25 April 2024
64 / 100

Oleh : Rahmi Lubis, S.Pd.

Dimensi.id – Lebaran merupakan momentum bagi umat muslim untuk bersilaturahim ke rumah sanak saudara. Sebagian orang yang berada di perantauan sangat menunggu momen lebaran ini untuk meluapkan rasa rindu akan kampung halaman mereka. Cuti mudik lebaran inilah yang menjadi obat dan penyemangat para perantau walau sekali dalam setahun.

Namun, hal ini tidak sesuai dengan harapan para pemudik. Ketika moment lebaran tiba, mereka mulai resah dan pusing dikarenakan biaya transportasi mudik yang meroket naik. Contohnya harga tiket pesawat untuk rute Jakarta – Medan pada 8 April 2024 yang terpantau mencapai Rp2,37 juta untuk maskapai Garuda Indonesia. Hal ini sangat mengejutkan bagi masyarakat karena dibandingkan saat hari biasa dengan batas harga kurang dari dua juta rupiah.

Lalu, dimanakah peran pemerintah? Pertanyaan mendasar yang menjadi buah bibir masyarakat saat ini. Franshurullah Asa, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengumumkan secara spesifik maskapai tersebut antara lain PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT. Citilink Indonesia, PT. Sriwijaya Air, PT. Nam Air, PT. Batik Air, PT. Lion Mentari, dan PT. Wings Abadi meminta maskapai untuk melapor terlebih dulu sebelum memutuskan untuk menaikkan harga tiket kepada konsumen. Maskapai diminta untuk tidak membuat harga tiket pesawat mahal tanpa alasan rasional.

Dalam Putusan, KPPU menjatuhkan sanksi berupa perintah kepada para terlapor untuk memberitahukan secara tertulis kepada KPPU setiap kebijakan yang akan berpengaruh terhadap peta persaingan usaha, harga tiket yang dibayar oleh konsumen, dan masyarakat selama 2 (dua) tahun, sebelum kebijakan tersebut diambil. Putusan tersebut kemudian diajukan keberatan hingga kasasi di Mahkamah Agung (MA). Terakhir, MA memenangkan KPPU melalui Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 1811 K/Pdt.Sus KPPU/2022.

Namun apa yang terjadi setelah putusan KPPU tersebut? Apakah harga tiket pesawat turun? Tidak. Masyarakat tidak merasakan apapun. Pihak maskapai secara bersama-sama hanya menyediakan tiket subclass dengan harga yang tinggi, dan tidak membuka penjualan beberapa subclass harga tiket rendah.

Rakyat hanya bisa menjerit. Penguasa diam akan hal ini malahan masyarakat diarahkan untuk bijak memilih dan kreatif agar bisa mendapatkan tiket murah.

Akibat Penerapan Sekularisme-Kapitalisme

Harga tiket naik saat lebaran merupakan satu dari banyaknya masalah yang terjadi pada sistem sekulerisme. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Aturan yang bersumber pada manfaat. Sistem ini diterapkan seluruh bagian negara di dunia saat ini. maka wajar kapitalisme menjadi simbol peradaban seluruh negara. Bagaimana peran negara?.

Negara tidak berbuat banyak untuk rakyat karena sejatinya negara bukan pelayan rakyat. Rakyat dijadikan sebagai alat untuk melayani penguasa negara atau lebih tepatnya para pemilik modal. Inilah fakta nyata kebobrokan yang terjadi saat ini.

Saat perusahan atau para pemilik modal mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memanfaatkan momentum lebaran, dimulai dari harga tiket pesawat, kereta api, bus, bahkan BBM pun menjadi sasaran empuk kaum elite untuk meraup untung dari rakyat.

Namun, Negara tak akan pernah berpihak kepada rakyat karena sejatinya negara adalah para penguasa yang terdiri dari kaum elite pengusaha. Kebijakan yang dibuat penguasa pastinya memihak kepada para investor dengan dalih menyejahterakan rakyat. Masihkan kita bertahan dalam sistem ini?

Pengaturan Dalam Islam

Islam bukan hanya agama. Islam merupakan sistem kehidupan yang paripurna. Sistem kehidupan yang berasal dari sang pencipta. Aturan yang berlandaskan hukum syariat yang sesuai dengan fitrahnya manusia baik itu umat muslim sampai non-muslim. Rahmat bagi seluruh umat manusia. Inilah yang akan tercurahkan jika Islam tegak.

Penguasa dalam sistem Islam akan terus melayani rakyat dengan segenap jiwanya. Hal ini dilakukan penguasa karena mereka takut akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari akhir. Takut dosa dan ingin meraih ridho sang pencipta menjadi standar dalam berbuat.

Hari lebaran merupakan momentum kebersamaan dengan keluarga untuk saling memaafkan. Menjamin kenyamanan rakyat dan kemudahan dalam mendapatkan transportasi akan menjadi perhatian utama penguasa. Bukan hanya harga yang ekonomis, rakyat yang tidak mampu untuk mudik juga akan didanai secara gratis oleh pemerintahan Islam.

Hal ini dikarenakan pihak pemerintahan bertanggungjawab penuh akan transportasi ini bukan menyerahkannya kepada pihak swasta. Inilah salah satu solusi dari sekian yang akan dipecahkan dalam Islam karena sesungguhnya aturan yang dibuat berasal dari sang pencipta bukan dari hawa nafsu manusia itu sendiri.

Lantas, masihkah kita berpikir untuk solusi selain Islam?

Wallahua’lam bisshawab

 

Editor : Vindy Maramis

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.