3 Mei 2024
8 / 100

 

 

 


 

Baru-baru ini ada seorang menantu laki-laki bernama Joni Sing (49 tahun) di Kecamatan Kutalimbaru, Deli Serdang Sumut, tega membacok ibu mertuanya, Sanda Kumari. Penyebabnya, ia kesal saat ditegur oleh ibu mertuanya itu lantaran melakukan KDRT kepada istrinya. (https://kumparan.com/kumparannews/menantu-bacok-ibu-mertua-di-deli-serdang-saat-
ditangkap-tusuk-kepala-sendiri-220taVols24).

Kejadian serupa juga terjadi pada seorang istri mantan perwira Brimob berinisial MRF, RFB mengalami penderitan dalam rumahtangganya. Sejak 2020 ia mengalami KDRT berulang kali oleh suaminya.(https://megapolitan.kompas.com/read/2024/03/22/16200911/derita-istri-yang-dianiaya-mantan-perwira- brimob-sejak-2020-alami-luka?).

Sungguh miris, mendapati kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terus berulang. Bahkan KDRT tidak selayaknya terjadi dari seorang suami terhadap istri atau sebaliknya. Karena kehidupan rumah tangga merupakan kehidupan yang dibangun dengan cinta dan kasih sayang. Terjadinya percekcokan, penganiayaan hingga pembunuhan dalam kehidupan suami istri memang bukanlah kondisi normal. Meski perbedaan pandangan sangat dimungkinkan terjadi dalam rumah tangga. Namun, kekuatan basis pemahaman agama dan komunikasi efektif dalam rangka mencari solusi, dapat mempercepat penyelesaian tanpa harus menggunakan kekerasan apalagi hingga melakukan tindak pembunuhan. Na’udzubillahi min dzalik.

Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi bahkan berulang terus-menerus?Apabila kita cermati, memang ada multi faktor yang bisa menjadi penyebab KDRT, seperti perselingkuhan, persoalan ekonomi, budaya patriarki, campur tangan pihak ketiga, terjerat judi, dan perbedaan prinsip hidup.

Namun, salah satu benang merah dari semua penyebab tersebut adalah hilangnya fungsi perlindungan yang tidak bisa dilepaskan dari kekuatan basis agama dalam keluarga.
Sosok ayah, suami, maupun kakek merupakan sosok laki-laki dalam keluarga. Mereka layaknya hero yang menjadi pelindung keluarga. Mereka bekerja keras demi melindungi keluarga dari rasa lapar. Mereka juga bertanggungjawab menyediakan tempat tinggal bagi keluarga sehingga terlindung dari panas dan hujan. Mereka pula yang bertanggungjawab mendidik anak-istrinya sehingga terlindungi dari kebodohan dan kejahatan. Sayangnya, fungsi perlindungan itu hari ini kian terkikis. Para laki-laki yang seharusnya menjadi pelindung keluarga justru tega melakukan kekerasan pada pihak yang seharusnya ia jaga dan lindungi. Astaghfirullah.

Dampak Kehidupan Sekuler

Di sisi lain, cara pandang kehidupan sekuler berpengaruh besar terhadap sikap dan pandangan setiap individu termasuk dalam keluarga. Paham sekularisme yang memisahkan antara kehidupan dan agama telah menciptakan individu-individu rapuh  lagi emosional. Kehidupan keluarga yang seharusnya penuh kasih sayang, cinta dan memberi jaminan perlindungan justru menjadi tangan pertama yang tega melampiaskan kekesalan. Sekulerisme tak lagi membekali individu-individu keluarga dan masyarakat dengan nilai-nilai agama dan standar benar-salah maupun baik-buruk menurut agama [baca: Islam] .

Sekulerisme menciptakan individu-individu materialistik yang menyandarkan parameter penyelesaian persoalan sebatas kehidupan di dunia tanpa ada imbas dengan kehidupan akhirat [baca: pahala dan dosa] . Walhasil, sekulerisme menjadikan kehidupan rumahtangga yang samara tidak lagi terwujud.

Disisi lain, maraknya KDRT juga menunjukkan disfungsinya Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU P-KDRT) yang sudah 20 tahun disahkan. Dalam lingkup sosial, sistem kapitalisme yang diterapkan ditengah-tengah kehidupan saat ini juga membuat mental-mental individu masyarakat semakin tertekan, dimana materi menjadi tujuan kebahagiaan. Standar kebahagiaan dalam rumah tangga tak lagi merujuk pada syariat Islam yang mengedepankan ketaatan kepada penegakan hukum-hukum Allah dilingkup keluarga. Seperti memenuhi hak dan kewajiban sebagai suami maupun istri, komunikasi yang ma’ruf dan dihiasi dengan akhlakul karimah, dan seterusnya. Dengan demikian, lemahnya aqidah seorang muslim pun menjadi penyebab terjadinya ketidakharmonisan dalam keluarga.

Sebaliknya, keberadaan pemahaman agama yang kuat dapat menciptakan ketahanan diri dan kesabaran bagi seorang hamba dalam menghadapi kesulitan dan beratnya beban hidup. Keimanannya menjadi perisai untuk sabar dan tetap dalam ketaatan. Sikap waras  tetap terjaga ketika bertemu masalah sehingga tak gampang berbuat maksiat apalagi sampai melakukan KDRT.

Solusi Islam 

Islam memandang keluarga adalah institusi terkecil yang strategis dalam memberikan jaminan/benteng perlindungan. Islam memiliki aturan paripurna terkait kehidupan berumah tangga sekaligus solusi terhadap berbagai masalah yang menimpa. Hanya dengan penerapan aturan Islam akan terwujudlah keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah, jauh dari pertengkaran, apalagi sampai berakhir dengan kekerasan.
Namun, penerapan hukum Islam dalam keluarga tak bisa hanya ditegakkan oleh individu-individu keluarga muslim, melainkan juga butuh kontrol masyarakat dan adanya peran negara. Kontrol masyarakat akan terwujud dengan adanya pembinaan Islam kepada keluarga-keluarga muslim sehingga mereka paham dan mau menjalankan aturan tersebut. Ketika terjadi pertengkaran, kita bisa menasihati keduanya (suami istri) agar menjadikan Islam sebagai acuan dalam menyelesaikan semua problem rumah tangga. Sedangkan negara berperan penting dalam menerapkan syariat Islam kafah (sempurna) di semua aspek kehidupan, terutama lingkup keluarga.

Penerapan Islam kafah akan mewujudkan masyarakat sejahtera, aman, dan damai, serta menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi terwujudnya keluarga-keluarga muslim taat syariat. Ketika terjadi pelanggaran syariat Islam, seperti tindakan kekerasan suami yang mengancam keselamatan, Islam akan menetapkannya sebagai tindak kejahatan (jarimah). Oleh karenanya, negara akan memberlakukan sistem sanksi Islam yang dapat menghukum para pelakunya dengan hukuman berat sesuai ketetapan Islam. Sanksi tersebut akan membuat pelaku jera dan mencegah siapa pun bertindak serupa. Sanksi tersebut pun tidak akan berpengaruh bagi perekonomian keluarga karena negara telah menjamin penuh semua kebutuhan hidup mereka dengan penerapan sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan.

Demikianlah cara Islam menyolusikan persoalan KDRT. Inilah solusi terbaik karena berasal dari Allah Taala, Sang Khalik yang Maha Mengetahui segala yang terbaik bagi hambaNya. Islam mengharuskan negara menjamin terwujudnya fungsi keluarga dengan menjalankan sistem kehidupan berasaskan akidah Islam sehingga terwujud keluarga samawa, sejahtera, berkepribadian Islam dan memiliki ketahanan yang kuat. Wallahualam Bishshowab. [DMS]

Penulis: Ita

Editor: Reni Rosmawati 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.