3 Mei 2024
Hari Santri dan Spirit Jihad
71 / 100

Dimensi.id-Dilansir oleh CNN Indonesia (22/10/2023), pada peringatan Hari Santri Nasional yang digelar di Monumen Tugu Pahlawan, Kota Surabaya, Presiden Jokowi menuturkan bahwa latar belakang terbentuknya hari santri adalah resolusi jihad yang disampaikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Presiden Jokowi pun mengutip pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari bahwa melawan penjajah adalah wajib, meninggal dalam perang adalah syahid. Lebih lanjut Presiden Jokowi mengatakan, semangat hari santri harus dipegang teguh sesuai konteks hari ini. Dimana terjadi krisis ekonomi, pangan, dan energi akibat perang.

Sementara itu, beberapa waktu lalu, tepatnya dalam acara Business Award yang dihadiri negara-negara anggota ASEAN, Wakil Presiden, K.H. Ma’ruf Amin mengatakan bahwa melalui pemberdayaan ekonomi pesantren, Indonesia mendukung UMKM (usaha mikro kecil menengah). Lebih lanjut, ia menuturkan seiring perkembangan zaman, fungsi pesantren mengalami ekspansi, salah satunya sebagai penggerak perekonomian. (CNN Indonesia, 5/9/2023)

 

Degradasi Peran Santri

 

Peran para santri dalam perjuangan memerdekaan  di negeri ini, memang tidak perlu diragukan lagi. Diketahui, waktu itu berselang 2 bulan dari proklamasi kemerdekaan Indonesia, Belanda datang kembali melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dan melancarkan agresi Militer ll di Nusantara khususnya Surabaya. Untuk melawan serangan ini, K.H. Hasyim Asy’ari menyerukan resolusi jihad. Seruan tersebut dan pekikan takbir Bung Tomo terbukti mampu menyemangati arek-arek Surabaya untuk berperang dan mengusir penjajah. Sehingga, alhamdulillah Indonesia hingga kini berada di pangkuan kita semua. 

 

Namun perlu digarisbawahi, seruan untuk melawan penjajah Belanda yang disuarakan para ulama dan K.H. Hasyim Asy’ari, merupakan panggilan agama bukan panggilan nasionalisme. Sebab, dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 190 Allah memerintahkan untuk berperang melawan penjajah. Allah Swt. berfirman: “Dan perangilah orang-orang yang memerangi kamu. Tetapi janganlah melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

 

Berkaca pada fakta ini, resolusi jihad yang kembali diingatkan Jokowi kepada para santri memang patut diacungi jempol. Karena dengan begitu, masyarakat Indonesia khususnya para santri dapat kembali mengenang perjuangan para santri dalam memerdekakan negeri ini. Apalagi di tengah berbagai problem kehidupan yang terjadi pada tingkat global (kemiskinan ekstrem hingga konflik Palestina-Israel), regional maupun nasional,  tentunya sangat relevan  mengembalikan kembali spirit resolusi jihad dalam makna yang sebenarnya sebagaimana awalnya. Sayangnya, hari ini peran santri seolah terbajak. Dengan dalih pemberdayaan ekonomi peran santri pun mengalami degradasi. Semua kondisi ini akibat penerapan sistem kapitalisme-sekuler. 

 

Sistem Kapitalisme Sekuler Sistem Merusak 

 

Sungguh, sistem kapitalisme sekuler adalah sistem yang merusak. Paham sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), menjadikan manusia tidak mau diatur oleh hukum syariat. Mereka lebih rela diatur dengan kepentingan-kepentingan hidup yang bersifat duniawi dan materi semata. Sehingga, potensi pesantren dan santri pun dibajak hanya untuk mencetak para wirausahawan. Bukan santri yang sadar akan permasalahan umat dan mampu menyelesaikan persoalan tersebut. 

 

Dalam sistem ini para santri dijadikan mesin pendongkrak ekonomi. Padahal jelas negaralah yang semestinya berperan memajukan perekonomian negara. Salah satunya dengan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi rakyat. Sehingga setiap rakyat bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

 

Di sisi lain, paham sekuler pun nyatanya telah melahirkan para santri yang bak buku berjalan. Mereka memahami aturan Islam, tetapi tak berdaya untuk dapat menggunakan aturan Islam secara menyeluruh (kafah) dalam menghukumi permasalahan di tengah umat. Sebab, para santri tidak mampu mengaplikasikan ilmunya di pesantren. Sehingga seolah-olah keilmuannya pun hanya dapat digunakan di pesantren saja. Bukan di tempat lain.

 

Penerapan sistem kapitalisme sekuler jugalah yang telah menjadikan kaum muslimin di seluruh dunia mengalami kenistaan, penindasan, kemiskinan, kebodohan, dan lain sebagainya. Tak terkecuali kaum muslimin di negeri-negeri kaya SDA, seperti Indonesia. Hal ini bisa kita rasakan dari mahalnya biaya kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Sebab, kekayaan SDA di negeri ini dikuasakan kepada pihak asing oleh para penguasa melalui berbagai kebijakan. 

 

Sejatinya, krisis ekonomi, pangan, dan energi yang dinyatakan Presiden Jokowi dan dipahami orang-orang saat ini, bukan hanya karena perang. Tapi karena penerapan sistem kapitalisme sekuler yg serakah. 

 

Sementara itu, kaum muslim di belahan dunia lainnya seperti Palestina, hingga kini terus mengalami kezaliman yang luar biasa, akibat perbuatan Israel laknatullah yang didukung oleh Amerika dan sekutunya. Astaghfirullah, sungguh semua persoalan yang membelenggu umat muslim ini tidak akan pernah usai jika sistem rusak kapitalisme sekuler masih diterapkan. 

 

Islam Solusi Tuntas Masalah Kehidupan 

 

Sejatinya berbagai persoalan yang menimpa kaum muslimin di seluruh dunia tidak bisa dilepaskan dari ketiadaan sistem Islam. Semenjak negara Islam runtuh dan sistem Islam dihapuskan oleh Mustafa Kemal pada tahun 1924, umat manusia khususnya umat muslim di seluruh penjuru dunia terus mengalami berbagai rentetan peristiwa mengerikan, malapetaka, kenistaan, kesengsaraan, dan penderitaan tiada henti. Begitupun dengan dunia secara umum, seluruh umat manusia lainnya di luar umat Islam pun mengalami kesengsaraan hidup yang sama. 

 

Karena itu, berjuang menerapkan kembali sistem Islam adalah kewajiban paling tinggi bagi kita semua. Sebab, hanya dengan keberadaan sistem Islam, kaum muslimin akan memiliki negara yang mampu menjadi junnah (perisai) yang melindungi darah kaum muslimin dan menghancurkan zionis Israel serta negara-negara sekutunya. Hanya dengan sistem Islam seluruh kebutuhan hidup setiap umat manusia baik muslim maupun non-muslim, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan dapat terpenuhi. 

 

Hanya dalam sistem Islam, peran serta kedudukan pesantren dan santri sebagai tonggak kebangkitan akan tetap terjaga. Sistem Islam tidak akan menyuruh santri untuk berdikari dan menjadi mesin pendongkrak ekonomi. 

 

Dalam Islam, menggerakkan roda perekonomian dan menciptakan lapangan pekerjaan merupakan kewajiban dan tanggung jawab penguasa. Hal ini karena dalam pandangan Islam tugas penguasa adalah meriayah (mengurusi) urusan rakyat. Rasulullah saw. bersabda: “Imam (pemimpin) adalah pengatur rakyat, dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Untuk mengatasi masalah perekonomian, sistem Islam akan mendorong negara dan penguasa agar membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Sehingga setiap laki-laki yang telah balig bisa mendapatkan pekerjaan dan memenuhi nafkah anggota keluarganya. 

 

Sistem Islam pun menetapkan agar seluruh SDA dikelola secara mandiri oleh negara. Kemudian hasilnya wajib didistribusikan kepada rakyat berupa seluruh pemenuhan kebutuhan vital rakyat, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang gratis. SDA ini pun ketika dikelola dengan baik, maka akan menyerap tenaga kerja yang banyak. 

 

Adapun terkait umat muslim di Palestina, maka sistem Islam akan menurunkan pasukan jihadnya untuk memerangi zionis Israel dan sekutunya. Sistem Islam tidak akan membiarkan zionis Israel mengokohkan eksistensinya di Palestina dan membumihanguskan warganya. 

 

Hal ini sebagaimana pembelaan Khalifah Abdul Hamid ll terhadap Palestina dahulu. Kala itu, seorang utusan Yahudi bernama Theodor Herzl membujuk dan melakukan berbagai tawaran kepada Khalifah, agar berkenan menjual pemukiman orang Palestina kepada Yahudi. Namun semua itu ditolak mentah-mentah oleh Khalifah. Dengan tegas Khalifah mengatakan, selama dirinya hidup maka tidak ada celah bagi Yahudi memasuki tanah Palestina. 

 

Juga seperti pada waktu pemerintahan Khalifah Mu’tashim Billah. Saat itu, ada aduan bahwa seorang wanita dilecehkan oleh tentara Romawi. Khalifah langsung mengirimkan pasukan jihadnya untuk melindungi dan membela wanita tersebut. Pasukan jihad ini terdiri dari tentara muslim dan para lelaki dewasa lainnya, serta berada di bawah komando departemen jihad. Sehingga pada waktu itu, pasukan jihadnya sangat besar. Bahkan panjang barisan pasukannya tidak putus dari gerbang istana Khalifah di Baghdad sampai Asia Kecil (Amuria). 

Demikianlah berbagai perlindungan yang dilakukan sistem Islam kepada seluruh rakyatnya. Hanya sistem Islam yang mampu mendudukkan kembali peranan santri sebagai pelopor kebangkitan. Karenanya, kaum muslimin terlebih para santri seharusnya memperjuangkan sistem kehidupan Islam agar kembali diterapkan di dunia ini. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.

Penulis : Reni Rosmawati (Ibu Rumah Tangga)

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.