Penulis : Ulfa Ni’mah S.Si (Pegiat literasi Komunitas Aktif Menulis)
Dimensi.id-Corona menciptakan krisis ekonomi dunia global. Amerika menempati posisi teratas dan memiliki angka kasus serta kematian terbanyak di dunia. Negeri Paman Sam kini mengalami keguncangan ekonomi yang dahsyat. Untuk memulihkannya, Amerika berencana merelokasi industri farmasi yang semula di China akan dipindahkan ke Indonesia tepatnya di wilayah Brebes.
Melansir dari Tempo.com. Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar P mengatakan adanya pembicaraan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Trump. “Trump berantem dengan Tiongkok, dia mau relokasi industrinya, saya diminta presiden untuk bicara nanti sama pembantu Presiden Trump,” kata Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Minggu. (10/5).
Lebih lanjut, hal ini sesuai dengan rencana Pemerintah yang saat ini sedang menyiapkan lahan 4.000 hektare di Jawa Tengah. Lahan itu khusus disediakan untuk kawasan ekonomi khusus untuk industri farmasi dan alat kesehatan.
Gagasan relokasi sejumlah pabrik AS dari China ke Indonesia, Brebes Jawa Tengah ini disambut hangat oleh PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) sebagai pengembang Kawasan Industri Brebes (KIB) di Jawa Tengah.
Direktur Operasi PT KIW, Achmad Fauzie Nur, sempat mengungkit pengalaman pahit Indonesia pada tahun 2019 lalu, tak ada satu pun pabrik yang relokasi dari China ke Indonesia. Kini, untuk menarik perhatian investor pun tidak mudah, sejumlah negara lain sudah ancang-ancang memberikan kemudahan, dan lagi-lagi kuda hitamnya adalah Vietnam.
Untuk itu, ketika rencana ini digulirkan Indonesia harus ambil peran “ katanya kepada CNBC Indonesia melalui zoom meeting dengan Direksi PT. KIW, Selasa (12/5)
Menanggapi proyek ini, Bupati Brebes Idza Priyanti mengatakan, keberadaan Kawasan Industri Brebes (KIB) nantinya akan memberi dampak positif bagi Jawa tengah dan Brebes. Beliau juga menuturkan adanya pengembangan KIB, selain memajukan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tujuh persen, harapanya tingkat kemskinan akan akan berganti tingkat kesejahteraan yang banyak untuk masyarakat.
Menurut Idza, KIB juga dipastikan akan menyerap tenaga kerja seiring masuknya banyak investor. Dengan demikian, angka pengangguran akan menurun. Berdasarkan data Badan pusat Statistik (BPS) Brebes, angka kemiskinan di Brebes mencapai 16,22 persen.
Angka ini masih di atas Angka kemiskinan Jawa Tengah yang mencapai 10,80 persen dan angka angka kemiskinan nasional sebesar 9,41 persen. Sedangkan angka pengangguran pada 2019 masih berdasarkan data BPS tercatat 7,43 persen atau sekitar 66.000 orang naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 7,27 persen atau sekitar 65.000 orang. Gatra.com (16/01/2020).
Bukan hal yang mengejutkan publik, Indonesia membutuhkan program pengentasan kemiskinan. Benarkah relokasi industri bisa dijadikan harapan bagi Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan? Lantas apa yang mendasari Amerika serikat memilih Indonesia sebagai wilayah yang tepat dalam membangun relokasi industri Farmasinya dari China?
Cengkeraman Penjajahan Imperialis
Indonesia saat ini tengah dikuasai oleh Kapitalis barat (Amerika serikat) dan kapitalis timur (China). Di satu sisi, China saat ini lebih unggul dan maju dari Amerika Serikat. Karena kemajuan dalam bidang ekonomi China yang luar biasa, menjadikan Amerika serikat sebagai kekuatan hegemoni mengalami offensive realism yaitu negara menjadi agresif guna berusaha mendominasi sistem internasional.
Lantaran hal ini, AS terus berusaha meningkatkan powernya, memulihkan ekonominya yang kolaps akibat pandemi dengan menguatkan kembali hubungan mesra dengan Indonesia.
Trump menyadari China telah banyak membangun kerjasama dengan Indonesia, ringkas kata sebagian proyek infrastruktur disapu bersih China. Menimbang Indonesia adalah sebuah negara sangat strategis dengan potensi kekayaan alamnya melimpah sehingga menjadi rebutan asing dan aseng untuk menguasainya.
Perselisihan yang terjadi antara As dan China, serta kondisi Pelambatan ekonomi di China ditengarai menjadi alasan Amerika Serikat ingin segera merelokasi industri dari China ke Indonesia. Di tambah biaya operasional di hampir semua industri di China sangat mahal.
Dengan anjloknya ekonomi dunia, tentunya Trump tak ingin kegoncangan ekonomi berlangsung lama, hal ini dapat memperparah kondisi AS dalam jangka waktu ke depan bisa dipastikan tumbang bila tidak segera dicarikan penyelesaian.
Menanggapi hal ini, Jokowi mengaminkan keinginan Trump merelokasi industri farmasi dari China ke Indonesia. Orang nomor satu di Indonesia ini menganggapnya angin segar dan peluang ekonomi yang menggairahkan di tengah keterpurukan.
Pusaran kemiskinan dianggap hantu yang selalu membayangi negeri ini dan harus segera diatasi. Ditambah ancaman resesi ekonomi di tengah pandemi menjadi alibi kuat yang mendorong Indonesia harus bangkit menuju pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Angka Pengangguran juga kian melonjak tajam akibat pandemi. Keterpurukan ekonomi inilah ditengarai sebagai alasan utama bahwa menerima relokasi industri farmasi Amerika Serikat (AS) dari Cina adalah sebuah keputusan yang tepat.
Murahnya tenaga kerja, harga lahan dan banyaknya ketersediaan bahan baku juga menjadi faktor penunjang datangnya investor ke Indonesia. Terungkap alasan indonesia menjadi pilihan juga karena murahnya harga lahan.
Pernyataan ini diperkuat oleh direktur operasional PT kawasan industri Wijayakusuma (KIW), Ahmad fauzie Nur, selaku BUMN pengelola kawasan industri, mengatakan pihaknya akan memformulasikan harga tanah di kawasan industri agar bisa bersaing dengan Vietnam. CNBC Indonesia. (13/05/2020).
Disisi lain, Indonesia harus mengejar ketertinggalan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga keinginan Trump merelokasi industri farmasi dari China dianggap sebagai momen yang tak boleh dilewatkan..
Bahkan merencanakan untuk menghimpun menjadikan Kawasan Industri Brebes ini integrated industrial estate jadi nggak cuma kumpulan pabrik atau gudang saja tapi harus memiliki ekosistem bisnis yang dibutuhkan investor global” ujarnnya.
Jokowi juga menjanjikan sejumlah kemudahan bagi pelaku industri, apalagi Indonesia sangat menarik bagi investor untuk mengembangkan bisnisnya. 250 juta penduduk Indonesia merupakan pasar yang seksi bagi investor.
Sehingga untuk dapat bersaing dengan Vietnam Indonesia merencanakan menjual lahan dengan harga yang murah dan kompetitif dengan Vietnam. Tentunya ini menjadi permasalahan. Faktanya untuk mendapatkan lahan yang murah dilapangan tidak gampang, tidak sedikit sejumlah masalah muncul saat pembebasan lahan.
Ketidaksepakatan harga terkadang menempatkan rakyat sebagai korban, alih alih membuat rakyat senang menerima ganti rugi malah menjadi korban ketidakadilan. Terlebih kawasan industri cukup membutuhkan lahan seluas 4000 Ha, luasan lahan yang tidak sedikit ini akan serta merta mengubah tata alih fungsional lahan. bila demikian, dampak lingkungan ke depan pun perlu dipertimbangkan apalagi lahan Brebes adalah mayoritas lahan pertanian bawang. Lantas bila sawah digusur untuk industri, kemana mereka petani akan mengais kehidupan?
Ekonom Indef Bhima Yudhistira juga memprediksi Pertumbuhan ekonomi pada tahun ini (2020) bisa mencapai minus 2% dengan meningkatnya kemiskinan 12%-13%. Sementara pengangguran pun akan meningkat drastis.
Dari 5% naik menjadi 9%-10% atau bahkan dua kali lipat. Padahal pengembangan industri di Indonesia telah berlangsung lama, lantas siapa yang sebenarnya diuntungkan dengan pembangunan industri dan banyaknya investor di Indonesia?
Mencermati kemiskinan yang mengakar di Indonesia, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari dominasi dan penjajahan imperialis yang nampak pada kebijakan-kebijakan yang diambil penguasa negeri. Maka tak mengherankan bila kemiskinan menjadi momok yang menakutkan untuk segera disudahi.
Menilik lebih lanjut, setiap kebijakan mengatasnamakan rakyat ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan pengentasan kemiskinan, alih alih meningkatkan kesejahteraan faktanya adalah menyengsarakan.
Berbagai program penurunan angka kemiskinan pun digadang gadang sebagai program strategis negara, mengklaim mampu menurunkan angka kemiskinan namun nyatanya ditengah angka kemiskinan yang menurun mengapa masih ada rakyat yang sengsara, menderita kelaparan, badai gelombang PHK tak berkesudahan. Data penurunan angka kemiskinan tidak sesuai kenyataan.
Oleh karena itu, proyek relokasi industri farmasi milik Amerika serikat dari China ke Indonesia adalah cara barat memaksakan strategi globalisasi, mendiktekan kebijakanya terhadap berbagai rejim pemerintahan.
Alih alih dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, faktanya lebih menguatkan cengkeraman hegemoni AS di Indonesia melalui politik dan ekonomi. Kebijakan tidak lagi berpihak pada rakyat tetapi justru mengutamakn korporat.
Indonesia telah diambang krisis, terjerat utang luar negeri yang semakin membengkak dan defisit anggaran. Hanya saja pemerintah selalu berusaha menutup-nutupi kenyataan.
Janji-janji ekonomi akan meroket hingga 7% tak tercapai, bahkan kini terpuruk dan hanya bisa mencapai 2,9% saja. Di satu sisi, kebijakan pengembangan industri malah menciptakan berbagai dampak kritis sosial budaya dan lingkungan ke depan yang tidak bisa dielakkan.
Menimbang kenyataan yang dipaparkan, seharusnya pemerintah perlu meninjau ulang tentang kebijakan menerima relokasi industri farmasi milik Amerika dari China yang akan ditetapkan di wilayah Brebes. Karena sejatinya, justru menjadikan Indonesia semakin berada di bawah kungkungan neoliberlisme dan neoimperialisme yang makin luas dan makin mencengkeram.
Pentingnya Penerapan Syariat Islam
Apabila dicermati problem yang menimpa umat saat ini berakar pada penerapan sistem ekonomi kapitalis di negeri ini. Prinsip dasar sistem ekonomi kapitalisme adalah negara berlepas tangan dalam pengaturan ekonomi dan menyerahkan perekonomian pada mekanisme pasar (neo liberal).
Negara memberikan kebebasan kepada siapapun, individu atau swasta/ asing melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi tanpa ada intervensi dan campur tangan negara. Individu, swasta atau asing diberikan kebebasan memiliki apapun.
Akibatnya, kekayaan alam dikuasai oleh swasta/asing. Sedangkan pembiayaan pendanaan negeri ini ditopang oleh utang dan negara membebani rakyat dengan pajak. Subsidi (listrik, pupuk, BBM, dsb) terus dikurangi atau bahkan dihapus sama sekali. Sehingga terjadilah penurunan daya beli masyarakat yang berujung pada peningkatan kemiskinan dan penganggguran.
Mencermati hal ini, bisa disimpulkan bahwa tidak hanya ideologi sosialisme/ komunisme saja yang berbahaya. Namun Kapitalisme/sekulerisme juga merupakan ancaman nyata bagi negeri ini. Oleh karena itulah, jelas sekali negeri ini harus segera diselamatkan.
Kedua ideologi tersebut berbahaya dan terbukti menjerumuskan ke dalam kesengsaraan dan kehancuran. Tak ada pilihan lain kecuali menyambut seruan untuk kembali pada penerapan syariah Islam secara kaffah sebagai bagian wujud kecintaan pada negeri ini.
Dengan penerapan syariah Islam secara kaffah, negara memiliki ketahanan mampu membendung segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan termasuk neoliberalisme dan neoimperialisme. Lebih dari itu, penerapan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan adalah wujud ketaqwaan yang hakiki kepada Allah SWT. Wallahu a’lam biishshawab. [S]
Dominasi AS di Indonesia Melalui Relokasi Kawasan Industri Brebes
Penulis : Ulfa Ni’mah S.Si (Pegiat literasi Komunitas Aktif Menulis)
Dimensi.id-Corona menciptakan krisis ekonomi dunia global. Amerika menempati posisi teratas dan memiliki angka kasus serta kematian terbanyak di dunia. Negeri Paman Sam kini mengalami keguncangan ekonomi yang dahsyat. Untuk memulihkannya, Amerika berencana merelokasi industri farmasi yang semula di China akan dipindahkan ke Indonesia tepatnya di wilayah Brebes.
Melansir dari Tempo.com. Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar P mengatakan adanya pembicaraan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Trump. “Trump berantem dengan Tiongkok, dia mau relokasi industrinya, saya diminta presiden untuk bicara nanti sama pembantu Presiden Trump,” kata Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, Minggu. (10/5).
Lebih lanjut, hal ini sesuai dengan rencana Pemerintah yang saat ini sedang menyiapkan lahan 4.000 hektare di Jawa Tengah. Lahan itu khusus disediakan untuk kawasan ekonomi khusus untuk industri farmasi dan alat kesehatan.
Gagasan relokasi sejumlah pabrik AS dari China ke Indonesia, Brebes Jawa Tengah ini disambut hangat oleh PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW) sebagai pengembang Kawasan Industri Brebes (KIB) di Jawa Tengah.
Direktur Operasi PT KIW, Achmad Fauzie Nur, sempat mengungkit pengalaman pahit Indonesia pada tahun 2019 lalu, tak ada satu pun pabrik yang relokasi dari China ke Indonesia. Kini, untuk menarik perhatian investor pun tidak mudah, sejumlah negara lain sudah ancang-ancang memberikan kemudahan, dan lagi-lagi kuda hitamnya adalah Vietnam.
Untuk itu, ketika rencana ini digulirkan Indonesia harus ambil peran “ katanya kepada CNBC Indonesia melalui zoom meeting dengan Direksi PT. KIW, Selasa (12/5)
Menanggapi proyek ini, Bupati Brebes Idza Priyanti mengatakan, keberadaan Kawasan Industri Brebes (KIB) nantinya akan memberi dampak positif bagi Jawa tengah dan Brebes. Beliau juga menuturkan adanya pengembangan KIB, selain memajukan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah tujuh persen, harapanya tingkat kemskinan akan akan berganti tingkat kesejahteraan yang banyak untuk masyarakat.
Menurut Idza, KIB juga dipastikan akan menyerap tenaga kerja seiring masuknya banyak investor. Dengan demikian, angka pengangguran akan menurun. Berdasarkan data Badan pusat Statistik (BPS) Brebes, angka kemiskinan di Brebes mencapai 16,22 persen.
Angka ini masih di atas Angka kemiskinan Jawa Tengah yang mencapai 10,80 persen dan angka angka kemiskinan nasional sebesar 9,41 persen. Sedangkan angka pengangguran pada 2019 masih berdasarkan data BPS tercatat 7,43 persen atau sekitar 66.000 orang naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 7,27 persen atau sekitar 65.000 orang. Gatra.com (16/01/2020).
Bukan hal yang mengejutkan publik, Indonesia membutuhkan program pengentasan kemiskinan. Benarkah relokasi industri bisa dijadikan harapan bagi Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan? Lantas apa yang mendasari Amerika serikat memilih Indonesia sebagai wilayah yang tepat dalam membangun relokasi industri Farmasinya dari China?
Cengkeraman Penjajahan Imperialis
Indonesia saat ini tengah dikuasai oleh Kapitalis barat (Amerika serikat) dan kapitalis timur (China). Di satu sisi, China saat ini lebih unggul dan maju dari Amerika Serikat. Karena kemajuan dalam bidang ekonomi China yang luar biasa, menjadikan Amerika serikat sebagai kekuatan hegemoni mengalami offensive realism yaitu negara menjadi agresif guna berusaha mendominasi sistem internasional.
Lantaran hal ini, AS terus berusaha meningkatkan powernya, memulihkan ekonominya yang kolaps akibat pandemi dengan menguatkan kembali hubungan mesra dengan Indonesia.
Trump menyadari China telah banyak membangun kerjasama dengan Indonesia, ringkas kata sebagian proyek infrastruktur disapu bersih China. Menimbang Indonesia adalah sebuah negara sangat strategis dengan potensi kekayaan alamnya melimpah sehingga menjadi rebutan asing dan aseng untuk menguasainya.
Perselisihan yang terjadi antara As dan China, serta kondisi Pelambatan ekonomi di China ditengarai menjadi alasan Amerika Serikat ingin segera merelokasi industri dari China ke Indonesia. Di tambah biaya operasional di hampir semua industri di China sangat mahal.
Dengan anjloknya ekonomi dunia, tentunya Trump tak ingin kegoncangan ekonomi berlangsung lama, hal ini dapat memperparah kondisi AS dalam jangka waktu ke depan bisa dipastikan tumbang bila tidak segera dicarikan penyelesaian.
Menanggapi hal ini, Jokowi mengaminkan keinginan Trump merelokasi industri farmasi dari China ke Indonesia. Orang nomor satu di Indonesia ini menganggapnya angin segar dan peluang ekonomi yang menggairahkan di tengah keterpurukan.
Pusaran kemiskinan dianggap hantu yang selalu membayangi negeri ini dan harus segera diatasi. Ditambah ancaman resesi ekonomi di tengah pandemi menjadi alibi kuat yang mendorong Indonesia harus bangkit menuju pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Angka Pengangguran juga kian melonjak tajam akibat pandemi. Keterpurukan ekonomi inilah ditengarai sebagai alasan utama bahwa menerima relokasi industri farmasi Amerika Serikat (AS) dari Cina adalah sebuah keputusan yang tepat.
Murahnya tenaga kerja, harga lahan dan banyaknya ketersediaan bahan baku juga menjadi faktor penunjang datangnya investor ke Indonesia. Terungkap alasan indonesia menjadi pilihan juga karena murahnya harga lahan.
Pernyataan ini diperkuat oleh direktur operasional PT kawasan industri Wijayakusuma (KIW), Ahmad fauzie Nur, selaku BUMN pengelola kawasan industri, mengatakan pihaknya akan memformulasikan harga tanah di kawasan industri agar bisa bersaing dengan Vietnam. CNBC Indonesia. (13/05/2020).
Disisi lain, Indonesia harus mengejar ketertinggalan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga keinginan Trump merelokasi industri farmasi dari China dianggap sebagai momen yang tak boleh dilewatkan..
Bahkan merencanakan untuk menghimpun menjadikan Kawasan Industri Brebes ini integrated industrial estate jadi nggak cuma kumpulan pabrik atau gudang saja tapi harus memiliki ekosistem bisnis yang dibutuhkan investor global” ujarnnya.
Jokowi juga menjanjikan sejumlah kemudahan bagi pelaku industri, apalagi Indonesia sangat menarik bagi investor untuk mengembangkan bisnisnya. 250 juta penduduk Indonesia merupakan pasar yang seksi bagi investor.
Sehingga untuk dapat bersaing dengan Vietnam Indonesia merencanakan menjual lahan dengan harga yang murah dan kompetitif dengan Vietnam. Tentunya ini menjadi permasalahan. Faktanya untuk mendapatkan lahan yang murah dilapangan tidak gampang, tidak sedikit sejumlah masalah muncul saat pembebasan lahan.
Ketidaksepakatan harga terkadang menempatkan rakyat sebagai korban, alih alih membuat rakyat senang menerima ganti rugi malah menjadi korban ketidakadilan. Terlebih kawasan industri cukup membutuhkan lahan seluas 4000 Ha, luasan lahan yang tidak sedikit ini akan serta merta mengubah tata alih fungsional lahan. bila demikian, dampak lingkungan ke depan pun perlu dipertimbangkan apalagi lahan Brebes adalah mayoritas lahan pertanian bawang. Lantas bila sawah digusur untuk industri, kemana mereka petani akan mengais kehidupan?
Ekonom Indef Bhima Yudhistira juga memprediksi Pertumbuhan ekonomi pada tahun ini (2020) bisa mencapai minus 2% dengan meningkatnya kemiskinan 12%-13%. Sementara pengangguran pun akan meningkat drastis.
Dari 5% naik menjadi 9%-10% atau bahkan dua kali lipat. Padahal pengembangan industri di Indonesia telah berlangsung lama, lantas siapa yang sebenarnya diuntungkan dengan pembangunan industri dan banyaknya investor di Indonesia?
Mencermati kemiskinan yang mengakar di Indonesia, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari dominasi dan penjajahan imperialis yang nampak pada kebijakan-kebijakan yang diambil penguasa negeri. Maka tak mengherankan bila kemiskinan menjadi momok yang menakutkan untuk segera disudahi.
Menilik lebih lanjut, setiap kebijakan mengatasnamakan rakyat ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan pengentasan kemiskinan, alih alih meningkatkan kesejahteraan faktanya adalah menyengsarakan.
Berbagai program penurunan angka kemiskinan pun digadang gadang sebagai program strategis negara, mengklaim mampu menurunkan angka kemiskinan namun nyatanya ditengah angka kemiskinan yang menurun mengapa masih ada rakyat yang sengsara, menderita kelaparan, badai gelombang PHK tak berkesudahan. Data penurunan angka kemiskinan tidak sesuai kenyataan.
Oleh karena itu, proyek relokasi industri farmasi milik Amerika serikat dari China ke Indonesia adalah cara barat memaksakan strategi globalisasi, mendiktekan kebijakanya terhadap berbagai rejim pemerintahan.
Alih alih dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, faktanya lebih menguatkan cengkeraman hegemoni AS di Indonesia melalui politik dan ekonomi. Kebijakan tidak lagi berpihak pada rakyat tetapi justru mengutamakn korporat.
Indonesia telah diambang krisis, terjerat utang luar negeri yang semakin membengkak dan defisit anggaran. Hanya saja pemerintah selalu berusaha menutup-nutupi kenyataan.
Janji-janji ekonomi akan meroket hingga 7% tak tercapai, bahkan kini terpuruk dan hanya bisa mencapai 2,9% saja. Di satu sisi, kebijakan pengembangan industri malah menciptakan berbagai dampak kritis sosial budaya dan lingkungan ke depan yang tidak bisa dielakkan.
Menimbang kenyataan yang dipaparkan, seharusnya pemerintah perlu meninjau ulang tentang kebijakan menerima relokasi industri farmasi milik Amerika dari China yang akan ditetapkan di wilayah Brebes. Karena sejatinya, justru menjadikan Indonesia semakin berada di bawah kungkungan neoliberlisme dan neoimperialisme yang makin luas dan makin mencengkeram.
Pentingnya Penerapan Syariat Islam
Apabila dicermati problem yang menimpa umat saat ini berakar pada penerapan sistem ekonomi kapitalis di negeri ini. Prinsip dasar sistem ekonomi kapitalisme adalah negara berlepas tangan dalam pengaturan ekonomi dan menyerahkan perekonomian pada mekanisme pasar (neo liberal).
Negara memberikan kebebasan kepada siapapun, individu atau swasta/ asing melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi tanpa ada intervensi dan campur tangan negara. Individu, swasta atau asing diberikan kebebasan memiliki apapun.
Akibatnya, kekayaan alam dikuasai oleh swasta/asing. Sedangkan pembiayaan pendanaan negeri ini ditopang oleh utang dan negara membebani rakyat dengan pajak. Subsidi (listrik, pupuk, BBM, dsb) terus dikurangi atau bahkan dihapus sama sekali. Sehingga terjadilah penurunan daya beli masyarakat yang berujung pada peningkatan kemiskinan dan penganggguran.
Mencermati hal ini, bisa disimpulkan bahwa tidak hanya ideologi sosialisme/ komunisme saja yang berbahaya. Namun Kapitalisme/sekulerisme juga merupakan ancaman nyata bagi negeri ini. Oleh karena itulah, jelas sekali negeri ini harus segera diselamatkan.
Kedua ideologi tersebut berbahaya dan terbukti menjerumuskan ke dalam kesengsaraan dan kehancuran. Tak ada pilihan lain kecuali menyambut seruan untuk kembali pada penerapan syariah Islam secara kaffah sebagai bagian wujud kecintaan pada negeri ini.
Dengan penerapan syariah Islam secara kaffah, negara memiliki ketahanan mampu membendung segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan termasuk neoliberalisme dan neoimperialisme. Lebih dari itu, penerapan syariah Islam dalam seluruh aspek kehidupan adalah wujud ketaqwaan yang hakiki kepada Allah SWT. Wallahu a’lam biishshawab. [S]
Editor : azkabaik
Editor : azkabaik