17 Mei 2024
13 / 100

Dimensi id-Sepertinya tahun ini adalah tahunnya Universitas Negeri Padang (UNP). Setelah viral pemecatan dan skors dua orang dosennya yang terindikasi sebagai LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). “Satu dosen non PNS, satu lagi dosen PNS. Yang non PNS sudah kita pecat, diberhentikan. Yang satu lagi dikenakan skorsing. Dilepaskan dari semua tugas dan jabatan di akademik” kata Sekretaris UNP, Erianjoni (detik.com, 20/6/2023).

 

Sekretaris UNP, Erianjoni kembali mengkonfirmasi kebenaran berita berita tentang dipulangkan mahasiswanya yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kota Padang, Sumatera Barat, oleh warga setelah membuat konten TikTok yang berisi keluhan dan sindiran tentang fasilitas di desa tersebut yang dirasa kurang bahkan tak layak.

 

Erianjoni mengakui bahwa hal itu merupakan keteledoran sejumlah mahasiswi yang menjalani KKN di Bungus Teluk Kabung. Para Mahasiswa ini dipulangkan oleh aparat desa setempat karena dianggap tidak membawa perubahan di daerah tersebut. Padahal, para mahasiswa itu bisa menceritakan permasalahan terkait kendala selama KKN dengan dosen pembimbing lapangan. Selain itu, UNP juga punya wadah lain untuk komunikasi mahasiswa yaitu unit pelaksana pusat KKN.

 

“Ini memang keliru. Mahasiswa kita harus diberi pembelajaran, tidak semua harus semuanya lewat media sosial, kan ada wadah komunikasinya, DPL dan unit pelaksana pusat KKN. Sederhana saja, mereka kebablasan juga bermedia sosial, tentu masyarakat tidak terima. Menyangkut nama daerah tentu sensitif,”kata Erianjoni. Ia juga menilai sejumlah mahasiswi itu juga belum siap untuk bisa memahami masyarakat dan daerah setempat (tribunnews.com, 26/6/2023).

 

Pendidikan Berbasis Sekuler, Gagal Melejitkan Potensi Pemuda

 

KKN atau sering disebut Kuliah Kerja Nyata menjadi kegiatan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa dari perguruan tinggi tertentu sebelum menjadi seorang sarjana. Mata kuliah ini mewajibkan mahasiswanya untuk berkunjung ke sebuah daerah selama beberapa waktu. Ada beberapa manfaat yang didapat diantaranya, meningkatkan Kepedulian Sosial, menerapkan Ilmu di dalam masyarakat, mengembangkan diri, menumbuhkan kreativitas masyarakat, meningkatkan kesehatan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di Desa (itjen.Kemendikbud.go.id, 14/9/2022).

 

KKN adalah juga bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan tiga kewajiban yang terdapat dalam perguruan tinggi yakni Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Seluruh sivitas akademika di kampus bertanggung jawab terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi. Artinya, lembaga pendidikan tinggi mengadakan kegiatan KKN, PKL, Pengabdian Masyarakat dan lainnya dengan harapan para mahasiswa berinteraksi dengan masyarakat dan menebarkan kemanfaatan, sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari.

 

Potensi pemuda yang luar biasa tentulah sangat dibutuhkan dalam perubahan dan kemajuan sebuah bangsa. Lihat saja beberapa negara maju seperti Korea, Jepang , Singapura yang kelabakan karena mereka menghadapi krisis generasi muda. Usia produktif yang bakal menggantikan mereka saat tiada. Para pemudanya enggan menikah dan membina rumah tangga. Meskipun pemerintah masing-masing negara itu sudah memberikan beberapa insentif dan kemudahan, tetap tak bergeming.

 

Biaya hidup yang tinggi menjadi kendala serius seseorang memilih untuk menikah dan berkeluarga. Jika pernikahan hanya soal menyatukan dua manusia dan seks adalah kebutuhan tertingginya, mereka telah mendapatkan dengan mudah. Ada banyak istilah semisal friend with benefiet dan lain sebagainya. Pendidikan yang ditempuh generasi muda hari ini pun tak mampu memberikan gambaran utuh tentang visi dan misi hidup mereka di dunia.

 

Persaingan yang tak adil, siap menyuap jurusan favorit, rekayasa KKN masuk perguruan tinggi negeri adalah sedikit dan banyaknya kesulitan yang dihadapi pelajar maupun mahasiswa. Seolah jika ingin sukses, sekolah di tempat favorit maka akan ada harga yang dibayar. Perguruan tinggi negeri hari ini bukan lagi murni lembaga pendidikan, namun sudah berubah menjadi industrialisasi pendidikan dengan para kapitalis kakap yang menjadi pelakunya.

 

Belum lagi kurikulum yang disusun sangat minim dari adab. Mereka belajar agama sebatas ilmu pengetahuan saja. Sehingga jika mereka Muslim, pilihan hidup mereka bukan Islam, namun budaya dan pemikiran asing yang jelas bertentangan dengan agama ( baca: Islam). Mereka terbiasa hidup praktis, instan dan kemudahan-kemudahan teknologi yang tanpa pengendalian agama telah menguasai generasi muda ini. Sehingga kesulitan sedikit mereka tak sungkan memaki bahkan mencaci.

 

Akibatnya? Apa yang viral di tik tok, para mahasiswa yang diterjunkan seharusnya mampu memberi perubahan pada masyarakat, memudahkan urusannya bahkan mencerdaskan umat tidak tercapai. Bahkan lebih mirip bak air dan minyak yang tak bisa bersatu, padahal semestinya, mahasiswalah yang menjadi mata, hati, kepala dan tangan umat? Mahasiswalah yang mampu merasakan apa kesulitan rakyat. Mereka sebetulnya adalah jembatan penghubung antara rakyat dan penguasa.

 

Sungguh ironi, ketika kehadiran mahasiswa ditolak dan dikatakan samasekali tak bawa perubahan. Lantas kepada siapa kita berharap? Atau adakah sistem terbaik yang bisa mencetak generasi tangguh, bertakwa dan berisi akhirat?

 

Pemuda dalam Islam Adalah yang Terbaik.

 

Seorang aktifis bernama Dwi Rahayu, S.I.Kom. mengatakan ,”Pemuda muslim adalah harapan masa depan umat dan peradaban. Sayangnya, ideologi destruktif kapitalisme telah mencerabut potensi pemuda. Pemuda teracuni nilai rusak liberal atas nama HAM. Pendangkalan akidah melalui nilai moderasi beragama, gaya hidup hedonistik yang merusak kepribadian pemuda muslim”.

 

Sedangkan Allah SWT berfirman yang artinya,“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran: 110).

 

Seorang ulama mengatakan, “Musuh-musuh Islam telah mengetahui ini (keistimewaan pemuda muslim), musuh-musuh Islam segera membuat rintangan di jalan hidup yang dilalui para pemuda Islam atau mengubah cara pandang dan prinsip hidup mereka. Memisahkan mereka dari agama Islam atau membuat jurang pemisah antara mereka dengan para ulama.” (Fatawa Bin Baz, hlm.365).

 

Sabda Rasulullah saw., “Tidaklah bergeser kaki anak adam pada hari kiamat di hadapan Rabb-nya sampai ditanya tentang lima perkara. Umurnya bagaimana dia lalui, masa mudanya bagaimana ia habiskan, hartanya dari mana ia dapatkan dan bagaimana ia belanjakan, serta tentang apa yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR Tirmidzi).

 

Kiranya cukup jelas, hanya Islam yang secara sadar mampu membaca potensi pemuda dan memberikan tuntunan yang jelas tentang bagaimana proses menjadi pemuda harapan Bangsa. Tak loyo, tak mudah mengeluh, cerdas, tak suka mengumbar keluhan di medsos bahkan berada di garda terdepan dalam perubahan.

 

Maka, syariat telah memberikan seperangkat aturan agar mencapai tujuan, dari sejak bagaimana mengupgrade diri agar menjadi orangtua, pemberian nama yang baik, pendidikan yang baik yaitu berbasis akidah Islam, berikut juga kesehatan dan keamanan yang menjamin tumbuh kembang anak. Hal ini tak bisa jika hanya diserahkan kepada keluarga dan lembaga pendidikan melainkan negara.

 

Negara dalam pandangan Islam adalah pihak satu-satunya yang mampu menjamin semua kebutuhan pokok rakyat terpenuhi. Dengan sistem keuangan Baitulmal yang baku tentukan seluruh biaya pemenuhan jaminan itu bisa terkover. Bukti sejarah terukir indah ,bagaimana dakwah Rasulullah Saw berkembang pesat, sebab dimotori tak hanya oleh generasi tua sebagaimana Abu Bakar, Umar bin Khattab ataupun Ustman, namun mereka yang usia belasan dan tergatagori pemuda seperti Ali bin Abi Thalib, Arqam bin Arqam, Mushab bin Umair sebagai duta Rasulluah dan lainnya.

 

Tak terbilang sumbangsih mereka terhadap Islam, mereka tak gentar dengan kesulitan, kekurangan dan penderitaan. Sebab visi misi mereka tak hanya dunia, namun akhirat. Inilah hasil tempaan Rasulullah yang semestinya ada kini, sebab jumlah kaum Muslim bertambah banyak, demikian pula generasi mudanya. Wallahu a’lam bish shawab.[DMS] .

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1 thought on “Generasi Masa Kini, Miskin Adab Pandai Memaki

  1. Masya Allah…. Sudah selayaknya generasi mudalah yang seharusnya berada di garda terdepan perubahan, maka generasi muda wajib melek politik dan melek Islam, agar mereka mampu menjadi mata telinga dan hati umat.

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.