bersatu dalam atap yang sama, kepemimpinan yang satu, penerapan hukum syariat yang langsung dari Allah melalui Alquran dan As-sunnah. Dengan diterapkannya Islam secara Kaffah maka tidak akan lagi kesengsaraan yang tidak berkesudahan yang akan dilalui seluruh umat muslim di dunia. Wallahualam bissawab. [DMS].

 

Penulis: Hafsaa

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.