3 Mei 2024

Dimensi.id-Corona… virus super mungil ini telah menggoncang dunia. Virus itu telah membuat 7,75 milyar manusia di seluruh dunia panik tidak berdaya. Padahal saat ini manusia telah mencapai titik puncak teknologi mutakhir 4.0. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Jerman, Italia, Cina justru menjadi negara penyumbang  pengidap positif Covid-19 terbesar di dunia.

Sistem kesehatan negara-negara tersebut benar-benar rapuh melawan wabah. Dinyatakan dalam laman washingtonpost.com, “Wabah virus corona yang sedang merebak di Amerika Serikat sedang menelanjangi kesenjangan yang serius pada kemampuan sistem kesehatan untuk merespon epidemi.”

Sementara itu Italia, sistem kesehatan berbasis asuransi kesehatan wajib (Universal Health Coverage) yang dinilai terbaik, kondisinya juga sama buruknya. Dinyatakan dalam laman nytimes.com, “Seorang wali kota di Italia mengeluhkan bahwa para dokter memutuskan tidak merawat pasien yang sangat tua, dan membiarkan mereka mati.”

Di Indonesia tidak jauh berbeda. Bahkan dalam banyak hal kondisinya jauh lebih buruk, tampak dari tingkat kematian penderita positif Covid-19 yang melebihi rata-rata dunia. Di berbagai daerah banyak rumah sakit yang kekurangan APD, kekurangan ruang isolasi dan kekurangan peralatan medis dll.

Covid-19 telah membukakan mata betapa lemahnya manusia di hadapan Allah swt. Tak hanya itu, wabah ini juga menegaskan bahwa peradaban yang dibangun diatas fondasi sekulerisme, yang menyingkirkan eksistensi Allah swt. justru berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan nyawa umat manusia.

Jika ditelaah lebih mendalam kondisi buruk ini lahir dari penerapan ideologi Kapitalisme sebagai unsur utama pembentuk sistem kesehatannya. Kondisi buruk itu terjadi mulai dari aspek fungsi negara yang hanya sebagai regulator bagi kepentingan korporasi, pengadaan sumber daya manusia kesehatan dengan sistem pendidikan sekuler, model pembiayaan berbasis asuransi, politik riset dan industri kapitalisme, serta pengadaan infrastruktur kesehatan .

Keburukan sistem itu telah melahirkan bencana, kekacauan politik dan kekacauan ekonomi. Kantor berita al-Jazeera (4/4/2020) mengutip pernyataan  serigala politik Amerika dan Mantan Menteri Luar Negeri, Henry Kissinger, dalam sebuah artikel di Wall Street Journal, bahwa pandemi corona akan mengubah sistem global selamanya. Kissinger menjelaskan bahwa kerusakan yang disebabkan oleh pandemi virus corona baru mungkin bersifat sementara.

Akan tetapi kekacauan politik dan ekonomi yang disebabkannya dapat berlanjut selama beberapa generasi. Dia melanjutkan…..pandemi corona benar-benar telah menciptakan kasus baru, yang tercermin dalam besarnya penolakan rakyat terhadap sistem kapitalis ini, di mana semua kebijakan penyelamatan ekonomi berakhir dengan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Kissinger menutup artikelnya dengan mengatakan bahwa tantangan historis yang dihadapi para pemimpin dunia pada saat ini adalah mengelola krisis dan membangun masa depan pada saat yang bersamaan. Dan kegagalan dalam tantangan ini benar-benar dapat mengobarkan dunia.

Sepertinya Kissinger belum menyadari bahwa saat ini dunia sedang bersiap – Insyaa Allah dalam waktu dekat, dengan izin Allah – untuk menyambut tatanan Islam, sistem global baru yang berdasarkan kasih sayang dan bimbingan Allah swt.

Sistem kesehatan Islam sebagaimana sistem kehidupan Islam secara keseluruhan dipersiapkan oleh Allah swt. sebagai penyelamat kehidupan umat manusia dalam kondisi apapun, saat terjadi wabah maupun tidak.

Sistem kesehatan Islam dibangun di atas konsep dan paradigma shohih, di samping didukung oleh keseluruhan sistem kehidupan berupa pelaksanaan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah. Hal ini menjadi kunci rahasia kekokohannya sebagai pelindung kesehatan dan nyawa manusia dalam kondisi apapun.

Sistem politik Islam dan sistem ekonomi Islam merupakan unsur utama pembentuk sistem kesehatan Islam. Konsep tersebut mewujud dalam fungsi negara sebagai raa’in – pemelihara urusan umat – dan junnah (pelindung dari segala kerusakan).  Juga dari aspek pengadaan sumber daya manusia di bidang kesehatan dengan konsep pendidikan Islam serta aspek model pembiayaan kesehatan yang bersifat mutlak dengan berbasis baitul mal. Politik riset, industri, serta pengadaan infrastruktur kesehatan.

Semua konsep Islam ini benar benar mendukung paradigma shahihnya pelayanan kesehatan dan  keselamatan jiwa manusia.

Sejarah telah mencatat bagaimana kemampuan Islam menghadapi aneka wabah. Ada pemimpin yang terpercaya karena seiringnya antara kata dan perbuatan, dan kehidupan pribadinya sederhana. Maka ketika pemimpin itu memerintahkan rakyatnya untuk mentaati syariat semisal lockdown, rakyat mematuhinya.

Negara menjamin logistik warga yang dikarantina. Negara juga memotivasi warga untuk saling berlomba dalam kebaikan ke tetangganya juga dipatuhi. Karena warga melihat pemerintahnya tidak berpangku tangan saja, apalagi meremehkan bencana atau sibuk urusan lain yang bukan prioritas warga.

Pemimpin ini tak henti pada ikhtiar dunia. Namun juga senantiasa menasihati rakyatnya untuk muhasabah. Boleh jadi banyak dosa-dosa selama ini sehingga Allah menurunkan wabah untuk menguji siapa yang akan membersihkan dirinya. Wabah juga diatasi dengan ikhtiar langit, dengan sabar, tawakal dan doa.

Saat itu, para ilmuwan juga tak mau ketinggalan. Mereka menggunakan berbagai ilmu yang dimilki untuk mengatasi bencana. Mereka berlomba dengan aghniya yang menyulap istananya menjadi rumah sakit, atau pedagang besar yang menyedekahkan seluruh barang dagangannya untuk meringankan beban warga.

Ada dokter yang mengembangkan vaksin. Ada insinyur yang memperbaiki sumber air dan sanitasi. Dan ada juga ahli geografi yang menyumbangkan kontribusi berupa peta.

Itulah sekelumit fakta sejarah peradaban Islam. Sejarah itu  akan berulang Insya Allah dalam waktu dekat dengan izin Allah untuk menggantikan Peradaban sekuler yang rusak dan merusak.

 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(TQS Al-A’raf [7] :96).

Wallahu a’lam bi showab.[ia]

Penulis : Irianti Aminatun

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.