3 Mei 2024

Dimensi.id-Berbagai cara dilakukan tapi Pandemi tidak ada tanda-tanda akan berhenti mulai dari PSBB sampai PPKM Mikro. Apa yang salah dengan semua ini, bahkan bencana alam datang untuk menguji penduduk negeri ini yang mayoritas penduduknya Muslim. Padahal Allah berjanji dalam surat Al-A’raf Ayat 96, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Janji Allah adalah pasti, berkah dari langit dan bumi akan kita rasakan jika ayat-ayat Allah tidak didustakan. Hanya satu cara agar pandemi ini berhenti yakni kembali pada ajaran Islam yang lurus dan mulia secara kaffah, sehingga penduduk yang mayoritas Muslim bisa benar-benar bertaqwa, sehingga mereka layak mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi, bukan adzab yang pedih karena penduduknya telah jauh dari Allah SWT.

Kita butuh solusi tuntas yang bisa menghentikan pandemi dan semua masalah yang membelit negeri ini. Berharap dari sistem Kapitalis Demokrasi, sungguh ilusi bukan menyelesaikan masalah malah bisa menambah masalah baru. Jika Ingin negeri ini baik-baik saja, kita butuh solusi yang tepat dan tutas, yakni Islam. Dengan diterapkan Islam secara kaffah, kehidupan Islami akan benar-benar terwujud yang tentunya akan membawa kebaikan pada semua orang, sehingga janji Allah dalam surat al-Araaf 96 bisa dirasakan penduduk negeri yang mayoritas Muslim karena mereka bertaqwa kepada Allah SWT.

Penangan covid yang terkesan reaktif namun tidak konsisten dan sistemik menjadi ciri dari sistem Kapitalis Demokrasi. Dan bahkan terkesan pandemi dijadikan peluang bisnis dan lahan subur penyimpangan dana yang harusnya disalurkan pada yang berhak. Korupsi Dana bansos bukti mati rasa hati para pejabat dan tidak perduli dengan rakyat yang semakin menderita dengan terus berlangsungnya pandemi dan tidak tahu kapan akan berhenti. Masih ingat saat larangan mudik diumumkan, pada waktu yang sama tempat wisata yang mengundang kerumunan dibuka lebar. Saat rakyat ketakutan dan diberlakukan berbagai pembatasan, penduduk asing bisa masuk dan membanjiri negeri ini, padahal mereka bisa membawa virus variant baru yang lebih ganas dan mematikan . Membingungkan dan setengah hati dengan pertimbangan selain untuk keselamatan rakyat membuat rakyat terluka. Pemimpin khianat dan tidak dapat dipercaya, sehingga rakyat tidak lagi yakin dengan berbagai aturan yang diberlakukan adalah untuk kebaikan mereka. Saat rakyat tidak boleh berkerumun, para pejabat dan bahkan dilakukan oleh orang nomor satu menciptakan kerumunan. Prokes tidak disadari sebagai usaha untuk melindungi mereka agar tidak tertular dan menularkan, tetapi hanya sekedar peraturan yang dilakukan jika ada petugas. Keseadaran rakyat menurun atas pentingnya prokes karena pemimpin tidak bisa menjadi teladan dan contoh yang baik bagi rakyatnya.

Hukum dan aturan yang tebang pilih sungguh melukai hati rakyat yang hidup dalam pandemi dengan berbagai permasalahan yang menyulitkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rakyat dilarang keluar rumah tapi tidak dipenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga, mereka terpaksa menyebar untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Siapa yang tidak ingin tetap sehat, namun siapa yang menjamin keluarganya tetap bisa makan, bukan mati kelaparan. Manusiawi dan tidak bisa menyalahkan mereka yang melawan berbagai bentuk pembatasan yang dilakukan pemerintah yang meminta rakyat untuk tetap tinggal di rumah. Terlebih, dibukanya pintu bagi wisata asing serta TKA China sungguh melukai nilai keadilan bagi rakyat yang ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Banyak wilayah atau dalam scope kecil kelurahan atau perumahan melakukan kebijakan lockdown secara mandiri, tapi tidak dilakukan dengan benar sesuai dengan cara Islam yang sudah terbukti efektif menghentikan pandemi. Mereka yang di daerahnya banyak terpapar covid-19 menutup diri dengan tidak memperbolehkan orang luar masuk ke wilayahnya, tapi sayang mereka yang didalam harus tetap ke luar untuk bekerja karena tidak ada yang menjamin kebutuhan mereka. Padahal, kalau memang benar mereka terpapar covid-19, sungguh ini sangat berbahanya karena mereka mempunyai potensi untuk menyebarkan pandemi ke daerah zona hijau lainnya, sehingga pandemi terus berkembang dan tidak diketahui kapan akan berakhir. Mereka harusnya yang dalam karantina wilayah harus tetap di wilayah yang diisolasi dan terus disembuhkan dan dijamin kebutuhan hidupnya sampai mereka semua yang berada di zona merah sudah dinyatakan bebas dari virus mematikan yang ditakutkan menyebar ke wilayah yang lain.

Penanganan pandemi yang tidak menggunakan cara Islam hanya akan menciptakan masalah baru yang sulit untuk diselesaikan, seperti benang kusut yang susah untuk diurai. Sungguh Islam memberikan solusi tuntas dan cerdas untuk semua masalah, karena dalam Islam rakyat adalah skala prioritas bukan untung rugi dalam hitungan bisnis. Negera hadir untuk mengurusi urusan rakyat bukan untuk berbisnis dengan rakyat. Solusi Islam yang tuntas membuat rakyat percaya setiap kebijakan dan aturan yang diambil pada hakekatnya untuk kebaikan mereka. Inilah kata kunci keberhasilan setiap kebijakan yang didukung oleh rakyat. Bukan berkoar-koar dan mengancam, tapi tindakan yang diambil sering tidak berpihak pada rakyat, hanya berfikir untuk kekuasaan, bukan keselamatan rakyat. Kebijakan pencitraan yang membingungkan tidak menyentuh akar permasalahan sehingga menghasilkan Solusi membingungkan yang membuat rakyat tidak lagi percaya.(ME)

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.