4 Mei 2024

Penulis : Vikhabie Yolanda Muslim, S.Tr.Keb (Praktisi Kesehatan)

Dimensi.id-Di tengah peningkatan kasus covd-19 Indonesia yang semakin tak terkendali, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menyatakan, Tahun Ajaran Baru 2020/2021 akan dibuka pada 13 Juli 2020 mendatang. Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, menegaskan pihaknya tidak akan memundurkan kalender pendidikan ke bulan Januari 2021.

Lalu sejalan dengan pernyataan tersebut, ternyata di Surabaya terdapat 127 anak berusia 0-14 tahun yang dinyatakan positif covid-19. Data ini diungkapkan oleh Koordinator Protokol Komunikasi, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya, M Fikser. Bahwa pada 30 Mei ada tambahan delapan kasus. Untuk anak usia 0-4 tahun ada 36 kasus, sementara anak usia 5-14 tahun ada 91 kasus. Sekarang total tercatat ada 127 kasus anak yang terinfeksi hingga 31 Mei 2020 (Kumparan.com).

Melihat fakta bahwa tingginya kasus covid-19 yang juga menyerang kelompok usia anak (0-18 tahun), lantas kebijakan membuka kembali sekolah termasuk kegiatan belajar mengajar menimbulkan kekhawatiran baru bagi masyarakat khususnya para orang tua. Akankah hal ini menjadi langkah tepat, termasuk melindungi anak negeri yang menjadi tonggak peradaban bangsa?

Yang pertama, kebijakan membuka kembali sekolah muncul sebagai kebijakan yang dipaksakan, terlebih hal ini tidak diikuti dengan persiapan yang matang. Dengan dibukanya kembali kegiatan sekolah, bukan tidak mungkin hal ini akan menyebabkan munculnya masalah baru dan tentu saja klaster baru yang tentu semakin memperburuk keadaan. Terlebih kasus covid-19 pada anak di Indonesia cukup tinggi diantara negeri-negeri lain di Asia Tenggara. Hal ini sama saja ibaratnya dengan menggunakan anak-anak sebagai kelinci percobaan pada kebijakan yang inkonsisten dan prematur.

Yang kedua, bisakah orang tua menjamin anak-anak tertib memakai maskernya sepanjang waktu di sekolah? Dan bisakah menjamin anak-anak akan disiplin mengikuti protokol kesehatan dengan mengganti masker tiap empat jam pemakaian atau setiap kotor dan basah ? Usia anak merupakan kelompok yang juga sangat rentan terpapar dengan covid-19. Mengingat, tak ada perbedaan yang signifikan antara imunitas anak dan orang lanjut usia, maka hal ini tentu akan mengancam jiwa dan keselematan anak-anak.

Seharusnya, keselamatan anak-anak menjadi prioritas dan pertimbangan utama saat hendak memgambil kebijakan, karena hal ini menyangkut keselamatan tunas generasi penerus bangsa. Jika sebagian besar anak-anak menjadi korban keganasan covid-19, maka siapa yang akan menjadi penerus peradaban?

Yang ketiga, kebijakan ini menjadi fakta bahwa gagalnya penguasa dalam mejamin jiwa dan keselamatan rakyatnya terlebih dalam masa pandemi. Dibukanya kembali sekolah cenderung terlihat sebagai bagian dari skenario pemulihan ekonomi pada tahap penerapan new normal yang direncanakan penguasa. Lagi-lagi nyawa dan keselamatan rakyat menjadi prioritas nomor sekian dalam pengambilan kebijakan.

Sangat miris ketika nasib rakyat berada ditangan rezim ruwaibidhoh, yakni suatu urusan yang diserahkan bukan pada ahlinya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Salah satu sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Rasulullah menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah). Maka wajar ketika saat ini kita ditanpilkan dengan fenomena kebijakan yang inkonsisten dan cenderung tak memberi solusi yang tepat pada permasalahan rakyat.

Pemimpin yang pantas berkuasa untuk rakyat ialah yang mempunyai kapabilitas mengurusi urusan rakyat dan mampu memberi solusi nyata serta pelayanan yang tepat. Seorang pemimpin haruslah muncul di garda terdepan dalam mengerahkan kemampuan yang dimiliki dan tidak menyia-nyiakan amanah. Oleh karenanya, kebijakan yang dikeluarkan pun akan berfokus pada penyelamatan nyawa rakyat dan pemutusan rantai wabah sesuai dengan tuntunan syariat.

Yakni memberlakukan lockdown diawal munculnya wabah, menanggung secara penuh segala kebutuhan rakyat yang terdampak, menjamin pelayanan kesehatan dengan kualitas paripurna, serta mendukung upaya riset untuk menemukan vaksin dan obat-obatan yang mampu mengobati pasien yang terkena wabah.

Pemimpin yang mampu melakukan hal ini secara totalitas ialah pemimpin yang lahir dan tumbuh bersama dari aturan Islam. Yang akan memegang teguh amanah di pundaknya sebagai bentuk ketaatan pada-Nya dan ketakutan akan siksa-Nya yang pedih di yaumil akhir ketika menyia-nyiakan nyawa ummat. Tentu saja hal ini akan terwujud secara sempurna ketika penerapan syariat Islam secara menyeluruh terlaksana dalam bingkai khilafah islamiyyah.

Editor : Fafli

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.