1 Mei 2024
13 / 100

 

Luka yang mendalam pada dunia anak terjadi lagi khususnya di Kota Batam yang Tengah viral baru-baru ini. Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak yang menjadi masa menyenangkan ini justru berubah menjadi era pilu dengan hadirnya kasus perundungan (bullying) yang kerap terjadi.

Kasus bullying yang ditetapkan oleh Polresta Balerang ada empat tersangka yang vidionya Tengah viral di sosial media. Menurut Pol Nugroho Tri N (Kapolresta Barelang Kombes) setidaknya ada empat pelaku dalam kasus ini yaitu NH (18), RS (14), M (15) dan AK (14). Nugroho menambahkan bahwa perundungan ini terjadi pada hari Rabu (28/2/2024) di kawasan ruko belakang Soto Medan Lucky Plaza, Lubuk Raja, Batam. (Kompas.tv, 2/3/2024)

Kasus ini bermula dari pelaku dan korban saling ejek melalui WhatsApp. Kemudian pelaku mengajak temannya yang lain untuk menemui korban.
Hasil penyidikan sementara dari pihak kepolisian menyatakan kelompok remaja putri menganiaya korban lantaran sakit hati karena korban disebut merebut pacar pelaku. Akan tetapi polisi masih mendalami dugaan tersebut. Apalagi dijelaskan juga bahwa keduanya baik korban maupun pelaku sudah sama-sama putus sekolah. (Kompas.tv, 2/3/2024)

Nina selaku Pengasuh Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Kota Batam sekaligus Ketua Devisi ABH (Anak Berhadapan dengan Hukum) dalam penjelasannya mengatakan bahwa kasus ini juga dapat terjadi dikarenakan kurangnya perhatian dan pengawasan kepada anak juga karena tingginya angka anak yang putus sekolah. Permasalahan inilah yang menyebabkan dan memberi peluang kepada anak untuk berkumpul pada lingkungan atau tempat yang salah dan melakukan perbuatan yang menyimpang.

Nina menambahkan pada hasil wawancara sebelumnya bahwa kasus perundungan ini dilakukan oleh anak di bawah umur yang usia rata-rata sekitar 14 tahun, bahkan yang mirisnya lagi mereka juga pernah melakukan aktivitas yang disebut open BO. (batamnews.co.id, 2/32024)

Penyebab Maraknya Perundungan (Bullying)

Faktanya, kasus bullying yang terjadi bukan hanya di Batam saja, banyak beredar di sosial media mengenai kasus yang serupa dari berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan, kasus tersebut sering kita dengar keberadaannya baik di kota maupun desa hingga di tempat terpencil sekalipun. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa pelaku dan korban sudah tidak menginjak pendidikan yang dengan itu membuat remaja dan anak semakin tak karuan.

Tak cukup sampai di situ kasus perundungan (bullying) juga terjadi bukan hanya pada anak yang putus sekolah saja melainkan pada yang sedang menempuh pendidikan juga banyak melakukan hal yang sama. Maka dapat dikatakan bahwa ternyata sekolahpun tak cukup untuk membuat anak mengerti dalam menentukan perbuatan baik dan buruk, apalagi yang sudah jelas tidak sekolah sama sekali atau putus sekolah.

Problem mengenai bullying makin banyak terjadi di tengah masyarakat khususnya pada remaja dan faktor yang menjadi penyebabnya pun sangatlah kompleks. Faktor internal maupun eksternal termasuk lingkungan kehidupannya juga menjadi pemicu terjadinya kekerasan.

Faktor internal yang berasal dari dalam dirinya sendiri seberapa jauh ia memahami hakikat kehidupannya. Remaja cenderung berada pada pemikirannya sendiri yang susah untuk diarahkan dan bahkan ia sendiri pun masih belum memahami perbuatan apa yang sedang dilakukan. Adapun faktor eksternal yang berasal dari luar yaitu faktor keluarga, ekonomi, pertemanan atau lingkungan dan lain sebagainya.

Kondisi ekonomi yang kian terpuruk yang menjadikan para ayah sulit mendapatkan pekerjaan dan dengan itu para ibu dituntut untuk membantu perekonomian keluarga sehingga mengabaikan kewajibannya termasuk mendidik anak yang telah Allah Swt. amanahkan padanya.

Inilah yang menyebabkan manusia khususnya ibu cenderung menjadi rapuh, mudah emosi, marah, dan melakukan kekerasan sebagai salah satu tempat pelampiasannya dan bahkan sering kali anaklah yang menjadi korban dengan tidak adanya pendidikan yang layak dan secara langsung dari sang ibu.

Tatkala sang anak tak mampu memahami dirinya dan berada pada pemikiran yang salah maka anak akan mengikuti apa yang telah dilakukan orang tua kepadanya. Akhirnya, sang anak juga dengan rela dan tak segan untuk berlaku kasar kepada orang tuanya hingga ada yang sampai melakukan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya, seperti memukul bahkan ada yang membunuh. Naudzubillah.

Himpitan ekonomi ini jugalah yang akhirnya membuat para orang tua tak mampu menyekolahkan anak-anaknya di tempat yang layak untuk mendidik mereka. Di sisi lain para orang tua pun tak mampu mendidik anaknya karena harus berjuang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga sebagian orang tua hanya berserah kepada pihak sekolah secara total dalam hal pengawasan terhadap anaknya tanpa mempedulikan lagi lingkungan seperti apa yang disebut layak untuk mendidik.

Alhasil, semakin bertambah rusaklah perilaku dan moral anak akibat tidak berada pada lingkungan yang benar, dan minim pendidikan dari kedua orang tuanya.

Cacatnya Sistem Kapitalisme

Kasus bullying yang terjadi dan kian bertambah mulai dari anak SD, SMP, SMA, bahkan pada perguruan tinggi,  faktanya ternyata jelas bahwa hari ini sekolah pun kian sekuler, tatanan sosialnya semakin rusak. Itulah konsekuensi dengan diterapkannya sistem kapitalisme yang mengakibatkan rusaknya seluruh tatanan kehidupan.

Pada kenyataannya seluruh faktor yang menyebabkan kasus kekerasan pada anak dan remaja sejatinya memang bermula dan lahir dari peradaban kapitalisme sekuler. Peradaban ini menjauhkan manusia termasuk remaja dan anak dari agamanya sehingga Muslim kehilangan jati dirinya dan tidak saling peduli kepada saudara sesama Muslim yang lain. Bukan saling bahu membahu kepada sesamanya tetapi yang terjadi justru malah saling sikut-menyikut sehingga jauh jugalah dari kata saling peduli. Sayangnya kebijakan yang dibuat negara hanya memperparah keadaan. Kebijakan yang ditetapkan untuk menyelesaikan persoalan bullying ternyata mandul karena tidak diselesaikan melalui akar persoalannya, yaitu sistem kapitalisme lalu menggantinya dengan kehidupan Islam.

Sayangnya negara membuat kebijakan atau aturan yang justru memperparah kondisi yang ada, pendidikan diarahkan kepada manfaat atau materi semata serta menciptakan mesin pendongkrak dan penopang bagi ekonomi. Maka tidak heran, kerap kita dapati betapa hari ini banyak generasi amoral, suka hura-hura, hidup bebas, bahkan tak segan membully temannya. Hal tersebut dikarenakan pendidikan dalam sistem kapitalisme meniscayakan aturan agama dijauhkan dari kehidupan. Padahal agama adalah rambu-rambu manusia dalam berbuat maksiat.

Problematika yang terjadi adalah problem yang sangat sistematis maka dari itu tentulah solusi yang dibutuhkan adalah solusi yang bersifat sistematis pula.

Solusi Islam Mengatasi Perundungan (Bullying)

Islam merupakan agama yang sempurna yang berasal dari Sang Pencipta. Allah Swt. mengetahui setiap permasalahan yang ada pada manusia dan mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh manusia untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya, termasuk persoalan bullying yang menimpa pada generasi hari ini. Lalu bagaimana islam menyelesaikannya?

Pertama, dari aspek ruhiyah, Islam mengajak orang-orang beriman untuk menambah ketakwaannya kepada Allah Swt., serta mendekat kepada-Nya setiap saat atau pada setiap keadaan. Kedekatan manusia kepada Allah Swt. akan memberikan rasa tenang dalam jiwa sehingga menghindarkan manusia dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk kekerasan.

Islam adalah agama yang mengajarkan tentang tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu akhirat. Semua perbuatan manusia adalah bekal yang akan dibawa untuk menuju akhirat yang kekal. Inilah yang seharusnya disadari kaum Muslim, bahwa apa yang diperbuat akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Ketika sudah meyakini itu maka Insyaallah kaum Muslim khusunya generasi muda tidak akan melakukan perbuatan tercela seperti bullying. Karena keimanan dan ketakwaan inilah sebenar-benarnya benteng penjaga manusia dari perbuatan dosa.

Kedua, peran negara secara optimal. Negara yang menerapkan hukum Islam secara menyeluruh (kaffah) akan menghilangkan segala hal yang dapat mengakibatkan generasi menjadi rusak.
Terutama dalam ranah pendidikan, kurikulum pendidikan harus berasaskan akidah Islam agar terbentuknya kepribadian Islam secara benar. Para pemudi harus disiapkan untuk menjadi calon Ibu pemimpin umat. Begitu juga para pemuda disiapkan agar menjadi calon ayah peradaban.

Ketiga, dalam aspek ekonomi, negara menjamin dalam pemenuhan seluruh kebutuhan vital rakyat dengan baik individu per individu secara merata. Terkhusus pada yang tergolong tidak mampu missal : fakir, miskin, tua, sakit, cacat, dan yatim piatu. Serta memberikan peluang kepada kepala keluarga terkhusus ayah baik berupa pembelajaran bisnis ataupun diberikan pekerjaan yang layak.

Maka jaminan seperti ini akan meminimalisir peran Ibu untuk bekerja diluar sehingga para Ibu dapat fokus menyiapkan, serta memberi pendidikan yang layak untuk anak-anaknya.

Keempat, dalam ranah pergaulan, negara juga wajib bertanggung jawab menciptakan pergaulan yang aman dari segala tindakan baik berupa kasus perundungan (bullying), kemaksiatan, tindak asusila, kejahatan seksual atau nonseksual dan lain sebagainya.

Terakhir, dalam aspek hukum dan perundang-undangannya, negara wajib memberikan sanksi yang tegas dan menjerakan kepada para pelaku tindak kejahatan. Tujuannya agar meminimalisir kejahatan yang menyebabkan orang lain celaka maupun gangguan-gangguan lainnya.

Karena itu, jika kita memang menginginkan terciptanya sebuah penyelesaian dalam setiap permasalahan kehidupan, maka tak lain dan tak bukan hanya bisa diraih dengan jalan penerapan sistem Islam secara total seperti seruan Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah : 208 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara sempurna (kaffah) dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”

Maka dari itu sudah seharusnya umat kembali pada ketakwaan kepada Rabb-Nya dengan takwa yang sebenar benarnya. “Dan jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. Al-A’raf: 96). Wallahu A’lam bi-Ashawwab. [DMS]

Penulis: Ria Astina

Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta

Editor:Reni Rosmawati 

1 thought on “Generasi Rusak Akibat Sistem yang Cacat

  1. Masya Allah ka ria hebat banget tulisannya srmoga Allah catat amal kebaikannya yang terus mengalir ❤️❤️

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.