24 April 2024
12 / 100

Dimensi.id—Cinta Tanpa Pengorbanan, apalag artinya? Banyak orang membenarkan kalimat itu, terlebih mereka yang sedang dimabuk asmara, seolah pengorbanan adalah bukti kuat dan nyatanya perasaan cinta itu, tapi bagaimana jika yang dikorbankan adalah janin hasil percintaan mereka?

 

Kejinya, baik masih berupa segumpal darah atau yang sudah lengkap anggota badannya, namun sama-sama tak pernah terlahir di dunia sebagaimana seharusnya. Akhir hidup mereka ada di kloset sebuah klinik aborsi.

 

Di akhir bulan tahun 2023 lalu, Polisi berhasil membongkar praktik aborsi ilegal yang berada di salah satu apartemen Kelapa Gading, Jakarta Utara. Lima orang wanita ditangkap, termasuk pelaku yang berperan sebagai dokter. Dari pengakuan pelaku, mereka sudah menjalankan praktik aborsi ilegal ini selama dua bulan. Dalam kurun waktu dua bulan itu sudah 20 kali melakukan praktik aborsi (medcom.id, 21/12/2023).

 

Bukan jumlah yang receh, apalagi jika melihat tarif yang ditetapkan untuk masing-masing pasien berkisar Rp10 juta sampai Rp12 juta. Mirisnya, Komisaris Polisi Maulana Mukarom mengatakan, D salah satu pelaku yang bertindak sebagai dokter hanya lulusan Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) atau Sekolah Menengah Atas (SMA).

 

Sedangkan OIS (42) yang membantu praktik ilegal D juga tidak memiliki latar belakang medis. OIS merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat penangkapan, ada yang ikut diciduk yaitu ibu dan anak, yakni AF dan AAF. AF adalah orang tua AFF anak yang sudah menggugurkan kandungannya menggunakan jasa D dan OIS. Dan satu wanita lainnya yakni S, seorang pasien lain yang kedapatan sedang menggugurkan kandungan saat polisi menggeledah unit apartemen itu.

 

Marak Aborsi, buah busuk Sekulerisme dan liberalisme

 

Berulangnya kasus Aborsi illegal mencerminkan rusaknya banyak hal. Dari sisi pendidikan, matinya rasa peduli masyarakat, sistem ekonomi yang tidak menyejahterakan, liberalisme pergaulan, perilaku seks bebas, aturan yang memberi celah terjadinya aborsi, hingga lemahnya sistem sanksi dan juga dampak pengarusan pemikiran “hak reproduksi’ yang dikampanyekan global.

 

Media sosial turut menyumbang “pelajaran” bagaimana banyaknya kasus perselingkuhan, perebutan pacar, seks bebas, pacaran dan lainnya yang justru dijadikan konten, jika FYP (For Your Page) tentulah ada monetisasi, pendapatan pasif tanpa harus bekerja keras dan bergelar akademis. Hanya butuh pengumpulan follower dan rutin upload video.

 

Semudah itu, tak peduli bagaimana dampaknya pada masyarakat, jika diterima baik bisa jadi pelajaran, jika diterima buruk tentulah akan menjadi acuan untuk ditiru, dengan anggapan “ tidak merugikan orang lain” atau “ ini kan hakku, jika tidak suka jangan ditonton” dan lain sebagainya.

 

Sikap individualis dan cenderung memuja kebebasan tanpa batas berpangkal dari penerapan kapitalisme sekulerisme dalam kehidupan. Sebuah sistem aturan yang memisahkan agama dari kehidupan.

 

Semua agama, tentulah mencela seks bebas berikut aborsi sebagai eksesnya, namun tak semua agama memiliki aturan yang mengikat pemeluknya untuk tidak melakukan perbuatan nista dan keji itu. Keyakinan mereka hanya berhenti di altar peribadatan, sementara di luar hak asasilah yang berlaku. Nauzubillah.

 

Hanya Islam yang memiliki aturan dan bagaimana cara menerapkan aturan itu dalam kehidupan masyarakat. Ironisnya, Islam inilah yang dianggap sebagai musuh bagi pengusung ide liberal, hingga masuk dalam kebijakan penguasa yang kental bernuansa ide batil itu.

 

Lebih kebablasan lagi jika melihat pendapat para pegiat gender, mereka berpendapat, maraknya aborsi illegal adalah sebagai konsekuensi belum adanya layanan aborsi aman yang juga dikampanyekan global. Sebab mereka mengagungkan cinta yang universal, tak peduli pada batasan aturan norma, budaya apalagi agama. Jelas menyesatkan, karena pendapat ini hanyalah kepanjangan tangan para kapitalis.

 

Para pemilik modal ini akan mengeruk lumpur untuk mendapatkan ikan besar sebagai tangkapan. Apapun yang bisa menjadi sarana suburnya cinta dan nafsu ini akan dihidupkan sekuat tenaga, melalui even-even, pakaian, makanan, tontotan, dan lain sebagainya. Seolah mereka yang bisa mengakses produk para kapitalis adalah mereka yang paling paham cinta.

 

Islam Penghapus Ide Perusak Generasi

 

Aborsi adalah solusi tanpa nurani, inilah bukti betapa bobroknya pemikiran Barat yang kemudian diadopsi oleh generasi muda kita hari ini. Padahal jelas hukumnya haram melakukan perzinahan, namun mereka tak peduli. Jika sudah terjadi kehamilan di luar nikah, barulah merasa panik, takut dosa sekaligus takut untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

 

Islam menghormati dan menjaga menjaga nyawa, sejak masih dalam kandungan. Bahkan menjadikan penjagaan atas nyawa adalah salah satu maqashid syariah (tujuan utama) yang ditetapkan Islam.

 

Itulah mengapa, ada serangkaian hukum mulai dari wajib menutup aurat sempurna ketika di ranah umum baik perempuan maupun pria, melarang berdua-dua hingga bercampur baur antara pria dan wanita tanpa hajat yang dibenarkan syariat.

 

Penjagaan ini jatuh kepada negara, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,”Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Maka, tak hanya menetapkan hukum dan sanksi secara tegas dan adil, namun juga menjamin kebutuhan pokok manusia terpenuhi seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan individu per individu.

 

Arti lain, negara tak sekadar berkuasa atas rakyat tapi juga menjadi perisai bagi rakyat kapan pun dan dimana pun ada ancaman dari luar, baik phisik maupun non phisik.

 

Terutama tidak sembarangan mengadopsi pemikiran Barat yang mengusung kebebasan tanpa batas. Dan menggantinya dengan pemahaman bahwa setiap manusia ciptaan Allah kelak akan menemui Allah dan mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya.

 

Allah swt berfirman yang artinya,“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (TQS. Al-Anbiya’: 47). Wallahualam bissawab. [ DMS].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.