2 Mei 2024

Penulis : Reni Rosmawati, Ibu Rumah Tangga, Pegiat Literasi AMK

Dimensi.id-“Ada-ada aja. Tapi parah kalau datang dari pemerintah seolah-olah kita bisa antisipasi virus berupa kalung. Ini kan seperti pakai jimat irasional,” tutur Dewan Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, merespon pernyataan Kementerian Pertanian (Kementan) yang mengklaim kalung eucalyptus  sebagai ‘antivirus’ Corona.

Kontroversi kalung anti virus Corona berlanjut. Sebagaimana dilansir oleh laman detikFinance, Rabu (8/7/2020), Kalung eucalyptus yang sebelumnya diklaim Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai ‘antivirus’ Corona baru-baru ini viral kembali dan menuai kritik di masyarakat setelah dikenalkan kepada publik pada awal Mei 2020 lalu. Banyak pihak menyangsikan produk tersebut mampu atasi virus Corona. Produk tersebut juga disorot dalam rapat kerja antara Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dengan Komisi IV DPR RI yang digelar Selasa (7/7/2020).

Dalam raker tersebut, Mentan Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran eselon I yang mendampinginya terlihat memakai kalung eucalyptus bertali hijau. Oleh karena itulah, selama rapat berlangsung kalung tersebut beberapa kali mendapatkan kritik pedas dari anggota Komisi IV DPR RI. Salah satu kritik itu dilontarkan oleh anggota Komisi IV DPRI, Suhardi Duka dari fraksi Demokrat. Menurutnya, produk-produk yang berkaitan dengan penanganan medis pandemi virus Corona (Covid-19) harusnya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

“Saya kira tidak bagus kalau Kemenkes yang mengungkapkan soal bibit padi baru. Ini, sama halnya saya kira kalau obat-obatan harus masuk dalam uji klinis, farmasi dan sebagainya, saya kira adalah tupoksi Kemenkes. Kalau Kemenkes yang mengungkapkan bahwa ini bernilai obat saya kira nilai percayanya sangat tinggi,” kata Suhardi dalam rapat kerja Komisi IV dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Jakarta, Selasa (7/7/2020).

Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi IV Mindo Sianipar dari fraksi PDIP mempertanyakan kemampuan produk eucalyptus yang diklaim bisa ‘membunuh’ virus Corona. Ia pun meminta agar Syahrul tak lagi memakai kalung eucalyptus ini. Karena nanti masyarakat jadi berlomba-lomba memakai kalung tersebut. Padahal secara teknologi, belum diketahui kalung itu dapat merusak sel dari virus.

Merespons berbagai kritik mengenai produk eucalyptus yang mengarah padanya, Mentan Syahrul Yasin Limpo menyampaikan tanggapannya. Dilansir oleh laman yang sama, dalam sesi tanggapan dari Kementerian, Syahrul mengatakan, pihaknya siap jika Komisi IV memerintahkan untuk menghentikan proyek pengembangan produk ‘antivirus’ tersebut. Namun, jika ia mendapatkan restu untuk melanjutkan pengembangan produk eucalyptus ini, maka akan tetap berlanjut sesuai rencananya yakni produksi massal.

Menanggapi Syahrul, Ketua Komisi IV DPR RI Sudin dari fraksi PDIP mengatakan proyek ini boleh dilanjutkan asal tidak menggunakan dana dari APBN. Ia pun merespons baik rencana kerja sama Kementan dengan PT Eagle Indopharma (Cap Lang) untuk mengembangkan produk eucalyptus hingga diproduksi massal. Namun, ketika sudah produksi massal Sudin meminta Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan kembali fokus pada tupoksinya yakni mengembangkan bibit untuk mendongkrak produktivitas pertanian.

Di tengah ketidak jelasan kapan virus Corona berakhir, Eucalyptus atau yang kita kenal dengan kayu putih mendadak naik daun belakangan ini karena diyakini mampu mengobati penyakit akibat virus Corona. Namun benarkah demikian?

Jika kita menelaah secara seksama, pernyataan eucalyptus mampu mengatasi virus Corona adalah pernyataan tidak mendasar. Pasalnya, sampai saat ini, belum ada satu pun riset ilmiah yang dapat membuktikan bahwa  kandungan senyawa yang terdapat dalam eucalyptus bisa mengobati virus Corona (Covid-19).

Meskipun, beredar kabar bahwa di dalam eucalyptus terdapat kandungan senyawa 1,8 Epoxy-p-Metana yang diklaim sebagai komponen antivirucidal, antiseptik, dan bakterisida yang mampu mengobati berbagai virus termasuk virus Corona. Namun klaim itu nyatanya dipatahkan oleh Direktur McGill University’s Officefor Scienceand Society (McGill OSS), Profesor Joe Schwarcz, seorang profesor bidang kimia yang telah menerima berbagai penghargaan internasional di bidang tersebut.

Schwarcz mengatakan, tidak ada senyawa bernama 1,8 Epoxy-p-Metana yang diklaim banyak terkandung di eucalyptus. Ia menegaskan bahwa siapa pun yang berlatar belakang kimia, pasti tahu itu. Senyawa aktual dalam minyak esensial eucalyptus adalah 1,8-Epoxy-p-Menthane, juga dikenal sebagai 1,8-cineol. “Metana” dan “Menthane” adalah dua hal yang sangat berbeda.

Schwarcz juga menyatakan, jika semua orang harus menghirup eucalyptus untuk mencegah virus SARS-CoV-2 menginfeksi saluran pernapasan, kekhawatiran kita soal Covid-19 tentu akan berakhir.

Dari sini, maka jelaslah pernyataan kalung eucalyptus mampu mengobati Covid-19 masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Munculnya kehebohan eucalyptus di tengah masyarakat sebagai kalung tolak Covid-19, semakin menguatkan bukti bahwa pemerintah dan negara belum mampu memutus mata rantai Corona.

Adanya berita kalung eucalyptus yang diklaim mampu mengobati Covid-19, justru akan menjadi bom waktu bagi masyarakat. Kesadaran masyarakat yang rendah ditambah adanya kalung yang diyakini mampu melindungi diri dari Corona, akan membuat masyarakat kepedean bahwa dirinya kebal dari virus Corona. Sehingga berpotensi besar memunculkan gelombang kedua Covid-19 yang lebih dahsyat. Na’uzubillah.

Untuk menyelesaikan masalah Corona, maka dibutuhkan kerjasama dari kalangan individu, masyarakat, pemerintah hingga negara. Setiap individu dan masyarakat harus tunduk patuh pada protokol kesehatan, sementara pemerintah dan negara harus bergerak cepat melakukan segala cara demi percepatan penanganan pandemi virus Corona (Covid-19). Bila perlu melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan lembaga riset agar  bisa sesuai dengan target dan tepat sasaran. Karena, abainya negara dan penguasa terhadap permasalahan umat akan berpeluang bagi kelompok tertentu memanfaatkan situasi dengan proyek-proyek bernuansa kapitalis. Baik didukung pemerintah ataupun tidak. Seperti sebelumnya telah ada kartu sakti yang digadang-gadang memberi solusi dampak pandemi namun nyatanya hanya menguntungkan para kapital.

Kisruh kalung anti virus hingga menuai polemik di masyarakat tidak bisa dilepaskan dari sistem kapitalis yang belum lama diemban negeri ini. Sistem ini telah nyata kegagalannya mengatasi masalah kehidupan. Keuntungan materi yang menjadi landasan sistem ini telah menempatkan segala sesuatu termasuk wabah pandemi sebagai lahan untuk meraup keuntungan. Terbukti dari sudah adanya para kapitalis swasta asing yang bersedia bekerja sama untuk pengadaan kalung eucalyptus.

Berbeda dengan Islam. Sebagai agama paripurna Islam memiliki asas yang kokoh. Dimana terpancar darinya seperangkat aturan mengenai kehidupan. Islam beserta aturannya telah teruji kemampuannya mengatasi seluruh problematika kehidupan. Termasuk mengatasi wabah mematikan. Sejarah mencatat, selama hampir 14 abad lamanya, penguasa Islam (khalifah) dan negara Islam (khilafah) mampu berdiri di garda terdepan dan selalu ada bagi rakyatnya dalam segala kondisi. Termasuk saat terjadi wabah pandemi. Penguasa dan negara Islam akan berupaya maksimal secara menyeluruh memutus mata rantai penyebaran wabah pandemi agar tidak terus memakan korban jiwa.

Dalam Islam, penanganan wabah akan dilakukan langsung ke pokok masalah sehingga meminimalisir munculnya masalah cabang sebagaimana dalam aturan kapitalis sekuler.

Negara khilafah dan khalifah akan bergerak cepat dan berjuang sekuat tenaga agar wabah segera berakhir. Negara khilafah pun akan memberikan bantuan secepatnya kepada seluruh warga yang terdampak wabah secara merata, mendirikan posko-posko kesehatan dan lembaga riset ilmiah yang didukung oleh sarana dan prasarana memadai serta berupaya keras mencari vaksin dan obat-obatan yang teruji klinis secara teknologi agar wabah segera teratasi.

Uniknya, seluruh bantuan untuk rakyat serta dana penyediaan kesehatan tersebut diambil dari kas negara (baitulmal) yang sumbernya berasal dari zakat, jizyah, fa’i, kharaj, ghanimah, juga seluruh kepemilikan umum seperti barang tambang (sumber daya alam) dan lain sebagainya.

Seorang penguasa yang bervisi Islam, akan menjadikan keimanannya sebagai landasan dalam memutuskan kebijakan. Penguasa Islam menyadari betul bahwa tugasnya adalah mengurus urusan umat, memberikan pengamanan dan perlindungan kepada mereka apapun resikonya, meski harus kehilangan materi. Itulah sebabnya, negara Islam dan penguasa Islam akan menutup semua celah agar masalah wabah ini tidak dimanfaatkan sebagai proyek meraup keuntungan oleh kelompok tertentu seperti di era kapitalis saat ini.

Negara khilafah akan melahirkan sosok-sosok pemimpin yang bertakwa kepada Allah, takut kepada-Nya, dan selalu merasa diawasi oleh-Nya hingga membuatnya bersungguh-sungguh berusaha mengurus seluruh urusan rakyatnya. Ia pun sadar betul bahwa kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban.

Rasulullah saw. bersabda:

“Seorang imam adalah raain (pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya), dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Demikianlah penjelasan tentang betapa sempurnanya Islam dalam mengurusi urusan umat. Tak dapat diragukan lagi, hanya Islamlah satu-satunya sistem yang mampu memberikan solusi bagi seluruh permasalahan kehidupan. Penerapan syariat Islam secara keseluruhan dalam semua aspek kehidupan oleh negara khilafah dan khalifah akan memastikan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Sementara penerapan sistem kapitalis-sekuler hanyalah akan menimbulkan kesengsaraan. Pasalnya, negara dan penguasa dalam sistem kapitalis-sekuler tidak akan cakap mengatur aspek kehidupan publik karena cenderung dipengaruhi korporat dan UU kufur.

Karenanya, sudah sepantasnya bagi kita kembali kepada Islam beserta syari’atnya dan menerapkannya secara kaffah dalam institusi Daulah Khilafah Islamiyyah serta mencampakkan sistem kapitalis yang telah nyata kebobrokannya dan hanya menciptakan kesengsaraan.

Wallahu a’lam bi ash-shawwab

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.