18 Mei 2024

Penulis : Dini Azra | Muslimah Perindu Peradaban Islam

Dimensi.id-Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi yang tak mencukupi dalam waktu lama. Ini bisa dialami bayi mulai dari dalam kandungan, ketika ibu hamil kekurangan asupan gizi, dan baru akan terlihat saat anak berusia dua tahun. Selain pertumbuhan fisik yang lambat, ada lagi dampak yang lebih berbahaya. Yaitu melambatnya kecerdasan otak, sehingga sulit memahami pelajaran dan lemah dalam menyimpan memori. Selain itu anak berpotensi memiliki fisik yang rentan terinfeksi penyakit, sehingga akan sulit berkompetensi dalam kehidupan di masa depan.

Karena itu stunting menjadi masalah penting yang harus ditangani segera. Saat ini Indonesia menempati urutan keempat dunia dan kedua di Asia Tenggara dalam masalah balita stunting. Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetyarini mengingatkan agar pemerintah melakukan evaluasi pembangunan keluarga agar persoalan teratasi. Sebab menurutnya hulu persoalan ada di sana. “Bagaimana kita bisa mencetak SDM unggul jika stunting masih menghantui calon generasi bangsa,” katanya dalam keterangan pers, Minggu (20/12). Merdeka.com, Senin (21/12/2020).

Menurut riset kesehatan pada tahun 2019 tercatat sebanyak 6,3 juta balita dari populasi 23 juta atau 27,7 persen balita di Indonesia mengalami stunting. Padahal menurut standar WHO seharusnya angkanya di bawah 20 persen. Masih menurut Netty, BKKBN harus diberikan otoritas lebih besar untuk menjadi leading sector pengentasan stunting. Dengan memberikan jaminan dan perlindungan bagi keluarga tumbuh kembang optimal. Juga memperhatikan asupan gizi dan pelayanan kesehatan. Karena ketahanan keluarga adalah faktor utama ketahanan nasional.

Sementara itu presiden Jokowi menghendaki agar masalah stunting ini ditangani oleh satu badan saja. Agar lebih maksimal hasilnya, dan lebih mudah pertanggungjawabannya. Selama ini stunting masih di bawah penanganan 21 lembaga pemerintah. Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhajir Effendi, (31/10) lalu. Masalah stunting berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang akan berpengaruh pada kinerja masyarakat. Hasil riset menunjukkan 54 persen angkatan kerja tidak maksimal karena 1000 kelahiran pertama pernah mengalami stunting. Merdeka.com, (31/10/2020)

Penyebab terjadinya stunting ini beragam, mulai pendidikan hingga ekonomi. Kurangnya pemahaman ibu hamil terhadap pentingnya asupan gizi yang harus dikonsumsi untuk menjaga kesehatan kandungan, hingga pasca kelahiran. Masih banyak masyarakat di daerah pelosok yang minim pengetahuan tentang gizi seimbang. Adapula masyarakat yang masih mempercayai mitos untuk melarang ibu hamil dan menyusui memakan makanan tertentu, padahal makanan tersebut sangat dibutuhkan tubuh ibu dan bayi. Karenanya memang penting adanya pendidikan terhadap seluruh lapisan masyarakat terkait hal ini.

Namun meskipun masalah pendidikan dan pengetahuan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting, yang lebih banyak ditemukan adalah faktor ekonomi. Saat ini informasi apapun dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Sehingga masyarakat sudah memiliki wawasan terkait gizi seimbang dan akibatnya apabila asupan gizi tidak tercukupi. Hanya saja pemahaman tersebut tidak disertai dengan kondisi ekonomi yang baik. Tingkat kemiskinan di negeri ini kian hari kian meningkat. Apalagi setelah pandemi covid-19 menyerang dan melumpuhkan sendi-sendi ekonomi. Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan dan dirumahkan. Sementara kebutuhan hidup tak bisa ditunda keberadaannya. Daya beli masyarakat menurun tajam. Alih-alih memenuhi asupan gizi seimbang untuk keluarga, untuk makan sehari-hari saja mereka kebingungan.

Di sinilah peran negara sangat dibutuhkan, untuk memberikan solusi mengentaskan masyarakat dari masalah yang dihadapi. Terlebih stunting ini menyangkut nasib generasi bangsa di masa mendatang, bagaimana mungkin mencetak generasi unggul jika anak-anak masih dibayangi ancaman stunting? Apa yang diprogramkan pemerintah sejauh ini hanyalah dengan melakukan penyuluhan kesehatan, juga bantuan sosial yang tidak memadai. Tidak ada solusi mendasar untuk mencabut akar permasalahan sebenarnya. Yaitu pemenuhan kebutuhan pokok bagi rakyat dari pemerintah, dimana penguasa telah diberikan amanah atas hal itu.

Indonesia adalah negeri yang memiliki limpahan kekayaan alam, kondisi iklim yang cocok untuk bercocok tanam, beragam hasil tambang, serta hamparan laut yang membentang menyimpan beragam sumber protein hewani yang tak terbilang. Sungguh sayang, jika sampai hari ini kemiskinan malah mendominasi sampai anak-anak bangsa harus mengalami stunting, gizi buruk karena kekurangan finansial. Maka, harus dicari penyebabnya mengapa banyak masyarakat miskin di tengah kekayaan alam yang berlimpah.

Hal ini karena sistem yang dianut bangsa ini adalah sistem kapitalisme-sekuler. Dimana sebagian besar kekayaan dikuasai oleh segelintir orang yang mempunyai modal dan kekuatan uang. Mereka yang merajai bisnis-bisnis dalam negeri, sementara rakyat banyak mengais rezeki sebagai buruh dan karyawan. Hasil keringat mereka, dibelanjakan untuk membeli aneka kebutuhan yang merupakan produksi dari para pengusaha kaya. Walhasil ekonomi akan terus berputar di sekitar mereka. Sementara peran pemerintah hanya sebagai regulator yang membuat aturan dan pelayanan. Yang faktanya seringkali lebih berpihak pada si empunya modal.

Jika saja negara dikelola berdasarkan aturan Islam, bumi dan kekayaan alam negeri ini akan sepenuhnya dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Sebab negara berfungsi menjadi pengurus urusan rakyat. Memenuhi kebutuhan pokok mereka seperti tersedianya bahan pangan, urusan kesehatan, pendidikan, bahan bakar dan listrik, adalah tanggung jawab yang mestinya dipenuhi oleh negara. Sedangkan rakyat melakukan tugas sesuai posisinya masing-masing. Seorang ayah harus bekerja mencari nafkah bagi keluarga, dan negara menjamin tersedianya lapangan kerja. Ibu akan fokus mendidik anak-anaknya dengan ajaran Islam untuk mempersiapkan generasi gemilang. Anak-anak dapat berkonsentrasi belajar tanpa takut terhalang mahalnya biaya pendidikan.

Mengapa bisa demikian, sebab seluruh kekayaan alam yang akan dikelola sendiri oleh negara, dan hasilnya sepenuhnya digunakan untuk pembiayaan negara dan kepentingan rakyat. Tidak boleh ada eksploitasi sumber daya alam oleh pihak asing. Jikapun ada orang asing datang, hanyalah mereka yang dibutuhkan keahliannya sebagai pekerja. Sangat berbeda dengan sistem hari ini. Dengan dalih investasi, perusahaan asing berbondong-bondong masuk dan menguasai tambang-tambang yang kita miliki. Di eksplorasi habis-habisan, dan keuntungannya dibawa pulang ke negaranya. Negara hanya mendapat keuntungan dari pajak dan komisi yang tak seberapa. Rakyat, sekali lagi hanya menjadi pekerja.

Sementara, untuk pelayanan kepada rakyat dihasilkan dari pajak, bunga dan utang luar negeri. Sehingga, negara pun tak jua lepas dari kungkungan hutang dan masalah ekonomi. Akibat salah kelola negara, rakyat yang terkena dampaknya. Sedangkan, para pemimpin mereka bisa hidup sejahtera dengan gaji dan tunjangan besar. Begitupun masih banyak yang merasa kurang sehingga berlaku curang (korupsi). Jadi, masalah stunting dan hal-hal pemicunya, akan terselesaikan dengan kembali menerapkan sistem pemerintahan Islam. Sebab, apa yang telah diturunkan Allah Ta’ala kepada umatnya, pastinya untuk kebaikan umat manusia.

Wallahu a’lam.

Editor : Fadli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.