27 April 2024
Dampak Kapitalisme, Kemiskinan Ekstrem Mengancam Generasi
61 / 100

Dimensi.id-Saat ini, kemiskinan masih menjadi problem kronis di berbagai belahan negara di dunia. Hampir seluruh komponen dalam masyarakat terkena imbasnya, khususnya generasi. Berdasarkan data PBB dan badan amal Inggris Save The Children International terdapat 1.4 miliar anak dunia tanpa perlindungan sosial (perlinsos), dan miliaran anak ini dibawah usia 16 tahun (kumparan.com 15/02/2024). Ketiadaan perlindungan sosial tersebut menjadikan anak-anak rentan terpapar penyakit, gizi buruk, serta tak punya hak mendapatkan pendidikan yang layak.

Dukitip dari kumparan.com Direktur Global Kebijakan Sosial dan Perlindungan Sosial UNICEF, Natalia Winder Rossi mengatakan bahwa secara global, terdapat 333 juta anak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, berjuang untuk bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari USD2,15 (Rp33.565) per hari, dan hampir satu miliar anak hidup dalam kemiskinan multidimensi. Fakta ini adalah bukti bahwa dunia dalam dekapan kapitalisme tidak baik-baik saja.

Akar Permasalahan

Jika kita cermati, apakah dengan perlindungan sosial dan tunjangan anak, kemiskinan akan selesai dengan tuntas? Jelas tidak! Sebab perlinsos hanyalah solusi tambal sulam dari kapitalisme. Apabila sistem yang menjadi biang masalah kemiskinan masih diterapkan. Ini sama saja seperti memotong ranting untuk mengurangi rimbunnya daun, tetapi akarnya tidak dicabut sehingga ranting-ranting itu akan kembali tumbuh.

Mengapa penerapan kapitalisme adalah problem mendasar? karena paradigma ekonomi kapitalisme didasari dengan empat indikator, yaitu:

Pertama, keinginan yang (dianggap) tidak terbatas dan dimaknai sebagai kebutuhan. Kedua, kebebasan setiap orang memiliki apa yang diinginkan dengan cara apapun. Ketiga, produksi yang diartikan sebagai materi yang menghasilkan uang saja. Keempat, anggapan bahwa kebutuhan dan keinginan manusia itu tidak terbatas, sedangkan barang dan jasa untuk memenuhinya terbatas. Permasalahan ekonomi bagi kapitalisme muncul dari ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan (primer, sekunder, tersier) yang tidak terbatas itu, sehingga mereka berupaya untuk melakukan produksi semaksimal mungkin.

Berdasar keempat indikator itulah dapat disaksikan bahwa berbagai persoalan ekonomi, khususnya kemiskinan tidak dapat diselesaikan dengan tuntas oleh kapitalisme. Dikutip dari alwaie.net pernah terjadi di Amerika ribuan ton gandum dibuang ke laut dan tidak dibagikan kepada jutaan orang miskin negara itu, dan miliaran dollar ditimbun dan tidak diputar dalam roda perekonomian juga tidak digunakan untuk pemberdayaan rakyat miskin. Terindikasi bahwa itu semua adalah kartel beberapa pengusaha untuk menaikkan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat. Sungguh dzolim.

Namun dengan kebobrokannya itu kapitalisme berdiri semakin kokoh karena ditopang oleh monopoli, oligarki, keserakahan, dan keegoisan individu-individu yang memiliki modal besar. Inilah yang membuat kesenjangan para pemilik modal dan rakyat miskin semakin tajam, hingga kemiskinan ekstrem pun terjadi.

Hal tersebut tentu membahayakan generasi. Kemiskinan memicu banyak hal pada generasi, seperti meningkatnya angka putus sekolah karena biaya pendidikan makin mahal, rentan terserang penyakit karena layanan kesehatan yang sangat minim, gizi buruk, hingga kelaparan.

Oleh karenanya, untuk menyelamatkan generasi dari ancaman kemiskinan ekstrem, kita tidak bisa menyolusinya dengan berharap pada kapitalisme. Lantas, dengan apa generasi dapat terselamatkan dari problem sistemis ini?

Kembali Kepada Islam

Islam adalah seperangkat aturan kehidupan yang berhasil menjadi peradaban adidaya terbaik, selama kurang lebih 14 abad. Will Durant seorang sejarawan berkebangsaan Amerika Serikat dalam bukunya The Story of Civilization beliau mengungkapkan bahwa:

“Para khalifah (pemimpin negara Islam) telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para khalifah juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam kekuasaan yang belum pernah tercatat lagi fenomena yang seperti itu setelah masa mereka.”

Dalam perspektif ekonomi Islam, negara semestinya bertanggungjawab menjamin kebutuhan pokok rakyat dengan menjalankan sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam memiliki solusi sistemis, yang akan menyelamatkan masyarakat khususnya generasi.

Pertama, pembagian kepemilikan secara benar. Pembagian kepemilikan dalam paradigma ekonomi Islam itu ada tiga, yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Pembagian ini sangat penting agar tidak terjadi dominasi ekonomi, yakni hegemoni pihak yang kuat menindas yang lemah.

Dominasi itu terjadi karena penguasaan sektor kepemilikan umum yang tidak semestinya dimiliki perseorangan atau perusahaan swasta. Semisal, penguasaan individu atau swasta atas barang tambang, gas, minyak bumi, kehutanan, sumber daya air, jalan umum, pelabuhan, bandara, dan sebagainya yang menjadikan ekonomi mereka kuat, meluas, hingga mendominasi kekayaan.

Kedua, pengaturan pembangunan dan pengembangan ekonomi yang benar, yaitu bertumpu pada pembangunan sektor ekonomi riil, bukan nonriil.

Ketiga, distribusi harta kekayaan di tengah-tengah masyarakat. Sistem ekonomi Islam akan menjamin bahwa seluruh rakyat akan terpenuhi semua kebutuhan asasinya (primer). Sistem ekonomi Islam juga menjamin bagi seluruh rakyatnya untuk dapat meraih pemenuhan kebutuhan sekunder maupun tersiernya.

Keempat, khilafah (negara Islam) wajib memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Dalam hal kebutuhan sandang, pangan, dan papan, negara harus memberi kemudahan masyarakat untuk mendapatkannya. Semisal harga terjangkau, kemudahan bekerja untuk memenuhi kebutuhan, serta kemudahan mengakses kebutuhan tersebut.

Adapun dalam hal pendidikan, kesehatan, dan keamanan, negara harus memenuhinya secara gratis tanpa dipungut biaya. Tidak boleh ada komersialisasi dan kapitalisasi dalam tiga kebutuhan ini. Layanan pendidikan dan kesehatan harus diberikan kepada rakyat secara cuma-cuma. Jaminan keamanan setiap warga juga menjadi tanggung jawab negara sebagai pemelihara urusan rakyat.

Begitulah Islam memberikan kesejahteraan serta solusi yang fundamental. Maka tidak ada pilihan lain dalam menyelesaikan problematika masyarakat saat ini khususnya kemiskinan. Selain dengan menjadikan Islam sebagai sistem kehidupan. Mari kita selamatkan generasi dengan Islam! Wallahu a’lam Bishawab

Oleh: Sukma Oktaviani, S.E (Aktivis Muslimah)

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.