17 Mei 2024
11 / 100

 

 

 

 

Oleh Reni Rosmawati
Pegiat Literasi AMK

Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) masih menjadi ancaman serius di negeri ini. Bahkan, di Jawa Barat sejak Januari 2024 kemarin kasus DBD terus meningkat, berada pada angka 11.058 kasus, dengan 96 kematian. Hal ini sebagaimana data yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Pemprov Jabar. Vini Adiani Dewi, selaku Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jabar mengatakan DBD mengalami peningkatan menjelang musim pancaroba. Ia mengimbau kepada seluruh warga agar waspada selama rentang Januari-April 2024. Karena DBD adalah penyakit sepanjang tahun. Vini pun meminta masyarakat agar senantiasa menjaga kebersihan lingkungan, salah satunya dengan menerapkan 3M (menguras, menutup, dan mengubur sampah). (KumparanNews, 21/3/2024)

Sementara itu, masih dalam laman yang sama, Pj Gubernur Jabar, Bey Machmudin sendiri, sudah menginstruksikan agar Dinas Kesehatan Pemprov Jabar menambah persediaan obat dan infus di tiap Puskesmas. Ia pun meminta masyarakat agar cepat tanggap jika melihat gejala DBD.

Butuh Solusi Komprehensif

Berulangnya wabah DBD, bahkan sampai membawa kematian menandakan bahwa DBD merupakan penyakit serius yang membutuhkan penanganan komprehensif dan mendasar. Karena jika tidak, maka kasus DBD akan terus terjadi sepanjang tahun dan memakan korban jiwa.

Untuk menuntaskan DBD dibutuhkan keterlibatan banyak pihak seperti individu, masyarakat, dan negara. Juga harus ditempuh dengan berbagai jenis upaya preventif (pencegahan) dan kuratif (penanganan) yang serius.

Upaya preventif dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait bahaya DBD, menyediakan obat-obatan, vaksin, dan fasilitas kesehatan lainnya. Selain itu, perlu juga digali faktor penyebab kenapa wabah DBD terus menyerang sepanjang tahun.

Ada beberapa faktor penyebab utama terus mewabahnya kasus DBD, seperti kemiskinan ekstrem; buruknya pengelolaan tata ruang lingkungan, baik di kota maupun perkampungan; serta maraknya pembangunan wilayah yang tidak direncanakan secara matang oleh pemerintah, seperti tempat pariwisata, gedung, dan bangunan lainnya.

Sebagaimana kita ketahui bersama, kemiskinan ekstrem berpengaruh pada rendahnya literasi kesehatan, gizi buruk yang menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, dan lainnya.

Sementara, tata kelola lingkungan yang buruk telah berdampak pada segala hal seperti banyaknya daerah yang tidak sehat, kumuh, dan sanitasi yang minim. Di sisi lain, maraknya pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah nyatanya telah menghilangkan ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Sehingga ketika datang musim penghujan, air hujan menggenang, tidak bisa langsung menyerap ke tanah, karena terhalang aspal dan beton. Akhirnya genangan air pun bisa menjadi media subur nyamuk untuk berkembang biak.

Adapun upaya kuratif (pengobatan) untuk DBD dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan terbaik dan sigap ketika didapati masyarakat yang memiliki tanda-tanda DBD, kemudian memberikan perawatan juga obat-obatan yang bagus agar pasien DBD cepat sembuh.

Mustahil Terwujud dalam Sistem Demokrasi Kapitalisme

Sayangnya, dalam sistem demokrasi kapitalisme berbagai upaya komprehensif dan mendasar tersebut mustahil terwujud secara sempurna. Sebab, sistem demokrasi kapitalisme tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan vital masyarakat berupa pangan, sandang, papan, kesehatan, keamanan, dan pendidikan. Itu disebabkan sistem ini meniscayakan seluruh kebutuhan vital masyarakat seperti kesehatan dikapitalisasi melalui kebijakan negara. Sehingga tidak semua rakyat bisa mengaksesnya.

Terlebih bagi keluarga miskin, amat sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya. Apalagi mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai. Meskipun obat-obatan DBD disediakan di Puskesmas ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya, tetapi nyatanya masyarakat tidak mudah untuk mencapainya, sebab rakyat harus berkutat dengan administrasi yang berbelit. Bahkan, adanya sistem BPJS pun tidak mampu memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. Terlebih BPJS juga tidak lepas dari bayang-bayang komersialisasi.

Mirisnya, itung-itungan materi dalam sistem demokrasi kapitalisme, telah memberikan kebebasan kepada para korporat dalam berinvestasi dan melakukan pembangunan besar-besaran di negeri ini tanpa memerhatikan dampaknya bagi lingkungan. Resapan air jadi hilang, lingkungan masyarakat jadi kotor dan rentan terjadi penyakit.

Islam Solusi Tuntas Atasi DBD

Islam hadir ke dunia ini sebagai solusi atas seluruh masalah kehidupan. Konsep kesehatan dalam Islam adalah memutus rantai penularan penyakit, hingga tidak ada kematian.

Islam menjadikan kesejahteraan rakyat dan layanan kesehatan sebagai tanggung jawab negara. Sebab negara adalah pelindung dan pelayanan rakyat. Sabda Rasulullah saw.: “Pemimpin adalah pengatur urusan rakyat. Dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari)

Dalam mengatasi penyakit berbahaya seperti DBD, negara yang berasaskan Islam akan mengupayakan secara serius pencegahan secara komprehensif dan efektif. Penanggulangan penyakit DBD akan dilakukan dengan upaya preventif (mencegah) dan kuratif (mengobati).

Upaya preventif akan dilakukan dengan cara memberantas kemiskinan melalui penerapan sistem ekonomi Islam; menyediakan rumah yang sehat dan layak huni bagi rakyat yang didukung oleh sanitasi yang baik; memastikan setiap keluarga mampu memenuhi kebutuhan pangan bergizi bagi masing-masing anggota keluarganya; mengerahkan seluruh lembaga riset dan obat-obatan anti virus dan anti bakteri yang teruji klinis; serta mengedukasi masyarakat terkait pola hidup sehat juga bahaya berbagai penyakit dan upaya mencegahnya.

Selain itu, negara juga akan membangun sistem pengobatan terbaik lagi gratis bagi seluruh warga negaranya. Setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas tanpa memandang latar belakangnya. Pembiayaannya diambil dari kas Baitulmal.

Sementara upaya kuratif akan ditempuh dengan cara mengobati setiap orang yang menderita DBD sampai sembuh total. Terlebih jika pasien adalah kepala keluarga yang menanggung nafkah, maka negara Islam akan memberikan bantuan kepada keluarganya sampai ia sembuh. Sebab tentunya ketika seorang kepala keluarga sakit akan berdampak pada hilangnya produktivitas dalam mencari sumber penghidupan.

Negara yang berasaskan Islam pun tidak akan melakukan pembangunan infrastruktur secara brutal, yang bisa mengalihfungsikan lahan sebagaimana dalam sistem kapitalisme. Islam memandang pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik lainnya harus dilakukan dengan mengutamakan kemaslahatan rakyat dan penjagaan terhadap lingkungan. Area hijau dan daerah resapan air tetap dijaga, agar ketika musim penghujan datang tidak ada genangan air yang menjadi media bagi nyamuk untuk berkembang biak.

Semua ini tercatat dalam sejarah. Selama 13 abad Islam diterapkan sebagai sistem kehidupan, seluruh masalah yang terjadi dapat diatasi sampai tuntas, termasuk penyakit mematikan. Hal demikian pun tentunya dapat terjadi hari ini jika Islam diterapkan kembali dalam seluruh aspek kehidupan.

Karena itu, tidak ada alasan bagi kita menolak sistem Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Sungguh menolak sistem Islam adalah petaka dan kerugian besar bagi kita semua. Karena sama saja dengan menolak aturan yang telah Allah turunkan. Naudzubillah. Wallahu a’lam bi ash-shawwab. [DMS]

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.