18 Mei 2024

Penulis : Isnainna Ummu Rara (Penggiat Literasi, Member Revowriter dan KMO Club)

Dimensi.id-Menyambut New Normal serempak beberapa pusat perbelanjaan dibuka kembali. Arahan sesuai protokol kesehatan digencarkan guna mengurangi korban positif covid-19. Hal ini dilakukan demi terbukanya pintu-pintu ekonomi yang akan memberikan pemasukan bagi negara. Namun, sayangnya Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKPPI) mencatat sebanyak 529 pedagang positif corona (Covid-19) di Indonesia. Kemudian, di antara ratusan pedagang yang positif corona tersebut sebanyak 29 lainnya meninggal dunia. (Okezone.com, 13/06/20)

Hal yang menyedihkan, karena banyaknya korban positif, berdampak pada penutupan pasar di beberapa wilayah. Menjadikan beberapa pedagang kehilangan mata pencahariannya. Meski pasar merupakan tempat yang riskan terpapar virus tapi bagii rakyat kecil yang kesehariannya mengandalkan pasar sebagai pusat mata pencahariannya telah menjadi kesadaran bahwa konsekuensi mereka terhadap kesehatannya, membuat mereka tetap melakukan aktivitas berdagang selama pasar dibuka.

Banyaknya korban diduga karena pedagang tidak melakukan protokol kesehatan yang dianjurkan. Minimnya edukasi yang diberikan menjadi salahsatu faktor dalam hal ini, karena pengecekan dilakukan di tempat ramai dan terbuka. Pendekatan yang tidak persuasif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, sehingga memunculkan kontroversi dan kegeraman. Masyarakat bersikeras menolak diadakannya tes, yang ternyata mengundang kericuhan di sekitar. Memberikan ketakutan, sehingga banyak pula para pedagang atau pembeli yang kabur dari pengetesan.

Terjadinya demikian menegaskan bahwa pemerintah tidak memberikan sarana dna prasarana yang jelas bagi masyarakat. Tes tidak dilakukan dengan rapi dan terorganisir. Pendekatan yang tidak mengedukasi, sehingga masyarakat masih menganggap sepele mengenai protokol kesehatan yang terus dianjurkan.

Sanksi yang tidak tegas menjadikan masyarakat lebih berani mengambil resiko. Ditambah desakan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka menjadi lebih tidak mengindahkan peraturan.

Seharusnya di tengah pandemi ini pemerintah memberikan jaminan dalam memberikan kebutuhan masyarakat. Agar mereka tak perlu lagi berjibaku di pasar atau tempat manapun untuk mengais rezeki. Namun, kenyataannya pemerintah masih belum siap dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya, dikarenakan bengkaknya pengeluaran dan minimnya pemasukan negara yang menjadi persoalan. Sehingga untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan masih hitung-hitungan.

Inilah watak penguasa dalam sistem Kapitalis. Untung dan rugi menjadi pertimbangan untuk dikeluarkan jika menyangkut pemenuhan rakyatnya. Karena fungsi negara hanya sebagai regulator, penyedia layanan bukan pemberi layanan.

Berbeda halnya dalam Islam. Di tengah pandemi seperti saat ini ataupun tidak, justru negara memberikan pelayanan secara mayoritas. Tidak memandang ras, agama, dan kelompok. Semua kalangan mendapatkan pelayanan yang memadai. Kebutuhan yang tercukupi, karena fungsi negara dalam Islam sebagai raa’in (pemeliharan)  dan junnah (pelindung).

Sebagai pemelihara, di mana negara berperan mengelola sumber daya alam, dan hasil bumi lainnya. Mengatur pengelolaan agar tersebar dan dinikmati untuk rakyatnya. Memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan rakyatnya. Negara senagai pelindung,  menjaga harta, jiwa, dan nyawa rakyatnya. Baik muslim atau non muslim, selama dia tinggal di dalam Daulah, maka berkah mendapatkan pelayanan tersebut.

Pendekatam pemimpin kepada rakyatnya bukan hanya sebatas pencitraan, tapi sebagai bagian hukum syara’ yang harus dilakukan. Penetapan kebijakan dan penerapan sanksi yang tegas merupakan bagian dalam pemeliharaan, tidak membingungkan dan sesuai dengan dalil syara’. Sehingga terbentuklah kesadaran umum di tengah masyarakat dalam melaksanakan setiap aturan yang dibuat.

Hal ini tercipta hanya jika sistem Islam diterapkan dalam sebuah institusi. Selama institusi hukum selain Islam, maka yang muncul banyaknya dilema dan kekacauan. Karena syariat Islam datangnya dari wahyu Allah, sedangkan selainnya berasal dari akal manusia. Wallahu’alam bi ash-shawab.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.