30 April 2024
Solusi Tuntas Palestina : Jihad Fii Sabilillah Dan Khilafah Sebagai Junnah
69 / 100

Dimensi.id-Serangan zionis atas Palestina kembali terjadi, bumi Palestina yang telah puluhan tahun dalam cengkeraman zionis Yahudi sedang berjuang membebaskan diri dan belum ada tanda-tanda usai. Bahkan ekskalasi perang justru semakin meluas. Serangan Israel nyatanya telah melebar dari sasaran utamanya yakni kelompok pejuang Hamas di Gaza.

Pendahuluan

Sepekan terakhir Israel yang didukung AS dan Barat ternyata juga menyasar Tepi Barat, Lebanon hingga ke Suriah, dengan alasan mencegah pasukan Hizbullah ikut campur di perang melawan Hamas. Sangat menyedihkan melihat kenyataan tidak ada persatuan kaum muslim. Mereka tak bisa berbuat banyak, hanya membantu dengan doa, aksi protes, dan kecaman di berbagai negara. Nyatanya hal itu tidak signifikan terhadap solusi diusirnya entitas Yahudi tersebut di Palestina.

Padahal Kementerian Kesehatan Palestina telah merilis 7.028 nama korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza. Termasuk lebih dari 2.700 anak-anak. Sebanyak 25 orang jurnalis juga dilaporkan tewas selama meliput perang Israel. (Republika.co.id, 27/10/2023). Belum lagi nyawa 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator rumah sakit di Gaza terancam imbas dari Israel memblokade pasokan listrik (cnbcindonesia com, 23/10/2023).

Dalam 24 jam terakhir saja ada 756 warga Palestina syuhada, 344 diantaranya adalah anak-anak, yang terbunuh akibat serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan. Sementara pihak otoritas Israel mencatat 1.400 warganya yang meninggal, kebanyakan akibat serangan Hamas pada 7 Oktober lalu. Lebih dari 600.000 warga Palestina saat ini mengungsi di 150 tempat penampungan yang berada di Gaza di bawah komando lembaga UNRWA dari PBB. (detik.com, 26/10/2023)

Apa yang terjadi di Gaza saat ini bukan lagi perang, melainkan genosida. Pembunuhan dan melukai anak-anak, penculikan anak-anak, penyerangan terhadap rumah sakit dan sekolah, serta penolakan akses kemanusiaan merupakan pelanggaran HAM berat. Apalagi periode lebih dari 2 minggu serangan kali ini merupakan peningkatan permusuhan paling mematikan di Jalur Gaza dan Israel yang pernah disaksikan PBB sejak 2006. Kekerasan meningkat setelah serangan tidak terduga Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober.

Hampir setiap anak atau sekitar 50 persen dari populasi di Gaza telah terkena peristiwa dan trauma yang sangat menyedihkan. Menurut UNICEF, anak-anak melihat kehancuran yang meluas, serangan tanpa henti, pengungsian, dan kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan obat-obatan.

Jumlah korban jiwa jelas akan meningkat secara eksponensial jika inkubator mulai tidak berfungsi, jika rumah sakit menjadi gelap, jika anak-anak terus meminum air yang tidak aman dan tidak memiliki akses terhadap obat-obatan ketika mereka sakit. Selain itu, seluruh penduduk Jalur Gaza yang berjumlah hampir 2,3 juta orang menghadapi kekurangan air yang parah dan mendesak. Saat ini, kapasitas produksi air hanya lima persen dari produksi harian biasanya (republika.co.id, 25/10/2023)

Bantuan dari Indonesia

Seperti dikutip dari media online tempo, (14/11/2023), Presiden Joko Widodo memimpin pengiriman bantuan kemanusian Indonesia untuk Palestina, di Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur. Bersama pemerintah, ada tiga lembaga kemanusiaan yang juga menghimpun bantuan untuk Gaza yakni PMI, Baznas, dan Humanitarian Forum Indonesia. Bantuan tersebut mencakup berbagai jenis kebutuhan seperti makanan, obat-obatan, selimut, alat penunjang disabilitas, dan barang-barang lain yang dibutuhkan warga Palestina.

Tentu tidak salah ketika ingin membantu dengan cara seperti yang dilakukan hari ini, misalnya mendoakan, mengecam dengan aksi protes, dan lain-lain sebagaimana bentuk kepedulian dan cinta kepada saudara sesama muslim. Namun, apakah cukup hanya dengan itu? Tentu saja tidak karena hal tersebut hanya solusi parsial saja dan tidak tuntas sampai ke akar. Akhirnya darah terus tertumpah di tanah Palestina.

Tidak ada harapan di PBB

Tak ada yang bisa kita harapkan dari PBB karena PBB yang membidani lahirnya negara Israel pada 14 Mei 1948. Kita juga tak bisa berharap pada Mahkamah Pidana Internasional untuk memberi sanksi terhadap Israel yang telah membuat penderitaan terhadap rakyat Gaza. Nyatanya Mahkamah Pidana Internasional (ICC) memilih bungkam atas serangan sistematis Israel terhadap penduduk sipil di Jalur Gaza.

Bungkamnya Mahkamah Pidana Internasional tentu dapat dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan. Para pemimpin negara-negara Arab dan pemimpin negeri muslim nyatanya hanya bisa mengecam dan marah terhadap kebiadaban serangan Israel ke Palestina. Tak ada satu negarapun yang mengirimkan tentaranya. Padahal di Gaza sedang mengalami genosida. Bukan satu nyawa yang telah hilang tapi ribuan nyawa tak berdosa.

Padahal sungguh hilangnya 1 nyawa tak berdosa di sisi Allah SWT lebih berat dibandingkan hancurnya dunia. Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak”(HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al- Al Bani)

Ketika dicermati, persoalan Palestina tidak hanya masalah kemanusiaan, tetapi harus dipahami sebagai persoalan umat Islam di seluruh dunia. Sebab tanah Palestina adalah tanah kharajiyah milik kaum muslimin yang didapatkan melalui jihad pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab. Oleh karena itu, kaum muslimin yang ada di sana mempunyai legitimasi yang sangat kuat.

Maka, haram bagi kaum muslimin menyerahkannya kepada pihak lain. Tanah Palestina adalah tempat Rasulullah saw. melaksanakan Isra Mikraj, ada pula Baitul Maqdis sebagai kiblat pertama umat Islam sebelum beralih ke Ka’bah. Namun hari ini, Palestina telah dicaplok entitas zionis laknatullah. Warga Palestina dibombardir bahkan digenosida, anak-anak dan wanita menjadi korban kekejamannya.

Persatuan Kunci Kemenangan Kaum Muslimin

Penjajahan itu sudah 75 tahun terjadi, tetapi Palestina tak kunjung mendapatkan pembebasannya. Sungguh derita yang tak bisa dibayangkan. Padahal, Palestina hidup di wilayah negeri-negeri muslim yang memiliki akidah yang sama yaitu akidah Islam, dan merupakan saudara bagi mereka. Kaum muslim itu bersaudara, mereka dipersaudarakan karena kesamaan akidah dan persaudaraan tersebut melewati batas negara. Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara.” (QS AL Hujurat:10)

Hanya saja faktanya hari ini kaum muslimin tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya bisa mengecam, mengirimkan bantuan obat-obatan, makanan, dan kain kafan. Mereka tidak mengirimkan pasukan militer padahal itu yang paling dibutuhkan untuk memperkuat pasukan kaum muslimin agar dapat mengusir zionis Yahudi. Nabi Muhamad saw. bersabda:

“Muslim itu saudara bagi muslim lainnya, dia tidak layak menzalimi dan menyerahkan saudara-saudaranya kepada musuh.” (HR. Bukhkari Muslim)

Telah kita sadari bahwa bukan solusi hakiki ketika kita berharap bantuan kepada dunia international. Sudah sangat jelas umat Islam menjadi bulan-bulanan kebrutalan zionis sementara Amerika telah terang-terangan mendukung dan memberi bantuan baik dalam hal keuangan maupun militernya kepada penjajah. Adapun jalan perundingan, itu pun sama sekali tidak menguntungkan.

Perundingan hanya melenakan dan pada akhirnya negeri-negeri muslim sampai hari ini tidak ada yang mengerahkan militernya.  Padahal sejatinya serangan terhadap kaum muslimin di Palestina hakikatnya merupakan serangan terhadap seluruh kaum muslim di dunia. Allah swt. menyampaikan dalam Al-Qur’an,

“Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka.” (QS. AL Anfal: 72)

Negara harusnya dihadapi dengan negara, tentara harusnya dihadapi dengan tentara. Namun yang terjadi di Gaza pejuang Hamas tanpa dukungan seluruh tentara Palestina yang di Tepi Barat. Menghadapi tentara Israel yang didukung oleh Amerika Serikat.

Hamas seolah berjuang sendiri tanpa ada satu negeri muslim pun yang membantu dengan mengirimkan tentaranya. Serangan militer Israel justru dibalas hanya dengan bantuan kemanusiaan dan seruan gencatan senjata. Sungguh ini pertarungan yang sangat tidak seimbang. Israel nyatanya tetap menolak gencatan senjata, meski mayoritas anggota PBB (120 negara) mendukung gencatan senjata.

Jelaslah seruan apapun tak mampu menghentikan kebiadaban dan genosida yang dilakukan Israel. Sudah saatnya seluruh kaum muslimin bersatu. Tidak lagi tersekat-sekat oleh ikatan nasionalisme. Palestina adalah bumi para Nabi, tempat Isra’ dan tanah kharajiyyah yang sampai hari kiamat adalah milik kaum muslimin. Israel haram tinggal di Palestina semenjak belakunya Perjanjian Umariyah pada masa Umar bin Al Khathab. Oleh karena itu, membela kaum muslim di Palestina merupakan kewajiban muslim di seluruh dunia.

Persatuan Membuat Umat Tak Terkalahkan

Maka, langkah yang ditempuh umat Islam adalah jihad fisabilillah untuk mengusir entitas zionis Yahudi dari bumi Palestina tersebut. Ada beberapa alasan mengapa solusi pembebasan Palestina harus dengan jihad fisabillilah.

Pertama, siapa pun yang masih waras dan memiliki hati nurani akan melihat bahwa sesuatu hal yang mustahil mengakhiri perang Palestina dengan jalur politik. Berbagai perundingan yang dilakukan negara-negara Barat termasuk PBB tidak memberikan solusi bagi berakhirnya perang ini, justru wilayah Palestina terus dicaplok oleh kaum zionis Yahudi laknatullah. Sementara dunia mendiamkan hal itu. Berbagai kutukan, kecaman dari para pemimpin dunia Islam juga tidak berpengaruh apa pun terhadap entitas zionis Yahudi.

Kedua, Islam telah mengharamkan berdamai dan bersahabat dengan entitas yang memerangi kaum muslim. Sebagaimana firman Allah Swt.,

“Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama, mengusir kalian dari negeri kalian, dan membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Siapa saja yang menjadikan mereka sebagai kawan mereka itulah kaum yang zalim.” (QS. Al Mumtahanahj: 9)

Ketiga, Islam telah mewajibkan jihad fisabilillah atas kaum muslim ketika mereka diperangi musuh. Dan Allah Swt. juga memerintahkan untuk mengusir siapa pun yang telah mengusir kaum muslim.

“Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS. Al-Baqarah: 191)

Berdasarkan ayat di atas dapat disimpulkan bahwa bukan perkara yang mudah ketika berbicara solusi. Hal ini butuh kekuatan dan kesatuan umat Islam dalam satu komando kepemimpinan dan ini hanya dapat terwujud dengan Khilafah Islam.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa solusi untuk Palestina adalah jihad dan khilafah. Ini yang menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mewujudkannya. Demi untuk mewujudkannya kita membutuhkan usaha penyadaran terhadap kaum muslimin agar memahami hal ini sehingga umat menginginkan khilafah.

Jika khilafah telah terwujud maka jihad dapat terlaksana di bawah komando khalifah. Insyallah dengan jihad dan khilafah, tidak akan butuh waktu lama menyelesaikan masalah Palestina dan semua problematika kaum muslimin yang tertindas di negeri-negeri lain pun akan dapat terselesaikan, dengan izin Allah.

Sungguh kezaliman dan genosida yang dilakukan Israel saat ini tidak lain karena ketiadaan Junnah (perisai) umat Islam. Khalifah-lah perisai umat Islam yang akan membebaskan Palestina dari penjajah Israel. Dengan adanya Khalifah umat Islam berperang dan berlindung di belakangnya. Imam Muslim menuturkan riwayat dari al-A’raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda :

“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Wallahu a’lam bissawab.

Penulis : Sabrina Nusaiba

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.