30 April 2024
63 / 100

Dimensi.id- Terhitung sudah 150an hari Palestina di bombardir tanpa henti oleh Zionis Israel. Hingga bulan Maret, korban yang tewas mencapai 30.000 orang lebih dan masih terus bertambah. Inilah genosida yang yang disiarkan secara langsung tanpa henti oleh warga dan jurnalisnya. Tapi, dunia tak bisa menghentikannya.

 

Genosida Palestina

 

Kematian membayangi warga Palestina, jika tidak karena pembantaian zionis Israel, mereka akan meregang nyawa karena kelaparan, dehidrasi dan malnutrisi. Sungguh ironis sekali. Banyak diantara mereka yang akhirnya menanti datangnya kematian karena memilih kesenangan yang akan hadir di surga yang penuh kenikmatan.

 

Banyak anak yang juga menantikan datangnya kematian karena menahan rasa lapar dan sakit yang tak bisa bayangkan. Sayangnya, melihat pembantaian demi pembantaian, pembunuhan demi pembunuhan, semua kejahatan kemanusiaan yang dilakukan zionis Israel pada Palestina tak lantas membuat dunia bergerak cepat mengakhirinya. Bahkan, sekelas PBB yang katanya hadir menjaga perdamaian dunia pun tak bisa berbuat apa-apa, hanya pertemuan dan pertemuan yang berdampak pada Palestina.

 

Zionis Israel sudah masuk digugat di Mahkamah Internasional (ICJ), tapi mereka tetap terus melakukan pembantaian yang membabi buta pada warga Palestina. Bahkan, menembaki warga yang tengah berkumpul mengambil bantuan. Biadab.

 

Dunia Tunggu Apa?

 

Entah apa yang dunia tunggu sehingga mereka akan bangkit dan menghentikan semua kejahatan ini. Bukti nyata genosida sudah tersebar di media sosial. Korban genosida yang selamat banyak yang terkena penyakit mental, sebagian besar anak-anak.

 

Dunia tetap diam. Bahkan, tetangga Palestina yang katanya negara Muslim juga malah membangun tembok perbatasan yang tinggi disertai kawat listrik. Arab sebagai negara Muslim yang jadi tempat tinggal nabi, malah membuka jalan bagi Zionis Israel. Sungguh kenyataan yang menyayat hati.

 

Bantuan langit yang diturunkan Yordania pun hanya secuil yang datang. Saat beribu truk bantuan kemanusiaan tertahan di pintu masuk Mesir, menunggu izin Zionis Israel. Bantuan kemanusiaan As pun ikut dilemparkan dari udara. Bantuan tanpa parasut yang akhirnya membunuh warga. Bantuan yang terjunkan jauh dari warga, sehingga warga harus berlari dan berebut untuk mengambilnya. Sungguh penghinaan apalagi yang harus mereka dapatkan.

 

Inilah bukti bahwa zionis Israel adalah anak emas As. Sang negara adidaya tutup mata, mulut, telinga dan hati atas semua kejahatan Israel. As mendukung Israel penuh semua tindakan Israel. Walau As jadi salah satu donator terbesar bagi Palestina. Tapi, apalah artinya semua bantuan itu. Jika di satu sisi, mereka mengirim persenjataan pada Israel untuk membantai warga Palestina. Di sisi lain, mereka mengirimkan berbagai bantuan kemanusiaan untuk Palestina.

 

Jadi, tak usahlah kita berharap pada PBB untuk menghentikan genosida di Palestina. Sudah jelas kemana para Dewan Keamanannya berpihak pada siapa. Sejarah pun mencatat jelas berdasarkan peran siapa saja Zionis Israel bisa lahir ke dunia, tak lepas Inggris dan sekutunya.

 

Apa yang Harus Kita Lakukan?

 

Sungguh rasa frustasi bersemayam dalam diri kaum muslim yang merasa tak berdaya membantu warga Palestina ketika para penguasanya hanya mencukupkan diri dengan kecaman dan kecaman. Harus ada langkah nyata dan tegas untuk membebaskan bumi para nabi dari penjajahan zionis Israel.

 

Pertama, tak perlu lagi berharap pada PBB, As dan sekutunya untuk menghentikan kejahatan ini. Tak perlu membuang waktu lagi menaruh harapan pada mereka yang nyata keberpihakannya pada siapa.

 

Kedua, tak perlu berharap pada hukum internasional yang ada. Karena faktanya hasil ICJ kemarin saja tak bisa menghentikan kejahatan yang dilakukan Israel pada Palestina. Yang ada justru semakin biadab.

 

Ketiga, solusi dua negara yang terus menerus ditawarkan bukanlah solusi bagi warga Palestina. Bayangkan jika ini terjadi di negeri Indonesia. Relakah kita berbagi bangsa ini pada penjahat walau ia didukung seluruh dunia. Palestina adalah tanah kharajiyah yang diperoleh dengan darah dan air mata kaum muslim. Selamanya akan menjadi milik kaum muslim.

 

Keempat, persatuan kaum muslim harus ditegakkan. Sekat Nasionalisme yang memandulkan Liga Arab membebaskan Palestina walau negara-negara tersebut mendukung kebebasan Palestina. Palestina adalah ujian ikatan akidah dan ukhuwah Islam bagi muslim. Akidah yang kini tergadai karena urusan politik dan kepentingan.

 

Lihatlah sejarah mencatat tindakan tegas Khalifah Abdul Hamid II saat Theodore Herzl datang menawarkan harta yang banyak untuk membayar utang Daulah Utsmani saat itu. Bisa saja sang Khalifah mengambil tawaran Herzl karena menguntungkan negara. Tapi, akidah yang menancap kuat pada dirinya tak membiarkan seonggok harta dunia membeli tanah milik kaum muslim, Palestina. Walau itu sepetak diantara wilayah daulah Islam. Tapi Khalifah Abdul Hamid II sadar betul posisi bumi Syam dalam Islam.

 

Perkataan Sultan Abdul Hamid II yang tegas tercatat dalam memoarnya, “Tanah ini (Baitul Makdis) adalah hak umat Islam. Kaum Muslimin telah berjihad demi kepentingan membebaskannya. Mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Kalian kaum Yahudi (zionis), silakan menyimpan harta kalian di tempat lain.”

“Selama aku masih hidup, aku lebih rela pedang-pedang dihunuskan dan menusuk tubuhku daripada harus melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Kekhalifahan Islam,” tegasnya lagi.

 

Dr Muhammad Harb dalam buku Memoar Sultan Abdul Hamid II (2012) menuturkan, Herzl dan komplotannya sejak menerima penolakan itu mulai lebih senyap dalam mewujudkan rencana besar meruntuhkan Kekhilafahan Turki Utsmaniyah. Inilah sosok pemimpin yang dirindu umat, ketegasannya dan perlindungannya pada Baitul Makdis tak tergoyahkan harta dunia dan berbagai kepentingan. Inilah sosok yang lahir dari rahim keimanan pada Allah Swt.

 

Sepanjang sejarah, Khilafah mampu menjaga dan melindungi Palestina hingga tiga agama di sana, yakni, Islam, Nasrani, dan Yahudi hidup berdampingan secara damai lebih dari 400 tahun lamanya. Hanya jihad dan Khilafah solusi fundamental untuk Palestina dan negeri muslim lainnya yang masih terjajah.

 

Wallahua’lam bish shawab.

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.