26 April 2024
Islam Kaffah Mensejahterakan Serta Memuliakan Muslimah Muda
66 / 100

Dimensi.id-Sehari setelah peringatan Hari Sumpah Pemuda tepatnya tanggal 29 Oktober 2023 diselenggarakan acara pemuda se-Indonesia dengan Tema Islam and Empowering Girls Jadikan Hidup Sejahtera Mulia.

Acara Kongres yang diselenggrakan oleh Jaringan Aktivis & Lembaga Muslimah Muda (JAM) for Islam Kaffah ini dihadiri belasan ribu pemuda dari kalangan pelajar dan mahasiswi muslimah yang tersebar dari pulau Sumatera hingga Papua.

Para peserta mengikuti rangkaian acara ini dengan sangat antusias. Semua itu tidak lepas dari keresahan mereka terhadap kondisi pemuda hari ini dan masa depan mereka. Para pemuda termasuk muslimah hari ini sedang diterpa persoalan hidup yang sangat kompleks, mulai dari persoalan ekonomi, pendidikan, hingga sosial.

Pada September  2023 yang lalu, PBB memperingatkan bahwa diperkirakan lebih dari 340 juta perempuan dan anak perempuan, atau sekitar 8 persen dari populasi perempuan di dunia, hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2030.

Berbagai persoalan yang dihadapi muslimah saat ini utamanya tentang kemiskinan dijawab oleh sistem Kapitalisme dengan kesetaraan gender. Kaum peminis menarasikan gender sebagai persamaan peran laki-laki dalam kehidupan. Mereka menyatakan pula bahwa kesempitan hidup yang dialami perempuan akan tuntas dengan kemandirian finansial dan kesetaraan dengan kaum Adam dalam segala hal.

Namun faktanya gerakan kesetaraan gender yang sudah berjalan puluhan tahun ini belum mampu menyejahterakan dan memuliakan perempuan. Sebaliknya gerakan ini justru semakin menjauhkan muslimah dari perannya yang strategis dalam membangun peradaban terutaman sebagai ummu warabatul bayth pencetak generasi unggul.

Kesetaraan gender terus menerus diaruskan memaksa perempuan bertahan hidup dan memiliki uang demi keuntungan pasar industri kapitalis. Untuk memastikan keterlibatan penuh perempuan dan anak perempuan berdaya secara ekonomi, kesetaraan gender ini pun menyerang peran utama perempuan sebagai istri dan ibu atau Ummun wa rabbatul Bait.

Status dan peran utama sebagai istri dan ibu dipandang sebagai peran kelas dua yang lebih rendah daripada mengejar karir dan pekerjaan. Selain itu, mereka juga menyerang identitas muslimah sebagai hamba yang taat syariat dengan gagasan HAM dan kebebasan (liberal). Perilaku liberal ini berperan besar dalam hal peningkatan perilaku free seks dan aborsi dikalangan pemuda. Larangan nikah dini, fenomena waithood dan childfree juga telah mewarnai kehidupan pemuda muslimah. Semua itu adalah masalah sosial dan demografi bangsa akibat arus kesetaraan gender.

Tak cukup sampai disitu, persoalan pemuda muslimah semakin kusut ketika sistem pendidikan yang seharusnya mencerdaskan mereka malah ditegakkan demi kepentingan para kapital. Sejak Indonesia meratifikasi perjanjian WTO melalui UU 7/1995, General Agreement on Trade in Services (of the WTO), layanan pendidikan termasuk 12 sektor layanan jasa yang bisa dikomoditaskan.

Artinya ilmu pengetahuan hanya sebagai komoditas ékonomi distandarisasi sesuai kebutuhan bisnis, bukan tanggung jawab negara. Kebijakan MBK atau merdeka belajar kampus Merdeka merupakan wujud implementasi sempurna perjanjian GATS. Prinsip sekularisasi dan kapitalisasi pendidikan menjadi ruh dalam berjalannya setiap episode MBKM yang terdiri dari 24 episode.

Kurikulum sekularisme kapitalisme hanya sibuk menyiapkan perempuan agar berdaya secara ekonomi namun abai menyiapkan mereka sebagai calon istri dan ibu yang akan melahirkan generasi bangsa masa depan. Pandangan ini dipertegas dengan program UNICEP yang bertajuk Girls’ Education. Mereka membangun narasi pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. Nyatanya tujuan dari narasi ini, untuk menyiapkan mereka sebagai aset ekonomi penopang sistem toxic kapitalisme.

Sungguh gerakan kesetaraan gender ini hanya bisa dilawan dengan tegaknya sistem Islam yang akan menjamin kesejahteraan seluruh warga negara termasuk perempuan dan generasi muda. Kebijakan politik ekonomi Islam mewajibkan negara Khilafah bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan asasiyah warganya termasuk perempuan diantaranya sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan.

Islam juga memastikan dan memudahkan para laki-laki/wali yang bertanggung jawab sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Islam dan Khilafah melindungi perempuan  dan generasi  muda dengan menjamin perannya di publik sebagai intelektual, politikus sekaligus peran utamanya sebagai Ummu wa rabbatul Bait.

Islam memiliki pandangan yang khas terhadap pendidikan yang berbeda dengan kapitalisme. Islam mewajibkan negara menjamin pendidikan warga negaranya baik muslim ataupun non muslim secara gratis dan berkualitas. Adapun tujuan kurikulum pendidikan Islam adalah pertama membangun kepribadian Islam pada generasi muslim menjadikam standar prilakunya Islam.

Kedua mempersiapkan generasi muslim agar diantara mereka menjadi ulama-ulama yang ahli di setiap aspek kehidupan baik ilmu-ilmu keislaman maupun sains dan teknologi. Maka terwujudlah generasi yang siap untuk memberikan kontribusi keilmuan bagi kemaslahatan umat dan peradaban.

Sungguh hanya Islam Kaffah dibawah naungan Khilafahlah yang mampu mengoptimalkan dan memuliakan peran pemuda muslimah hari ini.

Wallahu’alam bi shawab

Penulis : Riza Maries Rachmawati

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.