17 Mei 2024

Penulis : Masruro Nurita Sari

Dimensi.id-Kelak sejarah akan mencatat bagian khusus sepanjang tahun 2020. Kejadian dimana hampir seluruh negara di belahan dunia, tak terkecuali Indonesia, sedang berjuang melindungi rakyatnya dari wabah yang tengah melanda dunia, yakni Virus Covid-19.

Di Indonesia sendiri, virus Covid-19 mendapat perhatian khusus sejak awal maret. Dikarenakan banyaknya temuan kasus kematian akibat virus Corona, hingga akhirnya pemerintah mulai melakukan beberapa penanganan khusus guna memperkecil penularan virus.

Namun sayangnya hingga sampai saat ini angka penularan virus masih tergolong tinggi, tercatat kasus mencapai angka sekitar enam belas ribu dan kemungkinan akan terus bertambah. Pelaksanaan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang di awali oleh ibukota dan di ikuti oleh beberapa kota besar lainnya seperti Bekasi, Tangerang, Surabaya , Sidoarjo, dan kota-kota lainnya, sejak bulan April tidak cukup efektif dalam menekan laju penyebaran virus, hingga akhirnya PSBB diperpanjang sampai saat ini, bulan Mei.

Jika mengamati perkembangan kasus positif Corona di Indonesia yang awalnya hanya ratusan kasus, dan tidak lebih dalam kurun waktu 3 bulan angka kasusnya meningkat tajam hingga masuk angka belasan ribu, masyarakat cukup pesimis dan ragu akan keseriusan pemerintah dalam menangani wabah virus.

Akan tetapi, uniknya pemerintah malah menyatakan informasi yang bertolak belakang dengan fakta yang ada. Pernyataan bahwa mulai ada penurunan kasus Corona, atau yang populer dengan istilah kampanye kurva landai.

“Akhir April lalu, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Jakarta, pusat pandemi Indonesia, sudah melambat. Klaim lainnya, kurva kasus coronavirus mulai mendatar sebagai efek dari pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah berjalan seja 10 April 2020. (www.theconversation.com)

Senada dengan pernyataan di atas, Menteri Koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy pun mengungkapkan penyataan

“Keadaan peta COVID-19 per 7 Mei ada kecenderungan kasus yang terjadi di Indonesia mengalami penurunan walaupun tidak terlalu drastis. Tingkat kesembuhan juga mengalami kenaikan.” Ujar Muhadjir dalam konferensi video lewat saluran YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (8/5/2020).(www.news.detik.com)

Presiden Republik Indonesia menyatakan keinginannya ketika membuka rapat paripurna YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (6/5/2020)

“Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai sesuai dengan target yang kita berikan, yaitu kurvanya sudah harus turun. Dan masuk posisi sedang di Juni, di nulan Juli harus masuk posisi ringan. Dengan cara apapun.(www.news.detik.com)

Pemerintah mengkampanyekan “Gerakan Kurva Landai”, ini merupakan seruan agar kasus posirif virus corona bisa berkurang dan tak menularkan ke orang lain. Bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus dengan cara memastikan tidak menularkan oranglain dan begitu juga sebaliknya. (www.cnbcindonesia.com).

Intinya media sudah mulai gencar memberitakan tentang penurunan penyebaran virus, sehingga rakyat bisa merasa sedikit lebih tenang ketika mengetahui bahwa kasus penyebaran virus mulai mengalami penurunan.

Disosialisasikannya gerakan kurva landai untuk menunjukkan keberhasilan pemerintah menekan sebaran virus dan menjadi legitimasi kesehatan untuk  melonggarkan PSBB. Padahal seharusnya, berdasarkan pasal 17 Permenkes No. 9 Tahun 2020 tentang PSBB mensyaratkan butuhnya bukti ilmiah untuk menilai keberhasilan pelaksanaan PSBB dalam menurunkan jumlah kasus baru.

Ini adalah sebuah kebohongan public karena Faktanya, para ahli justru menyoal klaim perlambatan sebaran virus tersebut, karena dianggap Indonesia belum punya kurva tersebut. Tim Peneliti Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) menuliskan hingga saat ini Indonesia belum menampilkan kurva epidemi COVID-19 yang sesuai dengan standar ilmu epidemiologi.

“sudah 68 hari setelah kasus pertama COVID-19 di umumkan Indonesia belum menampilkan kurva epidemi COVID-19 yang sesuai dengan standar ilmu epidemiologi, karena itu, adanya klaim terjadinya penurunan kasus baru COVID-19 cukup meragukan.”

Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa seolah pemerintah berusaha begitu keras untuk meyakinkan publik bahwa kasus corona sudah mulai teratasi? Mengapa fakta yang ada berusaha ditutupi? Perubahan sikap pemerintah yang awalnya terlihat membatasi segala bentuk interaksi publik, namun sekarang berubah sikap dengan memberi pelonggaran dan mengizinkan rakyat untuk beraktifitas seperti sediakala sebelum wabah melanda, menunjukkan betapa banyak kepentingan yang membatasi ruang gerak pemimpin kita dalam menentukan kebijakan.

Dengan longgarnya PSSB, otomatis aktifitas ekonomi akan bergerak seperti sediakala, para pengusaha dan pemegang modal bisa kembali menjalankan aktifitas dagangnya sehingga tidak ada kerugian dalam jumlah besar. Andaikan publik mau mencermati, maka akan terlihat jika pemerintah tidak punya cukup kuasa dalam menentukan sikap. Sudah sekian banyak korban yang tumbang, namun pemerintah masih enggan melakukan lockdown. Bahkan yang terbaru adalah penyataan presiden yang mengajak masyarakat untuk hidup berdamai dengan Corona.

Dengan Gerakan Kurva Landai pemerintah ingin menunjukkan keberhasilannya dalam menekan sebaran virus dan menjadi legitimasi kesehatan untuk  melonggarkan PSBB demi kepentingan ekonomi. Padahal gerakan kurva landai hanyalah kedok yang digunakan demi menutupi kepentingan yang sebenarnya. Pemerintah berdiri dari sokongan dana para pemegang modal.

Sehingga mau tidak mau, pemerintah harus bisa membuat beragam cara dan kebijakan demi meloloskan kepentingan bisnis segelintir kapitalis dan mengorbankan keselamatan rakyat. Kejadian ini menegaskan betapa besarnya bahaya  kebijakan pemerintah yang didesak oleh kepentingan ekonomi.

Sekali lagi yang menjadi akar permasalahan adalah sistem yang di anut negara kita. Sistem akan membentuk segala sesuatu menjadi baik dan teratur atau malah sebaliknya. Segala kekacauan yang terjadi saat ini tak lain dikarenakan salahnya penerapan sistem, hingga akhirnya menyebabkan rentetan masalah yang kunjung terselesaikan. Setelah mengetahui akar permasalahan, maka akan sangat mudah mencari solusi, yakni dengan mencabut akar permasalahan dan menggantikannya dengan solusi yang telah terbukti mampu mengatur hampir 2/3 dunia sampai berabad-abad.

Sistem islam yang notabene sistem asli ciptaan sang pencipta harusnya dijadikan pilihan satu-satunya untuk menyelesaikan segala macam problematika yang ada. Syariat di turunkan untuk kemaslahatan umat, maka pasti tidak akan ada kerusakan jika kita sebagai umat muslim mau menerapkannya dengan sempurna sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW. [S]

Editor : azkabaik

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.