17 Mei 2024

Hoax bertebaran di sosial media, dengan menampakkan judul yang tidak sesuai dengan Konten. Dasarnya, hanya kebencian agar semua orang juga ikut membenci, padahal tidak benar dan tidak sesuai dengan fakta. Hanya karena ingin menarik perhatian, judul dibuat hoax sehingga banyak yang nonton untuk mendapatkan view ribuan. Bahkan berita kematian dipermainkan, hanya untuk mendapatkan kemenangan walaupun dengan cara-cara kotor seperti berbohong, memfitnah, bermain curang dan mendzolimi pihak yang dianggap musuh.

Judul Vedio YouTube yang berani mengambarkan kematian tokoh yang dibenci dengan tragis, padahal faktanya tidaklah demikian. Harapan buruk pada sesama yang harusnya tidak dibiarkan tumbuh subur didalam dada, malah ditampakkan secara berlebihan atas dasar emosi dan kebencian. Komentar buruk serta sumpah serapah dinyatakan tanpa merasa bersalah agar keburukan menimpa orang yang dibenci. 

Sebaliknya, pembelaan secara membabi buta dilakukan pada tokoh yang disukai meskipun salah. Fakta diputarbalikkan, kesalahan dan kelemahan dicari-cari dari orang yang dianggap musuh, sebaliknya pujian dan pencitraan dilakukan pada pihak yang didukung mati-matian. Kebenaran dianggap tidak penting, tapi kemenangan untuk bisa meraih kekuasaan dianggap harga mati.

Aksi bela dan mencela terus berlanjut dan menjadi percikan api yang memecah belah umat. Saling fitnah untuk menjatuhkan lawan politik dengan cara kotor hanya untuk tujuan kekuasaan. Mencari kesalahan tapi marah jika disalahkan. Mengancam saling lapor, tapi tidak mau instropeksi diri. Menganggap lawan politik sebagai musuh yang harus dihabisi, bukan partner agar bisa saling mengoreksi untuk kebaikan bersama, membangun negeri ini untuk masa depan yang gemilang. Harusnya jika itu kebenaran harus diterima sebagai kebenaran meskipun datang dari musuh, pihak yang kita benci. Sebaliknya, kesalahan harus kita koreksi bersama meskipun itu berasal dari pihak yang kita cintai dan dukung.

Berita tidak lagi objektif dan sesuai fakta jika kebencian dan cinta berlebihan telah menutupi dan membutakan mata hati kita . Kebenaran dianggap tidak penting, tapi yang terpenting bisa menjatuhkan musuh meskipun harus berbohong dengan menyembunyikan fakta dan kebenaran. Rakyat dibuat bingung atas berita yang memutar balikkan fakta. Kebenaran bukan lagi tujuan, tapi kekuasaan, jabatan, dan perhiasan dunia.

Bahkan, buzzerpun disewa untuk menyerang dan  mengancam siapa saja yang dianggap membahayakan kekuasaan. Penguasa anti kritik meskipun minta untuk dikritik hanya basa-basi politik. Kebohongan menutupi fakta dan kebenaran, sehingga perlu hati-hati memilih berita.

Meskipun tujuannya baik, jika diraih dengan cara berbohong, menutupi kebenaran, hasilnyapun tidak akan baik. Sumpah serapah agar lawan politik mampus bukanlah etika yang baik dalam berpolitik. Bertebaran do’a buruk agar musuhnya hancur dan tersungkur, bukan contoh yang perlu diteladani. Harusnya bukan menyerang pribadi, tapi lebih pada melakukan koreksi kebijakan yang memang tidak sesuai dengan Islam. Jika ada perbedaan kembalikan pada ajaran yang benar yang berasal dari Yang Maha Benar.

Berfikir jernih untuk mencari Kebenaran Hakiki, bukan menuruti ego diri sehingga menutup diri dari masukan dan nasehat  baik. Sungguh, rugi hidup yang cuma sebentar ini, jika menjadikan dunia menjadikan tujuan, sehingga berbagai cara dilakukan termasuk berbohong, berbuat curang, dan mendzolimi orang lain hanya karena menuruti nafsu diri untuk terus berkuasa dan mendapatkan cipratan kekuasaan berupa uang dan jabatan.

Terlebih, jika harus merusak keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah SWT., yang berkuasa atas segala sesuatu. Kebencian pada satu kaum, janganlah membuat kita berbuat tidak adil, karena bisa jadi apa yang disampaikan orang yang kita benci mengandung kebenaran, dan sebaliknya apa yang dikatakan orang yang kita cintai dan puji ternyata mengandung kesalahan. Hanya Allah Yang Maha Tahu Dan pasti benar, sementara manusia itu lemah dan banyak salah. Oleh karena itu manusia harus saling mengoreksi dan menasehati dengan Islam, bukan merasa benar dengan mendasarkan pada pemikirannya yang lemah dan banyak salah.

Allah berfirman dalam surat Surat  Al-Maidah Ayat 8, “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Padahal kalau kita mau jujur, manusia bukankah musuh sejati kita, tapi syaitan yang terkutuk yang selalu membisikan pada hati manusia agar tergelincir dari jalan lurus dan mengikuti langkah-langkahnya yang menuju kesesatan. Orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit, orang fasik dan munafik membenci kebenaran hakiki dan cenderung mengikuti langkah-langkah syaitan karena dalam hatinya dipenuhi kebencian dan dendam bukan membela kebenaran atau agama Allah, tapi perhiasan dunia dijadikan tujuan. Semoga kita semua dilindungi Allah SWT. dari godaan syaitan, dan ditunjukkan jalan lurus, jalan orang-orang telah diberi nikmat, bukan yang dimurkai Allah SWT., bukan pula mereka yang tersesat.

Di dalam negeri demokrasi, banyak orang -orang crazy yang berfikir atas dasar emosi. Standart kebenaran tidak jelas sehingga banyak perdebatan yang berujung pada permusuhan karena menganggap dirinya paling benar dan orang lain salah. Penguasa juga sering melontarkan pernyataan yang membingungkan karena tidak memiliki pijakan yang benar dalam memimpin. Negeri akan menjadi benar bukan karena pemimpinnya, tapi dengan apa dia memimpin. Jelas dalam sistem Islam, pemimpin akan menggunakan kitab Allah, al-Qur’an, hadist Rasullulah dan beritjihad.

Tapi dalam sistem demokrasi lebih mengutamakan pendapat manusia dibanding hukum syara’. Kasus miras, babi panggang sudah pasti hukumnya jadi tidak perlu lagi diperdebatkan. Namun, demokrasi membuat yang haram jadi halal sebaliknya yang halal atau wajib nenjadi haram selama diingunkan mayoritas suara di parlemen. Sungguh demokrasi biang segala masalah, dan hanya Islam kaffah adalah solusi semua masalah. Sementara hanya khilafah yang mampu mewujudkan diterapkan Islam secara kaffah.

Penulis: Mochamad Efendi

Editor: Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.