3 Mei 2024
Bullying Terus Terjadi, Bukti Kelamnya Sistem Pendidikan Di Negeri Ini
66 / 100

Dimensi.id-Aksi bullying semakin marak terjadi di kalangan remaja sekolah. Baru-baru ini terjadi kasus bullying di MAN 1 Medan. Kasat Reskrim Polrestabes Medan mengamankan 2 orang dari total 4 pelaku pembullyan dan penyiksaan teman satu sekolah, 2 diantaranya melarikan diri (28/11/2023).

Korban dipukuli dan dianiaya dengan disuruh memakan sendal berlumpur, dipaksa memakan daun mangga, meminum air yang sudah diludahi sekitar 20 orang. Selain itu pelaku juga menempelkan kunci panas yang dicap huruf PA hingga melepuh.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari saksi, huruf PA merupakan inisial dari nama sebuah geng motor. Geng ini diduga beranggotakan sekumpulan anak-anak yang masih sekolah dan beberapa anak lulusan dari SMAN 1 Medan, medan.tribunnews.com (28/11/2023).

Kasus bullying juga terjadi di Bekasi, berdasarkan informasi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) terdapat korban aksi bullying yaitu seorang siswa kelas 6 SD yang berusia 12 tahun. Korban meninggal pada kamis (07/12/2023) di Rumah Sakit Hermina Bekasi karena sesak nafas akibat ada cairan di paru-parunya, ditambah kaki korban pun juga diamputasi.

Kementerian PPPA terus mengimbau kepada masyarakat agar senantiasa mengawasi anak-anak dari segala macam bentuk kekerasan, khususnya dalam aksi perundungan yang dapat mengakibatkan trauma berkepanjangan, news.detik.com (09/12/2023).

Jika melihat beberapa kasus bullying yang semakin marak terjadi di Indonesia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kondisi generasi muda saat ini sangatlah buruk, padahal mereka merupakan tonggak peradaban bangsa. Apabila kondisi kepribadian mereka buruk, seperti apa masa depan bangsa yang akan dihasilkan dari tangan generasi muda seperti ini.

Bullying dianggap salah satu dosa besar pendidikan juga bukti kelamnya sistem pendidikan di negeri ini. Walaupun sudah dibentuk satgas di berbagai satuan pendidikan, namun tidak membuat kasus bullying berkurang nyatanya justru bertambah. Hal ini menunjukkan adanya kesalahan cara pandang kehidupan dan akar masalah persoalan, juga buruknya sistem pendidikan yang diterapkan saat ini, sehingga lahirlah generasi yang buruk pula perilakunya.

Kondisi anak-anak tidak terlepas dari pola asuh orang tuanya yang malah disibukkan dengan pekerjaan, khususnya bagi seorang ibu justru melalaikan tugas utamanya sebagai seorang perempuan yang seharusnya bertanggungjawab terhadap pendidikan anak-anaknya.

elain itu kontrol orang tua terhadap tontonan anak-anak saat ini sangatlah kurang, orang tua dengan santainya memberikan kebebasan bagi anak untuk berselancar dalam dunia digital, apalagi sekarang arus internet yang tidak ada filtrasi sehingga memicu anak untuk melakukan aksi perundungan.

Dua hal ini hanyalah kerikil kecil atas beribu masalah yang terjadi di negeri ini yang merupakan buah dari penerapan sistem sekuler kapitalisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan menjauhkan agama dari kehidupan. Sehingga sistem ini malah menjadi pupuk bagi kasus bullying yang akan terus menjamur setiap saat.

Oleh karena itu sudah sepantasnya untuk membuang jauh-jauh sistem yang rusak seperti ini dan menggantinya dengan sistem Islam. Karena Islam memiliki sistem pendidikan terbaik yang berasaskan pada akidah Islam, serta individu di dalamnya sudah dibentuk dengan memiliki keyakinan terhadap hari pembalasan.

Adanya keyakinan ini bisa mencegah individu untuk melakukan kejahatan karena telah tertanam dalam diri individu yaitu dorongan kuat untuk senantiasa mempercayai adanya hari pertanggungjawaban kelak. Sistem Islam juga memiliki kontrol sosial masyarakat untuk melakukan amar makruf nahi munkar, apabila terjadi tindak kejahatan mayarakatnya akan senantiasa menasihati dalam kebaikan dan negara sudah memiliki sanksi yang tegas dan mampu memberikan efek jera, sehingga dengan adanya penerapan sistem Islam dapat meminimalkan tindak kejahatan.

Dalam sistem Islam negara juga memiliki peran untuk membuat kurikulum pendidikan Islam yang mampu mencetak karakter anak yang berkepribadian Islam sehingga senantiasa menghindari perbuatan buruk, melakukan kekerasan dan kemaksiatan lainnya.

Negara juga memiliki kewajiban dalam memenuhi hak pendidikan anak-anak secara memadai dan cuma-cuma, hal ini akan membuat orang tua anak didik lebih mengayomi dan memperhatikan anak-anaknya karena pendidikan sudah dijamin oleh negara.Sehingga perempuan tidak lagi terbebani dengan masalah ekonomi, dan akan fokus dalam mendidik anak-anaknya.

Dengan demikian satu-satunya problem solver atas permasalahan bullying tidak cukup hanya membuat ataupun merevisi regulasi dalam ruang lingkup pendidikan, mengubah kurikulum sekolah ataupun dengan memperbaiki aturan di dalam keluarga saja.

Namun, satu-satunya solusi komprehensif yang seharusnya diterapkan untuk memberantas masalah bullying yaitu dengan menerapkan institusi yang berlandaskan pada sistem Islam, yaitu sistem yang hanya dapat diimplementasikan jika aturan Islam diterapkan secara keseluruhan (kaffah) bukan hanya bagian per bagian saja. Sistem ini hanya dapat tegak apabila yang diterapkan untuk mengatur kehidupan adalah hukum Allah SWT, bukan hukum buatan tangan manusia.

Wallahu A’lam Bishawab.

Penulis : Dewi Sri Murwati, Pegiat Pena Banua dan Mahasiswi

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.