2 Mei 2024
58 / 100

Dimensi.id–“Dalam pengembangan ekonomi pesantren Nurul Jadid telah bermitra dan berjejaring melalui BUMpes dan juga mengkolaborasikan hasil produk pesantren melalui jejaring agar dapat mengembangkan ekonomi pesantren lebih baik,” kata Ketua Panitia Didik Agung P Wicaksono Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo dalam acara halaqah alumni dengan tema “Penguatan Peran Pesantren dalam Pemberdayaan Masyarakat Pendidika, Sosial Keagamaan dan Pengembangan Ekonomi”. Sabtu (10/02/24) di uang auditorium I Pesantren Nurul Jadid (republika.co.id, 11/2/2024).

 

Kegiatan halaqah ini adalah rangkaian dari kegiatan pra haul dan harlah yang ke 75. Akan ada tiga tema yang dibicarakan pada halaqah kali ini, yaitu; Pengembangan ekonomi pesantren melalui Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes), Pemberdayaan Laziskaf dan Pendidikan layanan guru tugas. Titik penekanan halaqah kali ini fokus pada pengembangan dan pemberdayaan ekonomi kata Didik lagi.

 

Kepala Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Abdul Hamid Wahid menyampaikan bahwa bahwa fungsi pesantren itu di titik tafaqquh adalah pendidikan dan pengkaderan, tetapi di titik untuk memberi peringatan (inzar) barangkali juga bisa dimulai pada proses sejak di pesantren adalah dimensi pelayanan masyarakat dan dakwah.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Moh. Zuhri Zaini juga menyampaikan bahwa santri harus melaksanakan visi dan misi pesantren dengan berdakwah yaitu mengajak kepada kebaikan kemudian memberi pelayanan pada masyarakat. “Berdakwah harus dengan melakukan pendekatan pada masyarakat. Para muballig terdahulu di dalam menyebarkan islam dengan cara berdagang. Karena dengan berdagang itu lebih efektif untuk menyapa masyarakat,”

 

Pelayanan Masyarakat, Dakwah dan Bisnis

 

Program Kemandirian Pesantren sudah dijadikan program prioritas oleh Kementerian Agama dibawah kepemimpinan Menag Yaqut Cholil Qoumas sejak tahun 2020. Staf Khusus Menteri Agama M Nuruzzaman dihadapan para Trainer, Tim Asistensi, dan Pendamping Implementasi Kemandirian Pesantren dalam giat bertajuk “ToT Peningkatan Kapasitas Kepemimpinan dan Kewirausahaan Program Kemandirian”

 

Nuruzzaman mengatakan potensi pesantren yang saat ini berjumlah 36 ribu lebih dengan 17 juta santri itu telah lama diabaikan, padahal jika potensi ekonomi pesantren dikembangkan dengan baik pada akhirnya akan memberi kontribusi besar bagi perekonomian nasional (kemenag.go.id, 29/3/2022).

 

Sangat terasa adanya kapitalisasi potensi hakiki para santri itu. Negara telah kehilangan akal sehat dengan menyeret para pewaris Nabi itu menjadi penyangga tulang punggung perekonomian negara. Padahal, jika kita telaah lebih dalam, potensi yang harus dikembangkan pada diri para santri sekaligus lembaga pesantrennya bukan ekonomi.

 

Pemahaman ini sungguh keliru, pun jika dikaitkan dengan pelayanan masyarakat, dakwah dan bisnis sangat tidak relevan. Lebih jauh lagi program ini harus kita waspadai karena mencabut keseimbangan alam dan merusak pemikiran masyarakat untuk bangkit.

 

Para santri adalah salah satu aset negara yang akan menjadikan dakwah kepada Islam di saat para penguasanya futur hingga mengesahkan kebijakan yang justru menzalimi rakyat yang dipimpinnya. Imam Gozali pernah berkata, “Agama adalah dasar, sedang penguasa adalah penjaga. Segala sesuatu yang tidak memiliki dasar akan runtuh. Dan, segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga akan terbengkalai.”

 

Para santri inilah para ulama, pihak yang memiliki ilmu agama, yang sangat bermanfaat menjaga penguasa dari kekufuran. Para ulama ini senantiasa menjaga dan mengingatkan penguasa dengan ilmunya, menjadi garda terdepan menegakkan kebenaran dan menenggelamkan kebatilan dengan syariat Allah sehingga ia adalah pelita dalam kegelapan.

 

Dan para penguasa terdahulu sangat dekat dengan penguasa, bukan untuk kenikmatan dunia, namun agar penguasa tidak menzalimi rakyatnya sebab setiap orang dalam akidah Islam akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah.

 

Yang paling menonjol dalam dakwah para santri adalah mengajak kepada Allah yang satu, meninggikan Islam dan Alquran. Bukan berkontribusi melanggengkan hegemoni kapitalisme. Dengan mendukung calon pemimpin yang tidak menerapkan syariat bahkan menopang perekonomian bangsa.

 

Santri adalah Ulama, penghalang dikuasainya negeri ini oleh kapitalisme. Sedangkan jaminan sejahtera harus ada pada negara. Maka bagaimana bisa tugas mulia mencerdaskan umat diganti dengan tugas yang bukan menjadi kewajibannya?

 

Dalam Islam, Santri Mandiri bukan Untuk Ekonomi

Sebab santri dianggap memiliki potensi ekonomi sejatinya menunjukkan lalainya negara dalam mewujudkan kesejahteraan dan sekaligus penghinaan atas lembaga pendidikan pesantren.

 

Program yang digagas sangat kental dengan kapitalisme yang meniscayakan mencari manfaat semata. Penguasa yang jika dalam Islam berfungsi sebagai periayah atau pengurus, sebagaimana firman Allah swt yang artinya, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari) dalam sistem kapitalisme berbalik menjadi pihak yang menzalimi.

 

Kapitalisme yang berkelindan dengan politik demokrasi telah melahirkan pemimpin yang amat sangat tunduk dengan titah asing, yang memang sangat takut jika Islam memimpin. Oleh karena itu kafir barat menjadikan negeri-negeri muslim terutama pemudanya sasaran Islamophobia dan di dorong berdaya ekonomi. Salah satunya dengan memandirikan bahkan menyibukan para santri pewaris para Nabi melenceng dari teladan Rasulullah.

 

Soal kesejahteraan maka, negara yang menetapkan pihaknya sebagai penjamin. Dengan mengelola berbagai sumber daya alam yang menjadi kepemilikan umum dan kepemilikan negara, hasil pengelolaannya dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan umum seperti pembangunan rumah sakit, sekolah, jalan, jembatan dan lainnya.

 

Ada juga pos zakat yang digunakan oleh negara untuk mereka yang telah disebutkan dalam Alqur’an . Tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada syariat Islam dan mencampakkan hukum batil ini. Pesantren bisa bernafas lega karena bisa mencerdaskan umat tanpa harus menanggung beban negara. Wallahualam bissawab. [DMS].

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apa pendapatmu?

This site uses User Verification plugin to reduce spam. See how your comment data is processed.